Jenderal Ahmad Yani: Jendral Dari Purworejo

 
Dia ikut ambil bagian dalam mengusir pasukan Sekutu dari Magelang yang berhasil didesak ke Ambarawa hingga Semarang. Dia membentuk pasukan Banteng Raiders dengan latihan-latihan khusus, waktu ditugaskan menghancurkan gerombolan DI/TII Jawa Tengah. Salah satu keahlian yang diperolehnya dari pendidikan pada Command and General Staff College di Fort Leavenworth (Amerika Serikat) yakni mengenai operasi gabungan. Keahlian ini dipraktikannya buat awal kali dalam menumpas Pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatra Barat. Operasi yang diketahui dengan nama Operasi 17 Agustus ini dipersiapkan dalam waktu singkat, matang, serta berhasil dengan baik. Setelah itu, ia memegang jabatan-jabatan penting dalam Angkatan Darat, termasuk menjadi KSAD pada 1962.

Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani mengawali pendidikan formal di HIS Bogor yang diselesaikannya pada 1935. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke MULO kelas B serta tamat pada 1938. Selanjutnya, ia masuk AMS bagian B di Jakarta. Sekolah ini dijalaninya cuma sampai kelas dua, sehubungan dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dia kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang serta secara lebih intensif di Bogor. Dari sana ia mengawali karier militernya dengan pangkat Sersan. Setelah tahun 1942, dimasa Jepang, ia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang serta selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air [PETA] di Bogor.

Setelah Tentara Keamanan Rakyat [TKR] terbentuk, ia diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto. Ketika Agresi Militer Pertama Belanda terjadi, pasukan Achmad Yani yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda di daerah itu. Maka ketika Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, ia dipercayakan memegang jabatan selaku Komandan Wehrkreise II yang meliputi daerah pertahanan Kedu. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia diserahi tugas buat melawan DI/TII. Dia berhasil dengan baik. Setelahnya, ia menjadi Staf Angkatan Darat.

Baca Juga


Pada 1955, Achmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Pada tahun 1956, ia juga mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Tahun 1958 ketika pemberontakan PRRI terjadi di Sumatra Barat, Achmad Yani yang masih berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus buat memimpin penumpasan pemberontakan PRRI serta berhasil menumpasnya. Hingga pada tahun 1962, ia diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Situasi memanas di tahun 1965. Pada 1 Oktober terjadi aksi klandestin Gerakan 30 September. Sebuah kekisruhan di tubuh Angkatan Darat membawa akibat fatal. Sekelompok tentara gelap mendatangi rumah Achmad Yani, memaksa masuk serta menembak mati Yani di depan kamar tidurnya. Jenazahnya kemudian dibawa ke Lubang Buaya Jakarta Timur. Jenazahnya lekas dicari serta kemudian dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Revolusi kepada Achmad Yani yang ditetapkan tepat di hari peringatan angkatan bersenjata RI pada 1965.

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel