Partisipasi Serta Peran Serta Ulama Di Kerajaan Aceh
Selasa, Oktober 15, 2019
Ulama di masa kerajaan Aceh memiliki posisi yang sangat terhormat. Hal ini dapat diterima sebab kerajaan yang berpusat di Banda Aceh itu memakai Islam selaku landasan Negara serta geraknya, disamping itu adanya perhatian yang serius dari para raja yang berkuasa di Aceh dalam memandang betapa pentingnya ulama serta ilmu yang dimilikinya, ulama dinilai mampu menjadi tokoh buat mengendalikan atau selaku media kontrol jalannya pemerintahan yang Baidatun thayyibatim wa Rabbun Ghaifir serta mendapat ridla-Nya. Pengangkatan ulama menjadi kontrol masyarakat ini merujuk dari hadits Nabi yang menjelaskan Jika “ Terdapat dua golongan yang apabila keduanya baik maka menjadi baik pula manusia, bakal tetapi apabila keduanya rusak maka rusaklah manusia, mereka itulah ulama serta umara’ (pemerintah) ”
Suatu bukti lain yang menunjukkan Jika kerajaan memberikan perhatian yang lebih terhadap keberadaan para ulama ialah dengan ditempatkannya ulama pada teras kerajaan; baik menjabat selaku Mangkubumi atau pejabat lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sederetan nama pahlawan-pahlawan Nasional yang berasal dari Propinsi Aceh, seperti Habib Abdurrahman, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Panglima Polim, Cik Di Tiro, mereka secara keseluruhan ialah pejabat-pejabat teras kerajaan, ada yang selaku Mangkubumi seperti Habib Abdurrahman, selaku Kepala sagi Hulubalang Besar seperti Teuku Umar serta sebagainya.
Bahkan ada anggapan Jika sampai terdapat suatu wilayah di Aceh yang secara khusus diserahkan pengelolaan serta penguasaannya kepada ulama, yaitu Masjid Raya serta sekitarnya. Di wilayah tersebut Sultan tidak memerintah langsung tetapi kekuasaan dilimpahkan kepada Hakim tertinggi kerajaan Teuku Kadli Malikul Adil serta Panglima Masjid Raja. Ini menunjukkan betapa besar perhatian kerajaan terhadap keberadaan ulama dalam pemerintahan. Indikasi lain yang bisa kita jadikan titik pandang buat melihat betapa penting peran ulama di Aceh Darussalam. ïalah adanya lembaga-lembaga yang sengaja diberi restu oleh sultan buat menghimpun para ulama dalam mendiskusikan mermacam masalah keagamaan, hal ini ditandai dengan didirikannya Balai Jama’ah Himpunan Ulama serta Balai Setia Hukama’.
Dari uaraian di atas, maka jelaslah Jika peranan serta partisipasi ulama sangat besar dalam sistem pemerintahan kerajaan Aceh sehingga wajar apabila di Aceh mendapatkan julukkan selaku kota Serambi Mekkah, serta melahirkan ulamaulama besar dengan mermacam karya ilmiahnya yang berbobot, seperti: Hamzah Fansuri, Nurrddin ar-Raniri, Syamsuddin asSumantrani serta Abdur Rauf as-Singkili.
Suatu bukti lain yang menunjukkan Jika kerajaan memberikan perhatian yang lebih terhadap keberadaan para ulama ialah dengan ditempatkannya ulama pada teras kerajaan; baik menjabat selaku Mangkubumi atau pejabat lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sederetan nama pahlawan-pahlawan Nasional yang berasal dari Propinsi Aceh, seperti Habib Abdurrahman, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Panglima Polim, Cik Di Tiro, mereka secara keseluruhan ialah pejabat-pejabat teras kerajaan, ada yang selaku Mangkubumi seperti Habib Abdurrahman, selaku Kepala sagi Hulubalang Besar seperti Teuku Umar serta sebagainya.
Bahkan ada anggapan Jika sampai terdapat suatu wilayah di Aceh yang secara khusus diserahkan pengelolaan serta penguasaannya kepada ulama, yaitu Masjid Raya serta sekitarnya. Di wilayah tersebut Sultan tidak memerintah langsung tetapi kekuasaan dilimpahkan kepada Hakim tertinggi kerajaan Teuku Kadli Malikul Adil serta Panglima Masjid Raja. Ini menunjukkan betapa besar perhatian kerajaan terhadap keberadaan ulama dalam pemerintahan. Indikasi lain yang bisa kita jadikan titik pandang buat melihat betapa penting peran ulama di Aceh Darussalam. ïalah adanya lembaga-lembaga yang sengaja diberi restu oleh sultan buat menghimpun para ulama dalam mendiskusikan mermacam masalah keagamaan, hal ini ditandai dengan didirikannya Balai Jama’ah Himpunan Ulama serta Balai Setia Hukama’.
Dari uaraian di atas, maka jelaslah Jika peranan serta partisipasi ulama sangat besar dalam sistem pemerintahan kerajaan Aceh sehingga wajar apabila di Aceh mendapatkan julukkan selaku kota Serambi Mekkah, serta melahirkan ulamaulama besar dengan mermacam karya ilmiahnya yang berbobot, seperti: Hamzah Fansuri, Nurrddin ar-Raniri, Syamsuddin asSumantrani serta Abdur Rauf as-Singkili.