Lompat Kodok Amerika Serikat Dalam Perang Pasifik

Douglas MacArthur dengan pasukanAmerika di suatu tempat di Pasifik Selatan, akhir 1943. Foto: Pinterest

Menyusul kemenangan yang menggemparkan di Midway, Amerika Serikat buat awal kalinya berhasil memanfaatkan kesempatan tersebut di Pasifik. Pada bulan Agustus 1942, pasukan darat Amerika Serikat dalam jumlah besar mendarat di Guadalkanal, Kepulauan Solomon dalam upaya melindungi jalur komunikasi yang menghubungkan Amerika Serikat serta Australia lewat Pasifik Barat Daya.

Peta yang menggambarkan garis waktu Perang Pasifik. Foto: Anggoro

Kekalahan awal angkatan laut dikarenakan Jepang memotong jalur persediaan Amerika Serikat dengan penuh resiko serta selama berminggu-minggu Amerika Serikat perlu bertahan di Pulau Malarial cuma dengan kuku jari mereka. Setelah beberapa kali pertempuran laut yang melelahkan, pasukan Jepang dievakuasi dari Guadalkanal pada bulan Februari 1943. Jepang perlu kehilangan 20.000 personilnya yang Apabila dibandingkan dengan 1,700 Amerika Serikat menunjukkan rasio korban lebih dari sepuluh banding satu.

Sementara itu, pasukan Amerika Serikat serta Australia di bawah Jenderal MacArthur terus bertahan dengan berani di ujung tenggara New Guinea, memberikan kekuatan defensif yang kuat buat melindungi Australia. Skala perang secara bertahap dimulai dengan angkatan laut Amerika Serikat, termasuk kapal selam yang menimbulkan kerugian mematikan terhadap kapal pengangkut personil serta logistik Jepang.

Douglas Macarthur serta pasukannya di New Guinea selama Perang Dunia ke-2. Foto: Pinterest

Penaklukan pantai utara New Guinea tuntas pada bulan Agustus 1944 setelah Jenderal MacArthur bertempur menuju ke arah barat menyusuri daerah hutan tropis yang kerap dijuluki “Hutan Neraka”. Kemenangan yang diunggulkan ini yakni pijakan awal memulai perjalanan yang panjang menuju pembebasan Filipina

Angkatan Laut Amerika Serikat yang didukung pasukan darat serta marinir kemudian terlibat dalam “meat-grinder fighting”. Sementara itu Sudah terjadi "leaffrogging” (lompat kodok) atas pulau-pulau yang dikuasai Jepang di Pasifik. Strategi model lama yang mendiktekan tentara Amerika Serikat dikala mereka bakal melintasi Tokyo.

Mereka perlu mengurangi pos terdepan musuh yang diperkuat di sisi mereka. Taktik ini bakal menyeret musuh dalam pertumpahan darah buat jangka waktu yang panjang serta kekuatan musuh (yang bersembunyi) bakal dipaksa mempersiapkan diri buat bertempur hingga titik darah penghabisan. Strategi baru “island-hopping” bakal memintas pos-pos terkuat Jepang, menduduki pulau-pulau terdekat, mendirikan lapangan terbang, serta kemudian menetralisir basis musuh di samping bombardemen masif.

Keberhasilan yang brilian mengantarkan serangan Amerika Serikat terhadap benteng Jepang di Pasifik, di mana Laksamana Chester Nimitz dengan terampil mengkoordinasikan usaha angkatan laut, udara, serta darat. Pada Mei serta Agustus 1943, Attu serta Kiska di Aleutians direbut kembali. Pada November 1943, "Bloody Tarawa" serta Makin, keduanya di Kepulauan Gilbert, jatuh setelah perlawanan berani mati. Pos terdepan di Kepulauan Marshall berhasil dilumpuhkan setelah lewat pertempuran yang brutal pada Januari serta Februari 1944.

Sebuah F6F Hellcat bersiap-siap buat tinggal landas ke Marianas. Foto: microworks.net

Sedangkan kemenangan yang terbilang berharga yakni di Marianas, termasuk Amerika Serikat menaklukkan Guam. Dari basis di Marianas, B-29 Amerika Serikat baru dapat melaksanakan misi penyergapan lewat jalur pulang-pergi atas pulau-pulau Jepang. Serangan terhadap Marianas dibuka pada 19 Juni 1944, yang oleh pilot Amerika Serikat menamakannya "Great Mariana Turkey Shoot” Kombinasi keunggulan tempur "Hellcat" Amerika Serikat yang baru dikembangkan ditambah teknologi baru yang merupakan inovasi senjata anti-pesawat berhasil menghancurkan hampir 250 pesawat Jepang, dengan kerugian cuma 29 pesawat Amerika Serikat.

Keesokan harinya, armada laut Amerika Serikat berhasil menenggelamkan beberapa kapal induk Jepang dalam Pertempuran Laut Filipina. Angkatan Laut Jepang tak pernah pulih dari kerugian besar baik pesawat terbang, pilot, serta juga kapal.

Setelah perlawanan fanatik, termasuk bunuh diri massal oleh tentara Jepang yang masih hidup serta warga sipil dari "Suicide Cliff" di Saipan, pulau-pulau besar di Marianas jatuh ke tangan Amerika Serikat pada Juli serta Agustus 1944. Dengan mengandalkan kapal-kapal induk yang tak gampang tenggelam, pengeboman virtual round-the-dock dapat dilakukan pada November 1944.

Tulisan oleh Anggoro Prasetyo - Mahasiswa Sejarah UI. Dapat dihubungi di 088211800912

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel