Kehidupan Pertama Serta Kondisi Geografi Mesir Kuno

Selama berabad-abad, peradaban Mesir Kuno tampak misterius serta tidak tergoyahkan, terbungkus dalam mitologi romantis. Source

- Kehidupan masyarakat Mesir Kuno secara menyeluruh mendiami sepanjang aliran Sungai Nil, sungai yang tercatat selaku salah satu sungai terpanjang di Dunia. Secara geografis Mesir Kuno terdiri dari tiga bagian besar, yaitu bagian lembah di hulu sungai; bagian delta di hilir sungai; serta gurun yang membentang mengisolasi Mesir Kuno di bagian timur, barat, serta selatan.  Mesir Kuno berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah utara serta Laut Merah di sebelah timur.

Di antara gurun-gurun yang mengisolasinya terdapat banyak oase-oase seperti: Kharga, Bahariya, Dunqul, serta Daqla. Keadaan iklim di daerah Mesir Kuno sama seperti halnya di daerah Afrika lainnya, kering serta jarang turun hujan. Kekeringan dapat dilihat dari timur, barat, serta selatan Mesir Kuno yang dikelilingi padang pasir.

Hujan turun dengan intesitas yang kecil serta jarang terjadi, membuat cuma sedikit jenis tumbuhan yang tumbuh di Mesir Kuno. Meskipun kekeringan menjadi hal yang biasa, namun tidak berdampak pada masyarakat Mesir Kuno, mereka hidup di Sungai Nil yang tidak pernah kehabisan air. Oleh karenanya Masyarakat Mesir Kuno dapat membangun pemukiman, ladang-ladang, berkebun anggur, serta berternak.

Semua itu disediakan oleh Sungai Nil. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Herodotus, apabila “Sungai Nil yakni berkat bagi Mesir Kuno, Peradaban Mesir Kuno ada karna mereka tinggal di Lembah Sungai Nil.”

Ilustrasi Penguasa Mesir Hulu serta Mesir Hilir. Gambar: Ferrebeekeeper

Peradaban Mesir Kuno pada awalnya dibentuk oleh dua kerajaan yang mendiami hulu serta hilir Sungai Nil. Mesir Hulu diperintah oleh seorang raja yang mengenakan mahkota putih di kepalanya, sehingga kerajaan ini kerap kali di sebut selaku Kerajaan Putih yang meliputi kota-kota di bagian selatan.

Di hilir berdiri Kerajaan Merah (Mesir Kuno Hilir) yang dipimpin oleh seorang raja yang mengenakan mahkota merah berhias ular kobra yang melilitnya. Kerajaan Mesir Hilir merupakan gabungan dari kota-kota yang berkembang di utara, termasuk kota Heliopolis serta Buto selaku kota yang paling berkembang.

Perkembangan Mesir Kuno terjadi pada tahun 3150 SM dikala kelompok-kelompok besar di hulu serta hilir disatukan oleh Nemes , penguasa dari hulu yang kemudian menjadi penguasa awal Mesir Kuno yang terunifikasi dari utara sampai selatan.

Peta Mesir Kuno. Foto: egypt.mrdonn.org

Nemes menyatukan kedua kerajaan dengan jalan perang saudara, setelah berhasil menyatukan seluruh wilayah Mesir Kuno di sepanjang Sungai Nil, pusat kerajaan di pindahkan ke sedang antara Fayum  dan delta Sungai Nil. Ketika Nemes menguasai seluruh Mesir Kuno, ia menghancurkan pasukan dari hilir, namun tetap menjaga kegiatan pertanian serta kehidupan masyarakatnya tetap berjalan seperti biasanya.  Dari sinilah kehidupan Mesir Kuno terformalisasi menjadi suatu dinasti yang berlanjut hingga ratusan tahun kemudian.

Menes merayakan kemenangan dengan membangun sebuah ibu kota di Memphis, selaku titik pusat kekaisaran yang baru. Kota tersebut didirikan 32 kilometer di sebelah selatan bagian delta paling hulu, dekat tempat bertemunya Mesir Kuno hilir serta hulu. Memphis menjadi kota terbesar di negeri itu. Memphis bertahan selaku ibu kota Mesir Kuno, selama 400 tahun.

Daftar Rujukan:

Gombrich, Ernst. H. 2015. Sejarah Dunia buat Pembaca Muda. Tangerang Selatan: Marjin Kiri
Daldjoeni, N. 1995. Geografi Kesejarahan I Peradaban Dunia. Bandung: Penerbit Alumni
Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo
Holland, Julian. 2009. Ensiklopedia Sejarah serta Budaya: Sejarah Dunia Jilid I. Terj. Nino Oktorino. Jakarta: Lentera Abadi
Casson, Lionel. 1972.  Mesir Kuno: Abad Besar Manusia. Terj. Murad. Jakarta: Tira Pustaka
Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bagikan Artikel ini