Mumi Serta Tradisi Pemakaman Mesir Kuno
Selasa, Mei 23, 2017
Foto: bobviral.com
- Orang Mesir Kuno mengenal akhirat. Akan tetapi akhirat bukan lah seperti yang terlintas pada ajaran agama samawi. Menurut orang Mesir Kuno akhirat ialah kehidupan badaniah bukan penggantian berbentuk rohaniah. Jiwa meninggalkan badan pada ketika kematian, tetapi menurut harapannya jiwa itu dapat kembali pada badan tadi. Oleh karna itu orang-orang Mesir sangat bernafsu buat mengekalkan kehidupannya demi dirinya sesudah mati, serta mengejar tujuan akhirat secara lebih serius dibanding tujuan apa pun yang bisa diraih selama kehidupan di dunia.
Jejak-jejak perkembangan tradisi pemakaman bangsa Mesir memang kurang diketahui, bahkan perkembangan prosesi pemumian. Pengetahuan yang ada sekarang tentang proses itu (pembalseman, penggunaan minyak, garam, dll) sebagian besar berdasarkan tulisan Herodotus serta penyelidikan terhadap mumi sendiri.
Ilustrasi. Foto: www.chuchotezvous.ru
Ketika raja-raja Mesir dimakamkan, orang-orang Mesir belum pernah mem-balsam orang mati. Prosesi pemakaman pun masih sangat sederhana, yakni badan raja dibungkus kain, yang Kadang kala direndam di cairan damar. Akan tetapi, metode itu sama sekali tidak dapat mengawetkan mayat. Metode pengawetan mayat terus berkembang hingga akhirnya menghasilkan suatu tradisi perawatan bagi jenazah orang-orang Mesir yang dinamakan dengan pemumian.
Setelah pemumian dilaksanakan, mumi dimasukkan makam (makam di dalam piramid buat firaun) bersama dengan barang-barang yang diharapkan bakal dibutuhkan oleh yang mati dalam kehidupan barunya . Barang tersebut biasanya berupa makanan, alas kaki, perhiasasan, serta mahkota atau tongkat Kalau ia seorang firaun.
Pemakaman dengan model pemumian, membutuhkan biaya yang sangat mahal. Bahkan, mahalnya biaya buat mengawetkan jenazah melebihi kebutuhan mereka buat merias diri selama hidup. Pada zaman Mesir Kuno, cuma firaun yang berhak hidup di alam akhirat, sehingga pemumian cuma dilakukan buat seorang firaun.
Akan tetapi pada masa kerajaan baru, 11 abad kemudian, kehidupan akhirat merupakan hak semua orang Mesir, akibatnya tradisi pemumian makin banyak dilakukan. Biaya yang sangat mahal mengakibatkan tidak semua rakyat Mesir ketika itu dapat melaksanakan tradisi pemakaman selayaknya, orang-orang miskin menggunakan kain kafan selaku pengganti peti serta melaksanakan penguburan di bawah timbunan pasir.
Rujukan:
Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.