Perang Cina-Jepang Pertama, Awal Dominasi Kekaisaran Jepang

Perang Cina-Jepang awal terjadi ditahun 1894-1895 yang menyertakan Kekaisaran Jepan melawan Dinasti Qing dari Cina. Penyebab konflik ini ialah perebutan supremasi atas wilayah Semenanjung Korea. Sejak dahulu Kerajaan Korea ialah negara bawahan Cina serta pengaruh Dinasti Qing sangat besar di lingkungan kerajaan. Sementara itu Jepang yang baru sahaja mengalami modernisasi sejak Restorasi Meiji tahun 1868 tertarik dengan wilayah Korea sebab sumber daya alam wilayah itu dapat membantu mengembangkan sektor industri Jepang selain itu Jepang butuh wilayah baru buat dijadikan tempat industri serta menampung warganya.

Ditahun 1876, Jepang berhasil membuka pelabuhan di Korea buat perdagangan internasional. Sebelumnya Korea menerapkan politik isolasi Korea cuma mau berhubungan dengan Cina namun setelah Jepang memaksa Korea membukakan pelabuhannya hubungan dagang Korea-Jepang pun terjalin serta Jepang makin leluasa buat menancapkan pengaruhnya di Semenanjung Korea.

Ditahun 1884 terjadi gerakan kudeta yang dilakukan kelompok reformis yang pro terhadap Jepang. Tujuan mereka ialah melengserkan Raja Gojong yang menjadi raja Korea waktu itu, dikenal kudeta ini juga didukung oleh Jepang sendiri melalui duta besarnya di Seoul. Sayangnya para pemberontak berhasil ditumpas setelah tentara Qing dibawah komando Jendral Yuan Shikai dikirim ke Korea buat memburu para pemberontak. Sadar bakal gagalnya aksi mereka, para pemimpin pemberontakan pun melarikan diri ke Jepang selain para pemberontak yang menjadi korban beberapa orang Jepang juga tewas oleh tentara Qing.

Pasca pemberontakan Jepang serta Qing menyepakati Konvensi Li-Itō dimana kedua belah pihak sepakat buat menarik mundur pasukan masing-masing dari Korea (Selain Qing, tentara Jepang juga berada di Korea selaku kompensasi dari insiden pembakaran kedubes Jepang di Seoul tahun 1882). Hubungan antar kedua negara ini kembali memanas dibulan Maret 1894 dikala pemimpin revolusioner yang pro-Jepang, Kim Ok kyun tewas terbunuh di Shanghai. Pembunuhan ini membuat publik Jepang menginginkan pemerintah Jepang buat mengintervensi permasalah yang terjadi di Korea.

Ditahun yang sama kembali terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Tonghak/Donghak yang menginginkan terusirnya pengaruh negara asing dari Korea. Atas permintaan Kerajaan Korea, tentara Qing dikirim buat membantu menumpaskan kelompok Tonghak. Jepang menganggap intervensi tentara Qing di Korea selaku pelanggaran terhadap isi Konvensi Li-Itō. Menanggapi hal ini Kekaisaran Jepang mengirimkan 8000 prajurit ke Korea serta dengan cepat tentara Jepang menduduki Seoul serta mendirikan pemerintahan baru yang berpihak kepada Jepang.

Ketegangan Qing serta Jepang berujung kepada konflik bersenjata pada 28 Juli 1894. Tentara Jepang menyerang markas tentara Qing di Asan akhirnya kedua pihak bertemu di Seonghwan. Jepang meraih kemenangan di pertempuran ini namun sebagian besar tentara Qing dapat melarikan diri ke utara serta bergabung dengan tentara utama di Pyongyang.

Walaupun konflik bersenjata dimulai bulan Juli, Jepang baru mendeklarasikan perang terhadap Qing bulan Agustus 1894. Tentara Jepang langsung bergerak menuju utara ke kota Pyongyang yang dipertahankan sekitar 15.000 tentara Qing. Tanpa terdeteksi tentara Jepang dengan gampang mengepung Pyongyang serta memulai serangan ke kota tersebut pagi hari tanggal 15 September 1894. Kemenangan dapat diraih Jepang dengan mudah, dalam pertempuran ini 2000 tentara Qing tewas serta 4000 orang terluka sementara Jepang cuma kehilangan 568 prajuritnya.

Setelah merebut Pyongyang, tentara Jepang bergerak buat menyerang posisi pertahanan tentara Qing berikutnya di Sungai Yalu, perbatasan antara Cina serta Korea. Untuk menghadapi serangan Jepang, Qing memanggil bala bantuan tentara namun tentara tersebut gagal dikirim ke Yalu sebab kapal yang membawa mereka ditenggelamkan oleh armada Jepang tanggal 17 September 1894.

Tentara Qing membuat pertahanan kuat diwilayah Sungai Yalu, sementara itu tentara Jepang tanpa terdeteksi berhasil menyebrangi sungai serta langsung menyerang fortifikasi Qing di Yalu. Setelah 5 jam bertempur akhirnya tanggal 25 Oktober tentara Jepang kembali meraih kemenangan.

Setelah kemenangan di Pertempuran Sungai Yalu, Jepang membagi dua pasukannya. Yang satu mengejar tentara Qing yang mundur sementara satunya lagi bergerak ke Mukden, ibukota Manchuria. Setelah melewati serangkaian pertempuran, Jepang pun berhasil menduduki Haicheng pada 13 Desember 1894 serta dengan didudukinya kota itu, jalan menuju Mukden makin terbuka lebar.

Awal tahun 1895, tentara Qing menyerang kota Haicheng namun serangan tersebut berhasil dikalahkan, serta Jepang pun kembali melanjutkan ofensif nya di Manchuria dengan berhasil merebut Niuzhuang serta Liaoyang tanggal 4 Maret 1895. Setelah menguasai Manchuria. Sementara Tentara Pertama Jepang menyerang Manchuria tanggal 24 Oktober 1894, Tentara Kedua Jepang mendarat di Semenanjung Liaodong serta bergerak buat mengepung Port Arthur.

Serangan awal terhadap Port Arthur dilancarkan tanggal 19 Oktober 1894 namun serangan tersebut berhasil dipatahkan pasukan pertahanan Qing dua hari kemudian Jepang mencoba menyerang Port Arthur kembali serta kali ini Jepang sukses memenangkan pertempuran serta menduduki Port Arthur. Setelah menduduki kota tersebut tentara Jepang menjarah seisi kota serta membantai sekitar 1000 - 20.000 tentara serta warga sipil.

Awal Januari 1895, tentara Jepang membuka front baru di Provinsi Shantung. Target tentara Jepang kali ini ialah markas AL tentara Qing di Weihaiwei. Tentara Jepang sampai di Weihaiwei pada 30 Januari 1895, akibat lemahnya pertahanan kota dalam 2 hari tentara Jepang berhasil merebut Weihaiwei sementara sisa-sisa kapal perang Qing disana ditenggelamkan oleh armada Jepang.

Kali ini Jepang menlancarkan invasi ke Pulau Pescadores yang terletak di sebelah barat Taiwan pada 23 Maret 1895. Jepang dengan gampang mengalahkan garnisun Qing di pulau itu setelah melewati 3 hari pertempuran. Sadar bakal kekalahan yang terus diderita pemerintah Dinasti Qing mulai menyelenggarakan negosiasi damai dengan Jepang serta perang berakhir pada 17 April 1895 setelah ditandatanganinya Perjanjian Shimonoseki.

Menurut perjanjian Shimonoseki Qing menyerahkan wilayah Taiwan, Pescadores, serta Semenanjung Liaodong yang terletak di Manchuria. Dengan keluarnya Jepang selaku pemenang perang Cina-Jepang Pertama, Jepang menjadi salah satu negara superior di Asia sementara akibat kekalahannya pemerintah Dinasti Qing makin melemah serta berujung pada meletusnya revolusi ditahun 1911.

-Wellesley/Wellington
sumber OA Line Historypedia

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel