White Rose, Pirates Edelweiss, Serta Gerakan Pemuda Anti Nazi


 - Gerakan White Rose barangkali yang paling populer di antara gerakan perlawanan sipil yang berkembang di Jerman di bawah rezim Nazi. Namun beberapa anggotanya perlu membayar harga yang mengerikan buat pendirian mereka melawan sistem tersebut.

Gerakan White Rose terdiri dari mahasiswa Universitas Munich. Anggota yang paling populer ialah Hans serta Sophie Scholl. Anggota White Rose secara sembunyi-sembunyi membagikan selebaran anti-Nazi serta anti-perang serta di tengah upaya mereka yang kian gencar, mereka ditangkap Nazi Jerman ialah negara kepolisian. Entah itu benar atau tidak, orang percaya kalau informan ada dimana-mana.

Untuk menjaga kerahasiaan, keanggotaan gerakan White Rose sangat kecil sehingga lebih gampang buat menghasilkan selebaran anti-perang yang juga dianggap anti-Nazi. Apa yang ada di dalamnya sangat berbahaya. jika mereka ditangkap, mereka bakal dikenai tuduhan pengkhianatan dengan konsekuensi yang tidak terelakkan. Itulah sebabnya kelompok tersebut perlu dijaga sangat kecil — setiap orang saling mengenal serta masing-masing yakin bakal kesetiaan semua orang dalam kelompok tersebut.

Grafiti yang digambar oleh White Rose. Foto: Kumpulan Anggoro. P

White Rose aktif antara bulan Juni 1942 serta Februari 1943. Pada waktu itu mereka membuat enam selebaran anti-perang serta anti-Nazi yang disebarkan di depan umum. Anggotanya juga terlibat dalam kampanye graffiti di Munich.

Salah satu selebaran yang berjudul "Perlawanan Pasif terhadap Sosialisme Nasional" menyatakan:
"Banyak, barangkali sebagian besar pembaca dari selebaran ini tidak melihat dengan jelas bagaimana mereka bisa mempraktikkan oposisi yang efektif. Mereka tidak melihat ada jalan yang terbuka buat mereka. Kami mau mencoba menunjukkan kepada mereka kalau setiap orang berada dalam posisi buat berkontribusi pada penggulingan sistem. 

Hal itu bisa dilakukan cuma dengan kerja sama antara banyak orang yang yakin serta energik — orang-orang yang setuju dengan cara yang perlu mereka gunakan. Kami tidak mempunyai banyak pilihan mengenai sarana. Satu-satunya yang tersedia ialah resistansi pasif. Makna serta tujuan perlawanan pasif ialah menggulingkan Sosialisme Nasional, serta dalam perjuangan ini kita tidak boleh mundur dari segala arah, apapun tindakannya, apapun sifatnya. 

Kemenangan fasis Jerman dalam perang ini bakal mempunyai konsekuensi mengerikan yang tidak terukur. Kami tidak bisa memberikan cetak biru buat tindakannya kepada setiap orang, kami cuma bisa menyarankannya secara umum.

Sabotase di pabrik persenjataan serta industri perang, di semua pertemuan, demonstrasi serta organisasi Partai Sosialis Nasional ............... Oleh karna semua kenalan kamu tentang keputusasaan perang ini .................. serta mendesak mereka buat bersikap pasif."

Selebaran lainnya disebut "Kepada Sesama Pejuang dalam Perlawanan", yang ditulis pada bulan Februari 1943, setelah kekalahan Jerman di Stalingrad.

"Hari perhitungan Sudah datang - perhitungan kaum muda Jerman terhadap tirani paling kejam yang perlu dipaksakan oleh orang-orang kita. Kami tumbuh dalam keadaan di mana semua kebebasan berekspresi serta berpendapat ditekan tanpa ampun. Pemuda Hitler, SA, SS. Semuanya Sudah mencoba buat memberi obat kepada kami, buat membuat resimen kami pada tahun-tahun paling menjanjikan dalam kehidupan kami. 

Bagi kami cuma ada satu slogan: bertarung melawan partai. Nama Jerman tidak terhormat sepanjang masa jika pemuda Jerman pada akhirnya tidak bangkit, membalas dendam, menghancurkan para penyiksa. Mahasiswa! Orang-orang Jerman melihat kita. "

Hari terakhir Sophie. Foto: Kumpulan Anggoro. P

Saat brosur dibuka di Universitas Munich, Hans serta Sophie Scholl ditangkap oleh Gestapo. Mereka Sudah membagikan banyak selebaran White Rose yang mereka bawa. Namun, Sophie serta Hans menyadari kalau mereka tidak membagikan semuanya. 

Karena begitu banyak masalah yang perlu ditanggung buat menghasilkan selebaran ini, mereka bakal memastikan kalau semuanya terdistribusikan. Mereka terlihat melemparkan selebaran di sekitar atrium universitas oleh seorang penjaga bernama Jakob Schmid serta melaporkan hal ini pada Gestapo. Hal ini terjadi pada 18 Februari 1943. Scholl secara harfiah membawa semua bukti yang diperlukan oleh Gestapo.

Baik Hans serta Sophie mengakui tanggung jawab penuh mereka dalam upaya buat mengakhiri segala bentuk interogasi yang barangkali dapat memaksa mereka membeberkan anggota gerakan lainnya. Namun, Gestapo menolak buat percaya kalau cuma dua orang yang terlibat serta setelah diinterogasi lebih lanjut, mereka mendapatkan nama semua orang yang terlibat yang kemudian ditangkap.

Sophie, Hans serta Christoph Probst ialah orang kesatu yang dibawa ke hadapan Pengadilan Rakyat pada tanggal 22 Februari 1943. Pengadilan Rakyat didirikan pada tanggal 24 April 1934 buat mengadili kasus-kasus yang dianggap selaku pelanggaran politik terhadap rezim Nazi.

Bagaimanapun, persidangan ini tidak lain dirancang buat menjatuhkan serta mempermalukan. Mungkin dengan harapan penghinaan publik semacam itu bakal menunda orang lain yang barangkali berpikir dengan cara yang sama sebagaimana mereka yang seolah dijatuhi kutukan. Ketiganya dinyatakan bersalah serta dijatuhi hukuman mati dengan dipancung. Eksekusi dilangsungkan pada hari yang sama.

Percobaan lebih lanjut terjadi pada tanggal 19 April serta 13 Juli 1943 dikala anggota White Rose lainnya dibawa ke hadapan Pengadilan Rakyat. Tak semuanya dieksekusi. Uji coba ketiga (13 Juli) tidak dipimpin oleh Roland Freisler yang populer serta saksi utama —juga diadili (Gisela Schertling)— menarik bukti kalau dia Sudah memberikannya dikala diinterogasi. Akibatnya, hakim membebaskan semua orang yang diadili hari itu dengan pengecualian satu, Josef Soehngen, yang diberi hukuman enam bulan penjara.

Sebelum Perang Dunia II di Eropa berakhir, selebaran terakhir yang diproduksi oleh White Rose diselundupkan keluar dari Jerman serta diserahkan kepada Sekutu yang tengah maju. Mereka mencetak jutaan salinannya serta menjatuhkannya ke seluruh negeri.


Berikut tokoh-tokoh penting dalam gerakan rahasia White Rose: Hans Scholl, Sophie Scholl, Professor Dr. Kurt Huber, Christoph Probst, Alexander Schmorell, Willi Graff

WHITE ROSE Kelompok mahasiswa anti-Nazi yang terbentuk di Munich pada tahun 1942. Tak seperti para konspirator yang terlibat dalam Plot 20 Juli (1944) atau peserta di kelompok pemuda seperti Edelweiss Pirates, para anggota White Rose menganjurkan perlawanan tanpa kekerasan selaku alat buat melawan rezim Nazi.

Tiga anggota pendiri kelompok tersebut —Hans Scholl, Willi Graf, serta Alexander Schmorell— ialah mahasiswa kedokteran di Universitas Munich. Sementara di Front Timur, trio tersebut mengamati pembunuhan warga sipil Yahudi oleh pasukan SS. 

Ketika mereka kembali ke Munich, ketiganya bergabung dengan siswa lain —termasuk saudara perempuan Hans Sophie— buat mendiskusikan perlawanan mereka terhadap rezim Nazi. Dengan menggabungkan idealisme muda dengan pengetahuan yang mengesankan tentang sastra Jerman serta ajaran agama Kristen, para siswa menerbitkan kepercayaan mereka dalam serangkaian selebaran dengan nama "The White Rose" (dan kemudian selaku "Leaflet of the Resistance").

Selebaran pertama, yang diterbitkan pada bulan Juni 1942, dilansir secara bebas dari karya Friedrich Schiller serta Johann Wolfgang von Goethe, serta menganjurkan perlawanan pasif terhadap usaha perang Nazi. Esai White Rose kesatu diakhiri dengan pernyataan tersebut, "Jangan lupa kalau setiap negara layak mendapatkan pemerintah yang dihadapinya." 

Dengan menggunakan alamat yang diperoleh dari sebuah buku telepon, selebaran dikirimkan ke individu di seluruh Munich. Lima selebaran selanjutnya menyusul selama delapan bulan ke depan, serta Gestapo kian khawatir dengan potensi ancaman yang ditimbulkannya. Pada awal 1943, anggota White Rose menyebarkan selebaran dengan tangan, serta mereka memulai kampanye grafiti anti-Nazi, melukis "Kebebasan" serta "Turunkan Hitler" di bangunan-bangunan di seluruh Munich.

Makam Hans Scholl serta Sophie Scholl

Tindakan tersebut meningkatkan risiko yang dihadapi oleh mahasiswa, serta pada tanggal 18 Februari 1943, seorang anggota partai Nazi mengamati Hans serta Sophie melemparkan selebaran dari gedung kelas Universitas Munich. Mereka ditangkap hari itu juga, serta sebuah penyelidikan berhasil Christoph Probst, seorang mahasiswa kedokteran Universitas Munich, di White Rose. Scholls serta Probst dengan cepat diadili, serta ketiganya dipancung pada tanggal 22 Februari 1943.

Pada bulan-bulan berikutnya, puluhan lainnya dipenjara karna keterkaitan mereka (nyata atau imajiner mereka) dengan White Rose, serta beberapa diantaranya, termasuk Graf serta Schmorell, dieksekusi.

Pirates Edelweiss. Foto: Kumpulan Anggoro. P

PIRATES EDELWEISS (Bahasa Jerman: Edelweißpiraten) ialah kelompok pemuda yang menentang peraturan Nazi. Pirates Edelweiss terutama menentang cara Pemuda Hitler yang Sudah mengambil alih kehidupan kaum muda di Jerman. Sulit buat memberikan tanggal pasti kapan Pirates Edelweiss kesatu kali dimulai namun pada tahun 1936 keanggotaan gerakan Pemuda Hitler dijadikan wajib serta sejarawan cenderung menggunakan tanggal ini selaku awal dari 'Pirates'. 

Perompak Edelweiss bukanlah gerakan yang spesifik, melainkan sebuah asosiasi dari sejumlah gerakan pemuda yang berkembang di Jerman Barat selaku tanggapan terhadap resimen Nazi menilai pemuda. Perompak Edelweiss secara diametris berlawanan dengan gerakan Pemuda Hitler, yang dijalankan dengan jalur kuasi-militer. Mereka bebas mengekspresikan apa yang mereka pikirkan. Sementara anak laki-laki serta perempuan dipisahkan secara ketat dalam gerakan Pemuda Hitler, Edelweiss Pirates mendorong hal yang sebaliknya.

Sebagian besar kota di Jerman Barat mempunyai beberapa bentuk kelompok Edelweiss Pirates, meskipun beberapa tidak menggunakan judulnya. Di Köln (Cologne), misalnya, mereka diketahui selaku 'Navajos'. Beberapa sifat menghubungkan semua kelompok. Ada keberatan umum terhadap cara Nazi yang mau mengendalikan kehidupan para pemuda di Jerman. Anggota Pirates Edelweiss bakal mempunyai pendidikan yang dikendalikan oleh Nazi dikala mereka di sekolah (wajib belajar berakhir pada usia 14). 

Di bawah 14 tahun, waktu malam yang mereka miliki secara efektif juga dikendalikan. jika seseorang berusia 13 tahun pada dikala Hitler menjadi kanselir pada bulan Januari 1933, mereka bakal mengalami satu tahun silabus pendidikan Nazi dengan semua yang terkait dengannya sebelum mereka dapat meninggalkan sekolah. Pada tahun 1937, dikala berusia 17 tahun — usia wajib militer. 

Sejak orang tersebut meninggalkan sekolah hingga dikala ini, seorang pemuda bakal menerima surat panggilan mereka, karna bakal ada upaya Nazi buat mengendalikan kehidupan orang tersebut. Meskipun merupakan persepsi umum kalau setiap orang berada di bawah kendali Nazi serta kalau polisi rahasia mempunyai informan di mana-mana, jelas kalau kota-kota besar memang mempunyai bagian komunitas pemuda yang tidak puas. Orang-orang muda inilah yang membentuk kelompok Edelweiss Pirate. Pada dasarnya, mereka anti-otoritas serta tidak konformis.

Mereka juga menawarkan cara hidup di luar rezim Nazi yang mencekik. Anggota Pirates Edelweiss menentang pembatasan pergerakan dengan melaksanakan hiking serta berkemah. Sementara dalam perjalanan ini mereka mempunyai cukup kebebasan buat menyanyikan lagu yang dilarang oleh lagu blues atau jazz Nazi — terutama 'merosot' yang Sudah disaring dari Perancis. Mereka bisa sahaja membuka diskusi mengenai topik-topik yang dilarang di kota-kota serta informan mana yang pasti bisa didengar.

Antara tahun 1936 serta September 1939, pihak berwenang Nazi melihat Pirates Edelweiss sedikit lebih dari sekadar iritasi berskala kecil. Namun, sikap berubah selama Perang Dunia II dikala pihak berwenang percaya kalau Pirates Edelweiss bertanggung jawab buat mengumpulkan selebaran propaganda anti-Nazi yang dijatuhkan oleh Komando Bomber Inggris pada awal perang serta memasangnya lewat surat-surat. Hal ini dipandang lebih dari sekadar iritasi; serta itu digolongkan selaku subversi yang terang-terangan.

Pada bulan Juli 1943 , pemimpin Partai Nazi di Dusseldorf menghubungi Gestapo dengan pandangan mereka terhadap kelompok Edelweiss setempat. Surat tersebut mengungkap kalau "geng" itu "memberat bebannya" serta kalau "riff-raff" mewakili "bahaya bagi orang muda lainnya". Diklaim kalau kelompok kota tertentu ini mempunyai rentang usia 12 sampai 17 serta anggota tentara yang terkait dengan mereka dikala mereka cuti. Para pemimpin kota Dusseldorf juga percaya kalau kelompok Edelweiss setempat bertanggung jawab atas grafiti anti-Hitler serta anti-perang di kereta bawah tanah. Namun, jelas dinyatakan kalau ini cuma kecurigaan.

Bahkan dikala itu, hukuman bagi orang-orang yang tertangkap tidak begitu drastis seperti yang diperkirakan selama perlakuan Nazi Jerman terhadap orang-orang subversif dewasa. Pihak berwenang tahu kalau anggota Pirates Edelweiss membanggakan diri pada penampilan mereka dalam artian sangat non-militeristik. 

Hukuman standar bagi siapa pun yang tertangkap ialah membuat kepala mereka dicukur sehingga penampilan mereka yang lebih bohemian berubah menjadi model tentara. Namun, aktivitas Pirates tidak membuat dirinya senang dengan Heinrich Himmler yang mengharuskan semua orang Jerman buat taat sepenuhnya. Ia memerintahkan sebuah tindakan keras terhadap semua pemuda yang tampaknya gagal dalam kesetiaan total mereka terhadap Hitler serta negara Nazi.

Dalam sebuah surat dari Himmler kepada Reinhard Heydrich (Januari 1942), Kepala SS menulis kalau pendekatan setengah terukur terhadap kelompok pemuda mana pun yang gagal menunjukkan kesetiaan total tidak dapat diterima serta kalau anggota kelompok semacam itu perlu ditangani sesuai dengan itu. Himmler berkata kepada Heydrich kalau kamp kerja tidak sesuai. Mereka perlu dikirim ke kamp konsentrasi selama antara "2 sampai 3 tahun". Himmler tidak membedakan antara pemuda serta "gadis tidak berharga".

"Di sana pemuda pertama-tama perlu diberi gejolak serta kemudian menjalani latihan berat serta mulai bekerja. Harus dijelaskan kalau mereka tidak bakal pernah diizinkan buat kembali ke studi mereka. Kita perlu menyelidiki berapa banyak dorongan yang mereka dapatkan dari orang tua mereka. jika mereka mendorong mereka, maka mereka juga perlu dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi serta harta benda mereka disita.” (Hitler's Germany oleh Jane Jenkins).

Himmler juga menasihati Heydrich kalau dia perlu turun tangan "secara brutal" buat menghentikan penyebaran lebih lanjut kelompok pemuda yang tidak puas. Seiring perang berlanjut serta posisi Nazi menjadi lebih genting, Himmler memerintahkan tindakan keras yang lebih brutal. Pada November 1944, tiga belas pemuda digantung di Cologne serta enam di antaranya pernah menjadi anggota Pirates Edelweiss.

Tulisan oleh Anggoro Prasetyo - Mahasiswa Sejarah UI. Dapat dihubungi di 088211800912

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel