Peran Wanita Amerika Dalam Perang Dunia Ii
Minggu, April 16, 2017
- Selama Perang Dunia II, sekitar 350.000 wanita Amerika bertugas di Angkatan Bersenjata AS. Mereka ditempatkan di dalam serta luar negeri, termasuk mereka yang bergabung ke dalam Angkatan Udara AS, selaku pilot. Sementara itu, dikala banyak dari laki-laki Amerika bergabung buat mengikuti perang, mereka meninggalkan industri yang terbengkalai.
Selama Amerika Serikat terjun ke dalam Perang Dunia II, antara tahun 1940 sampai 1945 banyak dari wanita yang kemudian bekerja selaku buruh pabrik menggantikan peran laki-laki.
Presentasi pekerja perempuan AS meningkat dari 27% menjadi hampir 37% serta pada tahun 1945 diperkirakan hampir satu dari empat perempuan AS yang Sudah menikah bekerja di luar rumah menggantikan posisi pria.
Foto: Pinterest |
Wanita Amerika menjadi operator mesin bubut dikala mengerjakan mesin pesawat transportasi di Pabrik Konsolidasi Pesawat di Fort Worth, Texas tahun 1942.
Perempuan Amerika di Angkatan Bersenjata
tidak hanya bekerja selaku buruh pabrik serta pekerjaan rumah lainnya, sekitar 350.000 wanita bergabung ke dalam Angkatan Bersenjata AS yang ditugaskan di dalam serta luar negeri. Masuknya perempuan ke dalam Angkatan Bersenjata AS di latar belakangi desakan Ibu Negara, Elanor Roosevelt yang terkesan dengan perempuan Inggris dalam angkatan perangnya. Jenderal George Marshall mendukung gagasan bergabungnya wanita dalam angkatan bersenjata.
Pada bulan Mei 1942, Kongres Amerika menyetujui serta meresmikan pembentukan Auxiliary Army Corps (Kesatuan Tentara Bantuan) yang kemudian ditingkatkan menjadi Women’s Army Corps (Kesatuan Tentara Wanita) yang mempunyai status miiliter penuh, anggotanya diketahui selaku "Wacs."
Banyak dari wanita Amerika bekerja di lebih dari 200 pekerjaan non-gerilyawan di Amerika Serikat serta di setiap medan pertempuran. Hingga tahun 1945, terdapat lebih dari 100.000 Wacs serta 6000 petugas perempuan.
Di Angkatan laut, banyak dari perempuan AS bergabung menjadi "Relawan Darurat" yang berstatus seperti pasukan cadangan angkatan laut, lainnya menjadi penjaga pantai serta bergabung ke dalam Kesatuan Marinir Amerika AS, meskipun dalam jumlah yang kecil.
Salah satu peran yang kurang diketahui dimainkan perempuan dalam upaya peperangan yaitu bergabung menjadi Women’s Airforce Service Pilots (WASP) atau pilot angkatan udara. Namun mereka yang bergabung biasanya sudah mempunyai lisensi selaku pilot sebelum mereka menjadi pilot pesawat terbang militer AS.
Pilot Militer Wanita AS selesai melaksanakan pendaratan di Lockbourne AFB, Ohio, tahun 1944. Foto: U.S. Air Force Photo |
Lebih dari 60 juta mil jarak yang terakumulasikan oleh pilot-pilot perempuan ini, selain itu mereka berpartisipasi dalam usaha pembebasan pilot laki-laki AS yang bertugas dalam Perang Dunia II.
Lebih dari 1000 orang bertugas, serta 38 diantaranya kehilangan nyawa selama bertugas dalam Perang Dunia II. Wanita-wanita ini dianggap selaku pegawai negeri sipil serta tanpa status militer yang resmi. Setelah mereka dibubarkan, tidak ada penghormatan secara militer serta pada tahun 1977 WASP baru mendapatkan status selaku militer resmi.
Pada tanggal 10 Maret 2010, dalam sebuah upacara di Capitol, WASP menerima Mendali Emas Kongres AS yang merupakan penghargaan sipil tertinggi. Lebih dari 200 mantan pilot hadir dalam acara tersebut, banyak diantara mereka mengenakan seragam semasa bertugas pada era Perang Dunia II.
“Rosie Riveter”
Sementara kaum wanita bekerja di mermacam posisi yang sebelumnya tidak dilakukan atau tertutup oleh mereka, industri penerbangan AS melihat peningkatan terbesar pada pekerja perempuan.
Lebih dari 310.000 wanita bekerja di industri pesawat terbang AS pada tahun 1943. Sekitar 65% tenaga kerja industri dilakukan oleh tenaga kerja perempuan.
Peningkatan tenaga kerja wanita di AS selama Perang Dunia II tidak begitu sahaja terjadi. Pemerintah AS menciptakan sebuah propaganda yang bertujuan menarik simpati serta merekrut para wanita buat menjadi sukarelawan Amerika dalam perang dengan menggantikan peran pria menopang industri.
Tokoh Fiktif "Rosie the Riveter". Foto: History.com |
Wanita tersebut terkadang mengambil pekerjaan baru secara sepenuhnya menggantikan para buruh laki-laki yang berada dalam militer. Rosie the Riveter digunakan selaku lambang feminisme serta kekuatan ekonomi wanita.
Salah satu poster yang mengajak wanita berpartisipasi dalam Perang Dunia II. Foto: Pinterest |