Bentuk Propaganda Nazi Jerman


 - Propaganda merupakan cara yang lazim digunakan oleh berbegai negara dalam era Perang Dunia I serta II. Propaganda menjadi suatu kebutuhan bagi suatu negara dalam menjalankan roda perangnya. Mobilisasi masa merupakan tujuan dari propaganda itu sendiri. tidak cuma mobilisasi masa, rasa tenang serta aman yang tercipta oleh suatu kebohongan besar juga menjadi agenda dari propaganda itu sendiri.

Banyak negara melaksanakan propaganda buat menenangkan warganya yang bertujuan agar tidak mengetahui keadaan negaranya yang terancam oleh agresi militer atau lainnya. tidak cuma itu propaganda yang tadi saya katakan buat membolisasi masa bertujuan buat pemenuhan kebutuhan militer serta SDM lainnya yang pada erap perang dunia ditujukan semata-mata buat kepentikan peperangan.

Negara-negara seperti Uni Soviet, AS, Inggris, Prancis, serta Jerman menggunakan propaganda yang begitu masif. Mereka menggunakannya baik buat kepentingan dalam negeri: mobilisasi masa, atau kepentingan melawan musuh: meneror atau menurunkan moral pasukan musuh.

Disini kita bakal membahas mengenai cara serta pelaksanaan propaganda yang dilakukan oleh Nazi Jerman.

POSTER SEBAGAI MEDIA PROPAGANDA

Seorang anggota patriotik Pemuda Hitler berpose dengan bendera partai Nazi. Disitu tertera keterangan, "Pelajar Jerman siap berjuang buat Fuhrer."

Asal-usul historis dari propaganda Nazi dapat ditelusuri kembali lewat Adolf Hitler serta Mein Kampf, di mana ia merumuskan dua bab yang menganalisis pentingnya propaganda serta praktiknya. Sementara Mein Kampf itu sendiri yakni sebuah karya propaganda, Hitler berbicara tentang tujuan propaganda dalam mengindoktrinasi masyarakat serta pentingnya memastikan propagasi sebuah propaganda.

"Tugas awal propagandis yakni buat menang atas orang-orang yang selanjutnya dapat diambil ke dalam organisasi. serta tugas awal dari organisasi ini yakni buat memilih serta melatih orang-orang yang (berpotensi) mampu membawakan propaganda. Tugas kedua organisasi ini mengganggu tatanan yang ada serta dengan demikian memberikan ruang buat melaksanakan penetrasi ajaran baru yang mewakili, sedangkan penyelenggara perlu berjuang buat tujuan mengamankan kekuasaan, sehingga sebuah doktrin pada akhirnya bakal menang."
Kumpulan Poster Propaganda Nazi Jerman. Foto: Pinterest

Tak ada yang lebih relevan daripada berdirinya Reichsministerium für Volksaufklärung und Propaganda (Kementerian Reich buat Pencerahan Publik serta Propaganda), yang diketahui dengan inisial Jerman-nya selaku RMVP. Di bawah arahan dari RMVP, Partai Nazi lebih efektif buat menterjemahkan gagasan ideologis mereka dalam acara narasi yang selalu digambarkan seorang yang baik melawan skenario serta tatapan jahat mereka (orang-orang yang tidak diinginkan). Mudah diakses serta dipahami oleh khalayak massa.

Segera setelah Hitler diangkat selaku Kanselir Jerman pada tanggal 30 Januari 1933, Nazi dengan terang-terangan memulai penghancuran sistematis terhadap kebebasan pers, dimulai dengan pengusiran siapa pun yang tidak taat pada garis kebijakan partai dalam kegiatan jurnalistik. Hal ini dilakukan lewat kombinasi kekuatan, penangkapan politik, serta pengasingan. Selama beberapa bulan ke depan, beberapa surat Kabar yang “baik” terkonsolidasi atau shut-down di bawah nama nasionalisme. 

Pada tanggal 4 Oktober, 1933, Kepala Pers Reich Otto Dietrich membantu merumuskan serta meluluskan Hukum Kontrol Editorial, yang menempatkan semua pers yang tersisa di bawah kendali pemerintah, serta melarang setiap "non-Arya" yang tidak diinginkan dalam partisipasi atas kegiatan jurnalistik.

Dengan memanfaatkan stereotip yang ada serta sentimen dari orang-orang Jerman, propaganda Nazi berusaha buat menargetkan orang-orang yang dianggap baik musuh atau tidak layak menjadi warga Jerman —Yahudi, Gipsi (Roma serta Sinti), homoseksual, komunis serta pembangkang politik lainnya, serta orang-orang Jerman yang dipandang selaku inferior serta merugikan (seperti orang-orang cacat mental atau fisik)— tidak cuma itu, tema-tema ini juga digunakan dalam argumen buat Lebensraum, atau ruang hidup, sebuah rencana besar ekspansionisme Jerman buat membantu menciptakan kekuatan serta kebesaran Jerman Raya.

Mengingat iklim politik serta ekonomi di Jerman pada waktu itu, yang dikombinasikan dengan penghinaan serta ketidakadilan akibat Perjanjian Versailles, penduduk Jerman sudah matang buat menerima propaganda tersebut. Karena itu, mesin propaganda Nazi berusaha buat memenuhi tujuan lain dari partai, serta terfokus pada beberapa tema favorit yang hiperbola.


Salah satu tema paling awal partai Nazi yakni pendewaan Hitler dengan menggambarkan Hitler selaku seorang mesianis (juru selamat). Sedangkan representasi terbaik dari ini yakni film karya Leni Riefenstahl, "Triumph des Willens" atau "Triumph of the Will", serta tema ini juga cukup lazim di media lain, termasuk media cetak serta poster.

kalau penggambaran sosok Hitler selaku mesianis yakni upaya penyederhanaan yang berlebihan buat memanipulasi bagaimana massa Jerman dapat menerima Hitler, propaganda Nazi terhadap Yahudi (serta kaum Bolshevik serta tidak diinginkan lainnya) yakni jauh lebih eksplisit.

Ada dua jenis utama dari penggambaran orang-orang Yahudi yang aneh dalam kontras, namun buat mencapai tujuan yang sama. Yahudi digambarkan selaku sosok yang kumuh, bermartabat rendah, buruk rupa, kotor, seringkali diasosiakan selaku hama, atau mereka digambarkan selaku sosok yang serakah, gemuk, serta elemen tidak menyenangkan yang memihak musuh.

Berikutnya, hal ini bakal menciptakan lingkungan yang menolak bukti yang bertentangan dengan paradigma, yaitu keunggulan "Arya" serta keberhasilan mereka, serta penduduk Yahudi yang inferior serta beban atas semua kegagalannya. Kita dapat melihat elemen stimulan buat memperoleh Efek Kereta Musik (Bandwagon Effect) dalam "Kami vs Mereka", penggambaran yang tidak menyenangkan setelah melihat karikatur Yahudi, kadang-kadang dikaitkan dengan Bolshevik dan/atau Inggris/Amerika.

Sebagaimana dalam Mein Kampf, Nazi merasa jauh lebih kuat dengan kemenangan doktrin, mengharuskan mobilisasi massa dalam upaya mendukung kesuksesan doktrin. Mudah bagi Nazi terhadap musuh-musuhnya yang berhasil dijebak serta didefinisikan buat mengerahkan massa. Mengingat ketidakadilan perjanjian Versailles serta ekonomi yang penuh gejolak, Nazi menggunakan mesin propaganda mereka buat menggalang "Arya" selaku keluarga Jerman buat mendukung Nazi

RELI NUREMBERG


Mulai tahun 1933, demonstrasi Nazi diadakan setiap tahun dengan tujuan di Nuremberg. Pertemuan militer ini bakal menyertakan ratusan ribu Nazi, termasuk anggota partai, angkatan bersenjata serta kelompok pemuda. The Nuremberg Rallies mempunyai sejumlah fitur: Nazi mengenakan pakaian militer lengkap; tentara berbaris dilengkapi drum serta bendera partai; prosesi obor; pidato oleh Hitler serta pejabat terkemuka Nazi lainnya. 

Demonstrasi tersebut dapat dilihat selaku propaganda yang bertujuan buat menunjukkan kepada orang-orang Jerman kalau negara mereka berkuasa, memerintah serta berada di bawah kendali penuh Nazi.

FILM DI JERMAN


Triumph of the Will (bahasa Jerman: Triumph des Willens) yakni sebuah film propaganda Jerman (1935) yang disutradarai, diproduksi, disunting, serta ditulis oleh Leni Riefenstahl. Film tersebut menampilkan Kongres Partai Nazi (1934) di Nuremberg, yang dihadiri oleh lebih dari 700,000 pendukung Nazi.

Hitlerjunge Quex: Ein Film vom Opfergeist der deutschen Jugend (Hitler Youth Quex) yakni film Jerman (1933) yang disutradarai oleh Hans Steinhoff, berdasarkan novel Quelle Hitler (Hitlerjunge Quex, 1932). Film ini ditampilkan di Amerika dengan judul Our Flag Leads Us Forward.

Heini Völker yakni seorang remaja laki-laki. Rekan-rekannya memberinya julukan "Quex" (Quicksilver). Ia hidup dalam kemiskinan di Berlin, di sebuah apartemen satu kamar. Ayahnya yakni pendukung luar biasa Partai Komunis yang mengirimkan anaknya dalam kegiatan berkemah pada akhir pekan bersama Kelompok Pemuda Komunis. Sementara di sana Quex mendapati pesta pora Komunis yang tidak disiplin sehingga tidak menyenangkan. 

Ada yang merokok, minum, serta menari larut malam. Makanan disajikan dengan memotong hunks dari roti serta melemparkannya ke orang-orang yang terdesak sebab kelaparan. Anak laki-laki serta perempuan memainkan sebuah permainan di mana mereka bergantian saling menjatuhkan serta menampar satu sama lain di bagian pribadi mereka. Quex melarikan diri serta di bagian lain taman tersebut Quex menemukan sekelompok Pemuda Hitler berkemah di tepi danau. Ia memata-matai mereka dari kejauhan.

Pemuda Hitler bekerja sama buat membuat api serta memasak makan malam. Mereka menyanyikan lagu-lagu patriotik, mendengarkan pidato, serta berteriak serentak mendukung "Jerman Bangkit". Tak satupun dari mereka yang merokok atau minum. Di pagi hari mereka bangun lebih awal serta lari ke danau buat berenang bersama sebelum sarapan pagi. Kesehatan, kebersihan, kerja tim serta nasionalisme patriotik yakni gambar yang diproyeksikan.

Ketika Quex kembali ke rumahnya menyanyikan salah satu lagu Pemuda Hitler, ayahnya, seorang Komunis yang bersemangat, memukulnya serta menandatanganinya buat menjadi anggota Partai Komunis. Namun, Quex menginformasikan kepada Pemuda Hitler kalau Komunis Muda berencana buat menyergap mereka selama sebuah demonstrasi dengan menggunakan senapan serta dinamit. 

Ia menjadi seorang paria bagi Komunis, serta pahlawan bagi Pemuda Hitler. Ibunya yang putus asa mencoba membunuh anaknya serta dirinya sendiri dengan memadamkan lampu pilot serta membiarkan gas di apartemen satu kamar mereka pada malam hari. Ibunya mati terbunuh sedangkan Quex bertahan. Ayahnya, hancur oleh apa yang terjadi, mulai bertanya-tanya apakah anaknya benar, Sosialisme Nasional bisa menjadi lebih baik buat Jerman daripada Komunisme.

Karakter yang berulang dalam film ini yakni pemain jalanan Komunis. Temanya yakni kalau "bagi beberapa orang, semuanya berjalan dengan baik ... tapi bagi George mereka tidak pernah melakukannya." Pesannya yakni kalau kehidupan di Jerman dapat memperbaiki orang lain, tapi bagi orang yang bekerja, George, hidup tidak bakal baik kecuali jika dia bergabung dengan Partai Komunis. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi motif bagi pemain jalanan Komunis menusuk Quex sampai mati di sudut jalan di Berlin pada malam hari, serta Quex secara anumerta menjadi pahlawan gerakan Nazi.

KORAN DER STURMER


Der Sturmer yakni surat Kabar mingguan berbentuk tabloid yang diterbitkan oleh Julius Streicher, pejabat terkemuka di partai Nazi mulai pada tahun 1923 hingga akhir Perang Dunia II. Der Sturmer membawakan materi secara eksplisit terhadap Yahudi disertai karikatur buat menggencarkan propaganda anti-Katolik, anti-monarki, anti-komunis. 

Der Stürmer sering memberi gambaran bagaimana mengidentifikasi orang Yahudi. Artikel ini seringkali menyertakan kartun politik rasis, termasuk karikatur anti-Semit. tidak cuma penggambaran grafis, artikel ini terfokus pada ketakutan imajiner, pembedaan serta perbedaan perilaku yang dirasakan antara orang Yahudi serta warga Jerman lainnya.

Surat Kabar ini dimulai di Nuremberg selaku tempat dimana Adolf Hitler mulai membangun kontrol serta kekuasaannya. Salinan awal Der Sturmer diterbitkan pada 20 April 1923 serta makin tumbuh dari waktu ke waktu. 

Pada awal 1933, Streicher menyerukan pemusnahan orang-orang Yahudi lewat Der Sturmer. Selama perang, Streicher secara teratur menerbitkan artikel bertajuk penghancuran serta pemusnahan ras Yahudi. Aktivitas penerbitan serta ceramahnya merupakan bagian utama dari bukti yang diajukan kepadanya. 

Intinya, jaksa mengambil kesimpulan atas peran Streicher dalam menghasut orang-orang Jerman buat membasmi orang-orang Yahudi serta menjadikannya aksesori buat pembunuhan , serta sebab itu bersalah seperti halnya orang-orang yang benar-benar melaksanakan pembunuhan tersebut. Jaksa juga menghadirkan bukti kalau Streicher melanjutkan artikel serta pidatonnya ketika dia sadar kalau orang-orang Yahudi tengah disembelih. Setelah perang, dia dihukum gantung sebab melaksanakan kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Der Stürmer populer sebab karikatur antisemitnya yang efektif, yang menggambarkan orang-orang Yahudi selaku karakter buruk rupa dengan tubuh yang tidak berbentuk. Dalam propagandanya, Streicher menggunakan stereotip Abad Pertengahan, misalnya, kalau orang Yahudi membunuh anak-anak, mengorbankan mereka serta meminum darah mereka.

Sebagian besar gambar ini yakni hasil karya Philipp Rupprecht —dikenal selaku Fips— yang merupakan salah satu kartunis anti-Semit yang populer di Reich Ketiga. Melalui menyesuaikan diri serta penggabungan hampir semua stereotip, mitos serta tradisi anti-Semit yang ada, serangan virulen Rupprecht ditujukan terutama pada dehumanisasi serta demonisasi orang-orang Yahudi. 

Di bagian bawah halaman judul selalu diselipkan moto "Die Juden sind unser Unglück!" ("Orang-orang Yahudi yakni malapetaka kita!"), Diciptakan oleh Heinrich von Treitschke pada tahun 1880-an. Dalam papan nama itu tertulis moto "Deutsches Wochenblatt zum Kampfe um die Wahrheit" (Koran Mingguan Jerman dalam Perjuangan buat Kebenaran).

Sebagian besar pembacanya yakni orang muda serta orang-orang dari lapisan bawah masyarakat Jerman. Salinan Der Stürmer ditampilkan dalam kasus-kasus yang menonjol di seluruh Reich. Begitu juga dengan periklanan publikasi, kasus-kasus ini juga memungkinkan artikelnya menjangkau pembaca yang tidak mempunyai waktu luang buat membeli serta membaca koran harian secara mendalam.

Hermann Göring melarang Der Stürmer di semua departemennya, serta Baldur von Schirach melarangnya selaku upaya pendidikan lebih lanjut di hostel Pemuda Hitler serta fasilitas pendidikan lainnya oleh "Reichsbefehl" (Perintah Reich). Göring memendam kebencian yang sangat kuat, terutama setelah menerbitkan sebuah artikel yang mencemarkan nama baik Göring, yang menjelaskan kalau putrinya Edda Sudah hamil lewat inseminasi buatan. 

Hanya lewat intervensi Hitler, Streicher dapat terhindar dari hukuman apapun. Namun, pejabat senior Nazi lainnya, termasuk Heinrich Himmler (kepala SS), Robert Ley (kepala Front Perburuhan Jerman), serta  Max Amann (pemilik Zentral Verlag (Central Press), terdiri dari 80% Pers Jerman pada tahun 1942), mendukung publikasi tersebut, serta pernyataan mereka sering dipublikasikan di koran.


Penulis Anggoro Prasetyo - Mahasiswa Sejarah UI. Dapat dihubungi di 088211800912
Koleksi Foto: Anggoro Prasetyo
Editor: Imam Maulana

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel