Leonidas Serta Perang Persia-Yunani
Jumat, April 14, 2017
Raja Leonidas di Thermopylae (karya Jacques-Louis David). Foto: History.com
Leonidas I (530-480 SM) ialah seorang raja dari negara-kota Sparta sekitar 490 SM sampai kematiannya pada Pertempuran Thermopylae melawan tentara Persia di tahun 480 SM. Meskipun Leonidas kalah perang, kematiannya dalam Pertempuran Thermopylae terlihat selaku korban yang heroik sebab ia mengirim sebagian besar pasukannya pergi dikala ia menyadari apabila Persia Telah mengunggulia pasukannya.
Leonidas kemudian melanjutkan peperangan berserta Tiga ratus rekan Spartan. Mereka menahan laju pasukan Persia hingga pasukan seluruh Yunani menyiapkan pasukan. Hampir segala sesuatu yang diketahui tentang Leonidas berasal dari karya sejarawan Yunani Herodotus (484-425 SM).
Pelatihan selaku "Hoplite"
Ilustrasi Hoplite. Foto/ ancient.eu
Leonidas merupakan anak dari raja Sparta, Anaxandrides yang meninggal pada 520 SM. dia menjadi raja dikala saudaranya Kleomenes I (yang juga putra Anaxandrides) meninggal secara misterius di tahun 490 SM tanpa meninggalkan ahli waris laki-laki.
Sebagai raja, Leonidas ialah seorang pemimpin militer serta politik. Seperti semua warga negara Spartan laki-laki, Leonidas Telah dilatih secara mental serta fisik sejak kecil dalam persiapan buat menjadi seorang prajurit Hoplite. Hoplite dipersenjatai dengan perisai bulat, tombak serta besi pedang pendek. Dalam pertempuran, mereka menggunakan formasi yang disebut phalanx, di mana deretan hoplites berdiri tepat di samping satu sama lain sehingga perisai mereka tumpang tindih dengan satu sama lain.
Sebagai seorang raja, Leonidas merupakan pemimpin militer serta politik. Seperti semua warga laki-laki Sparta, Leonidas Telah dilatih secara mental serta fisik sejak kecil buat dipersiapkan selaku seorang prajurit Hoplite. Hoplite ialah prajurit-penduduk di negara kota-negara kota Yunani Kuno. Hoplites berfungsi terutama selaku penombak dan bertempur dalam formasi phalanx.
" Phalanx ialah formasi militer berbentuk kotak, biasanya seluruhnya terdiri dari infanteri bersenjata berat yang dipersenjatai tombak, tombak panjang, sarisa (tombak yang sangat panjang ) , atau senjata serupa lainnya."
Xerxes serta Invasi Persia terhadap Yunani
Yunani Kuno terdiri dari beberapa ratus negara-kota, di antaranya yang terbesar serta terkuat ialah Athena serta Sparta. Meskipun banyak negara-kota yang bersaing satu sama lain buat menguasai tanah, air, serta sumber daya di Yunani. Akan tetapi negara-negara kota tersebut bakal bersatu buat mempertahankan Yunani dari invasi asing.
Sejak abad ke-5 SM, Persia sudah dua kali mengadakan invasi terhadap Yunani. Di tahun 490 Sm, Raja Persia Darius I (550-486 SM) Telah mengadakan percobaan buat mengadakan serangan terhadap Yunani dalam bagian Perang Persia-Yunani I, namun kekuatan gabungan Yunani berhasil menahan serta memukul mundur pasukan Yunani pada Pertempuran Marathon. Serangan kedua terhadap Yunani, kemudian dilakukan oleh salah satu putra Darius, yaitu Xerxes I (519-465 SM).
Pertempuran Thermopylae 480 SM
Di bawah pimpinan Xerxes I, pasukan Persia bergerak disertai Angkatan Laut Persia ke selatan melalui pantai timur Yunani. Untuk mencapai tujuannya di Attica, wilayah yang dikendalikan oleh negara-kota Athena, Persia perlu pergi melalui celah pantai Thermopylae (atau “Hot Gates atau Gerbang Panas,” begitu diketahui sebab mata air belerang di dekatnya).
Pada akhir musim panas 4800 SM, Leonidas memimpin lebih dari 6000 sampai 7000 pasukan gabungan Yunani, termasuk 300 tentara elite Spartan bergerak ke utara buat menahan pasukan Persia tidak melewati Thermopylae.
Peta Invasi Pasukan Persia melalui Thermopylae. Foto: emersonkent.com
Leonidas didirikan pasukannya di Thermopylae, mengharapkan apabila sempit celah bakal menyalurkan tentara Persia menuju kekuatan sendiri. Selama dua hari, orang-orang Yunani bertahan dalam serangan ditentukan banyak musuh mereka jauh lebih. Rencana Leonidas’ bekerja dengan baik pada awalnya, tapi ia tidak tahu apabila ada rute atas pegunungan di sebelah barat Thermopylae yang bakal memungkinkan musuh buat memotong posisinya berbenteng sepanjang pantai.
Leonidas kemudian membentuk formasi pasukannya di Thermopylae serta membangun benteng-benteng agar pasukan persia terdesak di celah sempit Thermopylae.
Selama dua hari penuh pertempuran, pasukan kecil yang dipimpin Raja Leonidas I dari Sparta menghalangi satu-satunya jalan yang dapat dilalui oleh ratusan ribu pasukan Persia. Rencana Leonidas pada awalnya berjalan baik, namun tanpa diketahui apabila terdapat rute atas pegunungan di sebelah barat Thermopylae yang memungkinkaan pasukan Persia memotong posisi jalur benteng yang dibangun pasukan Yunani.
Setelah hari kedua pertempuan, seorang penduduk lokal bernama Ephialtes mengkhianati pasukan Yunani dengan memberitahu kepada Xerxes serta pasukannya mengenai rute alternatif tersebut yang memungkinkan mengelilingi garis pertahanan Yunani. Leonidas, menyadari apabila pasukannya bakal terkepung, menyuruh sebagian besar tentaranya pergi sedangkan dirinya tetap bertahan bersama 300 tentara Spartan, 700 tentara Thespiai, 400 tentara Thebes serta boleh menjadi beberapa ratus tentara lainnya.
Leonidas bersama 300 Spartan lainnya tewas bersama dengan sisa pasukan Yunani lainnya. Pasukan Persia kemudian memenggal kepala jasad Leonidas, seperti yang dilakukan kepada penguasa lainnya di dunia yang wilayahnya ditaklukan oleh Persia. Pemenggalan kepala Leonidas dianggap selaku penghinaan terhadap bangsa Yunani, khususnya orang-orang Sparta.
Pasca Pertempuran
Pengorbanan Leonidas bersama 300 pasukan Spartan serta para Hoplite lainnya memang tidak mencegah pergerakan pasukan Persia menyusuri pantai Yunani menuju Boetia. Pasukan serta masyarakat Yunani dibawah komando seorang politisi Athena bernama Thermistokles kemudian memutuskan mengevakuasi seluruh warga Athena serta mundur ke Salamis setelah mengetahui apabila Thermopylae tidak dapat dipertahankan. Pasukan Persia menyerbu Boiotia lalu menaklukan Athena yang penduduknya sebelumnya Telah dievakuasi. Armada Yunani,
Armada pasukan Yunani setelah mundur ke Salamis kemudian memutuskan buat menyerang pasukan Persia dalam Pertempuran Salamis pada akhir tahun 480 SM. Xerxes sendiri kemudian memutuskan menarik pasukannya dari Yunani setelah melihat kerugian yang cukup besar terhadap tentaranya. Agar tidak terjebak dalam pertempuran di Eropa, Xerxes bersama pasukannya kemudian mundur ke Asia serta sekali lagi gagal menaklukan Yunani.
Leonidas serta 300 pasukan Spartannya kemudian diketahui selaku pahlawan yang dikultuskan selaku bentuk pengorbanannya menahan laju pasukan Persia. Di Yunani kuno, mereka yang mati dipertempuran serta dianggap selaku pahlawan bakal dipuja. Empat puluh tahun pasca pertempuran, orang-orang Sparta mengambil sisa jesad Leonidas atau apapun yang diyakini selaku jenazahnya serta membangun kuil buat menghormatinya.
Leonidas dalam Film "300"
Sosok Leonidas dalam film "300" Foto: Theiapolis
Dalam film "300" Leonidas digambarkan dari kecil ke kerajaan melalui doktrin Spartan. Cerita Dilios terus serta utusan Persia tiba di gerbang Sparta menuntut "bumi serta air" selaku tanda penyerahan ke Raja Xerxes; Spartan membalas dengan membunuh serta menendang para utusan ke dalam sumur.
Leonidas kemudian mengunjungi Ephors, mengusulkan strategi buat mendorong kembali Persia numerik unggul melalui Hot Gates; rencananya menyertakan membangun tembok buat menyalurkan Persia ke lulus sempit antara batu serta laut. The Ephors berkonsultasi dengan Oracle, yang menetapkan apabila Sparta tidak bakal pergi berperang selama Carneia.
Leonidas mengumpulkan tiga ratus tentara yang terbaik dalam kedok pengawal pribadinya; mereka bergabung di sepanjang jalan oleh Arcadians. Di Thermopylae, mereka membangun dinding yang terbuat dari batu serta pasukan utusan Persia selaku mortar.
Pada hari ketiga, Persia, dipimpin oleh Ephialtes, melintasi jalan rahasia, melingkari Spartan. Xerxes kemudian menuntut penyerahan diri mereka. Leonidas tampaknya berlutut seolah menyerah, memungkinkan Stelios melompat di atasnya serta membunuh pasukan Persia di depannya. Xerxes yang marah memerintahkan pasukannya buat menyerang.
Leonidas naik serta melemparkan tombaknya kepada Xerxes; tombak tersebut mengenai serta melukai wajahnya, membuktikan apabila Xerxes yang diketahui selaku dewa dapat berdarah serta mati. Leonidas serta Spartan tersisa berjuang umereka akhirnya menyerah tewas oleh hujanan anak panah pasukan Persia.
Leonidas I (530-480 SM) ialah seorang raja dari negara-kota Sparta sekitar 490 SM sampai kematiannya pada Pertempuran Thermopylae melawan tentara Persia di tahun 480 SM. Meskipun Leonidas kalah perang, kematiannya dalam Pertempuran Thermopylae terlihat selaku korban yang heroik sebab ia mengirim sebagian besar pasukannya pergi dikala ia menyadari apabila Persia Telah mengunggulia pasukannya.
Leonidas kemudian melanjutkan peperangan berserta Tiga ratus rekan Spartan. Mereka menahan laju pasukan Persia hingga pasukan seluruh Yunani menyiapkan pasukan. Hampir segala sesuatu yang diketahui tentang Leonidas berasal dari karya sejarawan Yunani Herodotus (484-425 SM).
Pelatihan selaku "Hoplite"
Leonidas merupakan anak dari raja Sparta, Anaxandrides yang meninggal pada 520 SM. dia menjadi raja dikala saudaranya Kleomenes I (yang juga putra Anaxandrides) meninggal secara misterius di tahun 490 SM tanpa meninggalkan ahli waris laki-laki.
Sebagai raja, Leonidas ialah seorang pemimpin militer serta politik. Seperti semua warga negara Spartan laki-laki, Leonidas Telah dilatih secara mental serta fisik sejak kecil dalam persiapan buat menjadi seorang prajurit Hoplite. Hoplite dipersenjatai dengan perisai bulat, tombak serta besi pedang pendek. Dalam pertempuran, mereka menggunakan formasi yang disebut phalanx, di mana deretan hoplites berdiri tepat di samping satu sama lain sehingga perisai mereka tumpang tindih dengan satu sama lain.
Sebagai seorang raja, Leonidas merupakan pemimpin militer serta politik. Seperti semua warga laki-laki Sparta, Leonidas Telah dilatih secara mental serta fisik sejak kecil buat dipersiapkan selaku seorang prajurit Hoplite. Hoplite ialah prajurit-penduduk di negara kota-negara kota Yunani Kuno. Hoplites berfungsi terutama selaku penombak dan bertempur dalam formasi phalanx.
" Phalanx ialah formasi militer berbentuk kotak, biasanya seluruhnya terdiri dari infanteri bersenjata berat yang dipersenjatai tombak, tombak panjang, sarisa (tombak yang sangat panjang ) , atau senjata serupa lainnya."
Selama serangan frontal, dinding prisai memberikan perlindungan yang signifikan terhadap prajutit dibelakangnya. Formasi bakal menjai rentan serta menyebabkan formasi phalank menjadi pecah dikala musuh menyerang dari samping atau belakang.
Xerxes serta Invasi Persia terhadap Yunani
Yunani Kuno terdiri dari beberapa ratus negara-kota, di antaranya yang terbesar serta terkuat ialah Athena serta Sparta. Meskipun banyak negara-kota yang bersaing satu sama lain buat menguasai tanah, air, serta sumber daya di Yunani. Akan tetapi negara-negara kota tersebut bakal bersatu buat mempertahankan Yunani dari invasi asing.
Sejak abad ke-5 SM, Persia sudah dua kali mengadakan invasi terhadap Yunani. Di tahun 490 Sm, Raja Persia Darius I (550-486 SM) Telah mengadakan percobaan buat mengadakan serangan terhadap Yunani dalam bagian Perang Persia-Yunani I, namun kekuatan gabungan Yunani berhasil menahan serta memukul mundur pasukan Yunani pada Pertempuran Marathon. Serangan kedua terhadap Yunani, kemudian dilakukan oleh salah satu putra Darius, yaitu Xerxes I (519-465 SM).
Pertempuran Thermopylae 480 SM
Di bawah pimpinan Xerxes I, pasukan Persia bergerak disertai Angkatan Laut Persia ke selatan melalui pantai timur Yunani. Untuk mencapai tujuannya di Attica, wilayah yang dikendalikan oleh negara-kota Athena, Persia perlu pergi melalui celah pantai Thermopylae (atau “Hot Gates atau Gerbang Panas,” begitu diketahui sebab mata air belerang di dekatnya).
Pada akhir musim panas 4800 SM, Leonidas memimpin lebih dari 6000 sampai 7000 pasukan gabungan Yunani, termasuk 300 tentara elite Spartan bergerak ke utara buat menahan pasukan Persia tidak melewati Thermopylae.
Leonidas didirikan pasukannya di Thermopylae, mengharapkan apabila sempit celah bakal menyalurkan tentara Persia menuju kekuatan sendiri. Selama dua hari, orang-orang Yunani bertahan dalam serangan ditentukan banyak musuh mereka jauh lebih. Rencana Leonidas’ bekerja dengan baik pada awalnya, tapi ia tidak tahu apabila ada rute atas pegunungan di sebelah barat Thermopylae yang bakal memungkinkan musuh buat memotong posisinya berbenteng sepanjang pantai.
Leonidas kemudian membentuk formasi pasukannya di Thermopylae serta membangun benteng-benteng agar pasukan persia terdesak di celah sempit Thermopylae.
Selama dua hari penuh pertempuran, pasukan kecil yang dipimpin Raja Leonidas I dari Sparta menghalangi satu-satunya jalan yang dapat dilalui oleh ratusan ribu pasukan Persia. Rencana Leonidas pada awalnya berjalan baik, namun tanpa diketahui apabila terdapat rute atas pegunungan di sebelah barat Thermopylae yang memungkinkaan pasukan Persia memotong posisi jalur benteng yang dibangun pasukan Yunani.
Setelah hari kedua pertempuan, seorang penduduk lokal bernama Ephialtes mengkhianati pasukan Yunani dengan memberitahu kepada Xerxes serta pasukannya mengenai rute alternatif tersebut yang memungkinkan mengelilingi garis pertahanan Yunani. Leonidas, menyadari apabila pasukannya bakal terkepung, menyuruh sebagian besar tentaranya pergi sedangkan dirinya tetap bertahan bersama 300 tentara Spartan, 700 tentara Thespiai, 400 tentara Thebes serta boleh menjadi beberapa ratus tentara lainnya.
Leonidas bersama 300 Spartan lainnya tewas bersama dengan sisa pasukan Yunani lainnya. Pasukan Persia kemudian memenggal kepala jasad Leonidas, seperti yang dilakukan kepada penguasa lainnya di dunia yang wilayahnya ditaklukan oleh Persia. Pemenggalan kepala Leonidas dianggap selaku penghinaan terhadap bangsa Yunani, khususnya orang-orang Sparta.
Pasca Pertempuran
Pengorbanan Leonidas bersama 300 pasukan Spartan serta para Hoplite lainnya memang tidak mencegah pergerakan pasukan Persia menyusuri pantai Yunani menuju Boetia. Pasukan serta masyarakat Yunani dibawah komando seorang politisi Athena bernama Thermistokles kemudian memutuskan mengevakuasi seluruh warga Athena serta mundur ke Salamis setelah mengetahui apabila Thermopylae tidak dapat dipertahankan. Pasukan Persia menyerbu Boiotia lalu menaklukan Athena yang penduduknya sebelumnya Telah dievakuasi. Armada Yunani,
Armada pasukan Yunani setelah mundur ke Salamis kemudian memutuskan buat menyerang pasukan Persia dalam Pertempuran Salamis pada akhir tahun 480 SM. Xerxes sendiri kemudian memutuskan menarik pasukannya dari Yunani setelah melihat kerugian yang cukup besar terhadap tentaranya. Agar tidak terjebak dalam pertempuran di Eropa, Xerxes bersama pasukannya kemudian mundur ke Asia serta sekali lagi gagal menaklukan Yunani.
Leonidas serta 300 pasukan Spartannya kemudian diketahui selaku pahlawan yang dikultuskan selaku bentuk pengorbanannya menahan laju pasukan Persia. Di Yunani kuno, mereka yang mati dipertempuran serta dianggap selaku pahlawan bakal dipuja. Empat puluh tahun pasca pertempuran, orang-orang Sparta mengambil sisa jesad Leonidas atau apapun yang diyakini selaku jenazahnya serta membangun kuil buat menghormatinya.
Leonidas dalam Film "300"
Dalam film "300" Leonidas digambarkan dari kecil ke kerajaan melalui doktrin Spartan. Cerita Dilios terus serta utusan Persia tiba di gerbang Sparta menuntut "bumi serta air" selaku tanda penyerahan ke Raja Xerxes; Spartan membalas dengan membunuh serta menendang para utusan ke dalam sumur.
Leonidas kemudian mengunjungi Ephors, mengusulkan strategi buat mendorong kembali Persia numerik unggul melalui Hot Gates; rencananya menyertakan membangun tembok buat menyalurkan Persia ke lulus sempit antara batu serta laut. The Ephors berkonsultasi dengan Oracle, yang menetapkan apabila Sparta tidak bakal pergi berperang selama Carneia.
Leonidas mengumpulkan tiga ratus tentara yang terbaik dalam kedok pengawal pribadinya; mereka bergabung di sepanjang jalan oleh Arcadians. Di Thermopylae, mereka membangun dinding yang terbuat dari batu serta pasukan utusan Persia selaku mortar.
Pada hari ketiga, Persia, dipimpin oleh Ephialtes, melintasi jalan rahasia, melingkari Spartan. Xerxes kemudian menuntut penyerahan diri mereka. Leonidas tampaknya berlutut seolah menyerah, memungkinkan Stelios melompat di atasnya serta membunuh pasukan Persia di depannya. Xerxes yang marah memerintahkan pasukannya buat menyerang.
Leonidas naik serta melemparkan tombaknya kepada Xerxes; tombak tersebut mengenai serta melukai wajahnya, membuktikan apabila Xerxes yang diketahui selaku dewa dapat berdarah serta mati. Leonidas serta Spartan tersisa berjuang umereka akhirnya menyerah tewas oleh hujanan anak panah pasukan Persia.