Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Prri/Permesta
Sabtu, Agustus 31, 2019
Dalam Pemberontakan PRRI serta Permesta, Amerika Serikat (AS) ikut terlibat di dalamnya. Keterlibatan AS dalam permasalahan politik Indonesia, yaitu pada Pemberontakan PRRI serta Permesta ditandai lewat campur tangan Central Intelligence Agency (CIA) milik Pemerintah Amerika Serikat yang ditujukan buat menggulingkan pemerintahan Soekarno. Salah satu bentuk dari keterlibatan AS, khususnya CIA di dalam Pemberontakan PRRI serta Permesta yaitu infiltrasi senjata-senjata serta personil. Peter Dale Scott berkata Kalau di tahun 1957-1958, CIA sudah menginfiltrasikan senjata-senjata serta personil buat mendukung pemberontakan regional PRRI/PERMESTA yang ditujukan buat melawan Sukarno. Pada bulan Januari 1958, merupakan hal yang sangat jelas Kalau Amerika Serikat bakal mengadakan segala upaya dalam rangka memperkuat gerakan anti-komunis di Indonesia. Operasi ini berada di bawah kepemimpinan Eisenhower selaku Presiden Amerika Serikat, serta Allen Dulles, Director of Central Intelligent (DCI), di mana operasi ini kemudian disebut dengan istilah Operasi HAIK. Operasi HAIK ini sering kali disebut selaku salah satu kesalahan terbesar CIA, dikarenakan propaganda yang dilakukan serta dukungan terhadap pembangkang Presiden Soekarno. Amerika Serikat dalam operasi ini sudah menyisihkan dana sebesar US$ 7 juta.
Bukti fisik adanya bantuan berupa peralatan militer serta personilnya yaitu sebuah pesawat terbang militer AS yang ditembak jatuh di Ambon pada tanggal 18 Mei 1958 oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dengan menggunakan meriam. Pilot yang mengemudikan pesawat terbang militer tersebut yaitu seorang penerbang berkebangsaan Amerika, yaitu Allan Lawrence Pope yang kemudian ditangkap serta diadili. Allan Pope merupakan penerbang Amerika yang disewa oleh kaum pemberontak Permesta yang secara legal diberi izin oleh pemerintah AS buat menerbangkan angkutan udara sipil. Pope berhak buat menggunakan lapangan terbang di pangkalan militer AS di dekat Manila, Filipina.
Pope mempunyai kemampuan buat mengadakan serangan yang mampu membunuh 700 rakyat tidak berdosa di Ambon dalam satu kali serangan.11 Serangan itu ditujukan ke sebuah Gereja sampai hancur serta seluruh umat di dalam kebaktian itu terbunuh. tidak cuma itu, Pope juga berhasil menenggelamkan sebuah kapal milik Indonesia serta semua awak kapal ini mengalami nasib yang malang. Kesalahan serta segala akibat yang sudah diperbuat oleh Pope ini kemudian diampuni oleh Presiden Soekarno dengan menggunakan hak prerogatifnya selaku seorang presiden. Padahal Soekarno yakin Pope merupakan salah satu agen CIA. Dan memang Pope merupakan salah satu agen CIA yang disewa oleh kaum pemberontak Permesta.12 Kemurahan hati dari Soekarno ini sama sekali tidak merubah kebijakan AS terhadap Indonesia.
Berdasarkan keputusan Eisenhower, Presiden AS pada masa itu, tahap yang diambil oleh AS yaitu menggerakkan unit-unit angkatan laut serta melepaskan the Third Marine Division milik AS dari Filipina memasuki area Indonesia.15 Atas bantuan kekuatan udara serta kekuatan laut baru yang dimiliki oleh Permesta, Permesta mampu buat mengadakan tindakan ofensif yang membuat adanya keuntungan di teritorialnya dalam penyerangan terhadap Indonesia. Tindakan pemberontakan ini terus terjadi sampai pertengahan Mei 1958 di waktu Pemerintah Indonesia berhasil menumpas semua pemberontakan PRRI serta Permesta di pulau Sumatera serta Indonesia bagian timur dengan cara menghancurkan beberapa pesawat serta mengambil alih kontrol di daerah teritorial tersebut.
Semua persenjataan serta alat komunikasi modern ini disalurkan kepada gerombolan pemberontak lewat Singapura, yang dikendalikan serta diorganisir oleh seorang tokoh politik serta ekonomi yang populer Professor Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Bahkan di Pekanbaru, rakyat sering mendapati serta melihat masuknya senjata-senjata gelap dari kapal-kapal yang datang dari Singapura. Namun demikian pihak PRRI dalam hal ini tidak pernah hendak mengakui Kalau mereka sebenarnya menerima serta mengikuti arahan Imperialis AS, serta mengungkapkan Kalau isu yang sebenarnya terjadi yaitu dugaan Kalau PRRI/PERMESTA memberontak selaku wujud protes terhadap Presiden Sukarno yang terlalu memanjakan PKI sehingga banyak kebijakan Pemerintah yang berbau ideologi PKI.
Keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa PRRI/Permesta tidak cuma dalam dukungan terhadap persenjataan selama pemberontakan berlangsung, namun juga lewat propaganda-propaganda yang dilakukannya. CIA kemudian berencana membuat sebuah film documenter berjudul Happy Days yang menceritakan mengenai affair yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dengan seorang wanita Rusia, yang menandakan bagaimana Soekarno sudah jatuh ke tangan Uni Soviet dikarenakan sifat suka perempuannya tersebut. Namun yang kemudian menjadi masalah yaitu bagaimana CIA tidak berhasil mendapatkan pemeran yang dapat menirukan Soekarno, sehingga kemudian pemeran Soekarno perlu menggunakan topeng Soekarno itu sendiri. Peluncuran film ini namun tidak mendapatkan perhatian seperti yang diharapkan oleh CIA, image Soekarno juga tidak terdiskreditkan dikarenakan hal ini.
Keterlibatan CIA dalam peristiwa PRRI/Permesta pada dasarnya dilakukan secara tersembunyi di mana secara formal di depan media, pemerintahan Amerika Serikat berusaha menampilkan posisi netral serta tidak adanya intensi buat mengadakan segala bentuk intervensi terhadap masalah yang terjadi di Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Presiden Eisenhower dalam wawancaranya dengan NBC pada bulan April 1958. Rumor keterlibatan warga Amerika Serikat dalam pemberontakan ini juga disangkal oleh Dulles yang mengungkapkan keraguannya bakal hal tersebut. dia juga mengungkapkan bagaimana pada dasarnya Amerika Serikat juga tidak mempunyai kekuatan buat mengatur setiap tindakan warga negara Amerika Serikat, khususnya di Indonesia pada zaman itu.
Sumber: Makalah Sejarah Universitasi Indonesia "Amerika Serikat serta Pembrontakan PRRI/PERMESTA"
Bukti fisik adanya bantuan berupa peralatan militer serta personilnya yaitu sebuah pesawat terbang militer AS yang ditembak jatuh di Ambon pada tanggal 18 Mei 1958 oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dengan menggunakan meriam. Pilot yang mengemudikan pesawat terbang militer tersebut yaitu seorang penerbang berkebangsaan Amerika, yaitu Allan Lawrence Pope yang kemudian ditangkap serta diadili. Allan Pope merupakan penerbang Amerika yang disewa oleh kaum pemberontak Permesta yang secara legal diberi izin oleh pemerintah AS buat menerbangkan angkutan udara sipil. Pope berhak buat menggunakan lapangan terbang di pangkalan militer AS di dekat Manila, Filipina.
Pope mempunyai kemampuan buat mengadakan serangan yang mampu membunuh 700 rakyat tidak berdosa di Ambon dalam satu kali serangan.11 Serangan itu ditujukan ke sebuah Gereja sampai hancur serta seluruh umat di dalam kebaktian itu terbunuh. tidak cuma itu, Pope juga berhasil menenggelamkan sebuah kapal milik Indonesia serta semua awak kapal ini mengalami nasib yang malang. Kesalahan serta segala akibat yang sudah diperbuat oleh Pope ini kemudian diampuni oleh Presiden Soekarno dengan menggunakan hak prerogatifnya selaku seorang presiden. Padahal Soekarno yakin Pope merupakan salah satu agen CIA. Dan memang Pope merupakan salah satu agen CIA yang disewa oleh kaum pemberontak Permesta.12 Kemurahan hati dari Soekarno ini sama sekali tidak merubah kebijakan AS terhadap Indonesia.
Persidangan Allen Pope
source: merdeka.com
Tak cuma dukungan di angkatan udara, usaha-usaha CIA juga didukung oleh sebuah tugas kekuatan angkatan laut AS di lepas pantai, yaitu Armada ke-7 milik Pemerintah AS. Angkatan darat juga ikut diperbantukan dari CIA. Berdasarkan tulisan H. W. Brands dikatakan Kalau dalam pemberontakan PRRI, CIA membantu sekitar 300 serdadu yang terdiri dari orang Amerika, Filipina, serta Taiwan serta juga beberapa pesawat terbang. Segala bantuan ini dijalankan oleh CIA ini didasarkan pada kebijakan luar negeri AS yang dilakukan terhadap Indonesia. Kementerian Luar Negeri AS di pertengahan April 1958 memutuskan buat menjaga komitmennya lewat bantuan pesawat-pesawat serta personil angkatan udara ke Sulawesi. Keputusan buat mengirim Pesawat Tempur Mustang serta pesawat pembom jenis B-26 dilakukan oleh Menteri Luar Negeri John Foster Dulles selaku pembuat kebijakan luar negeri pada masa pemerintahan Eisenhower. Bantuan militer dari AS ini dijadikan jalan buat meningkatkan serta membenatu pemberontakan PRRI serta Permesta.Berdasarkan keputusan Eisenhower, Presiden AS pada masa itu, tahap yang diambil oleh AS yaitu menggerakkan unit-unit angkatan laut serta melepaskan the Third Marine Division milik AS dari Filipina memasuki area Indonesia.15 Atas bantuan kekuatan udara serta kekuatan laut baru yang dimiliki oleh Permesta, Permesta mampu buat mengadakan tindakan ofensif yang membuat adanya keuntungan di teritorialnya dalam penyerangan terhadap Indonesia. Tindakan pemberontakan ini terus terjadi sampai pertengahan Mei 1958 di waktu Pemerintah Indonesia berhasil menumpas semua pemberontakan PRRI serta Permesta di pulau Sumatera serta Indonesia bagian timur dengan cara menghancurkan beberapa pesawat serta mengambil alih kontrol di daerah teritorial tersebut.
Semua persenjataan serta alat komunikasi modern ini disalurkan kepada gerombolan pemberontak lewat Singapura, yang dikendalikan serta diorganisir oleh seorang tokoh politik serta ekonomi yang populer Professor Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Bahkan di Pekanbaru, rakyat sering mendapati serta melihat masuknya senjata-senjata gelap dari kapal-kapal yang datang dari Singapura. Namun demikian pihak PRRI dalam hal ini tidak pernah hendak mengakui Kalau mereka sebenarnya menerima serta mengikuti arahan Imperialis AS, serta mengungkapkan Kalau isu yang sebenarnya terjadi yaitu dugaan Kalau PRRI/PERMESTA memberontak selaku wujud protes terhadap Presiden Sukarno yang terlalu memanjakan PKI sehingga banyak kebijakan Pemerintah yang berbau ideologi PKI.
Keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa PRRI/Permesta tidak cuma dalam dukungan terhadap persenjataan selama pemberontakan berlangsung, namun juga lewat propaganda-propaganda yang dilakukannya. CIA kemudian berencana membuat sebuah film documenter berjudul Happy Days yang menceritakan mengenai affair yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dengan seorang wanita Rusia, yang menandakan bagaimana Soekarno sudah jatuh ke tangan Uni Soviet dikarenakan sifat suka perempuannya tersebut. Namun yang kemudian menjadi masalah yaitu bagaimana CIA tidak berhasil mendapatkan pemeran yang dapat menirukan Soekarno, sehingga kemudian pemeran Soekarno perlu menggunakan topeng Soekarno itu sendiri. Peluncuran film ini namun tidak mendapatkan perhatian seperti yang diharapkan oleh CIA, image Soekarno juga tidak terdiskreditkan dikarenakan hal ini.
Keterlibatan CIA dalam peristiwa PRRI/Permesta pada dasarnya dilakukan secara tersembunyi di mana secara formal di depan media, pemerintahan Amerika Serikat berusaha menampilkan posisi netral serta tidak adanya intensi buat mengadakan segala bentuk intervensi terhadap masalah yang terjadi di Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Presiden Eisenhower dalam wawancaranya dengan NBC pada bulan April 1958. Rumor keterlibatan warga Amerika Serikat dalam pemberontakan ini juga disangkal oleh Dulles yang mengungkapkan keraguannya bakal hal tersebut. dia juga mengungkapkan bagaimana pada dasarnya Amerika Serikat juga tidak mempunyai kekuatan buat mengatur setiap tindakan warga negara Amerika Serikat, khususnya di Indonesia pada zaman itu.
Sumber: Makalah Sejarah Universitasi Indonesia "Amerika Serikat serta Pembrontakan PRRI/PERMESTA"