Dinasti Samaniyah
Jumat, September 13, 2019
Dinasti berkebangsaan Iran ini berkuasa di Khurasan serta seberang Sungai Amudaria. Mereka dinisbatkan kepada Saman Khadah yang memeluk Islam serta diangkat menjadi Gubernur Khurasan semasa pemerintahan Umawiyah. Keempat cucunya, Nuh, Yahya, Ahmad, serta Ilyas, diangkat Al-Makmun menjadi Gubernur Samarkand, Farghanah, Syasy, serta Harat. Yang mendirikan Dinasti Samaniyah yaitu Nashr bin Ahmad as-Samani, yang diangkat Al-Mu’tamid menjadi Gubernur Seberang Sungai Amudaria pada tahun 261 Hijriah. Setelah itu, dia digantikan saudaranya, Ismail, yang menumpas Dinasti Shafariyah pada tahun 295 Hijriah/908 Masehi.
Ismail berhasil mengokohkan kekuatan Dinasti Samaniyah. Pada masa pemerintahannya, Dinasti Shafariyah berhasil ditaklukkan. Kekuasaannya membentang sampai Khurasan. ia juga menguasai Tabaristan setelah mengalahkan penguasanya, Muhammad bin Zaid al-Alawi, pada tahun 287 Hijriah/900 Masehi.
Setelah itu, Ismail juga mampu memasukkan wilayah Ray serta Laut Kaspia ke dalam wilayahnya, yang kemudian diwarisi anak-cucunya secara turuntemurun.
Kekuasaan Dinasti Samaniyah membentang sampai perbatasan India serta Turkistan. Yang berkuasa pada dinasti tersebut ada sembilan orang. Yang paling masyhur yaitu Nashr II, Nuh I, serta Nuh II. Pada masa mereka, peradaban serta kebudayaan Islam menjadi makin diakui. Bukhara serta Samarkand pun menjadi pusat kebudayaan Islam yang penting, di samping Baghdad. Sastra Iran berkembang serta berkibar serta melahirkan namanama besar, seperti ar-Raudaki, al-Firdausi, serta Ibnu Sina.
Dinasti Samaniyah membuat kemajuan dalam bidang pembangunan, pembuatan tembikar, tenun sutra, serta pembuatan kertas yang tersebar luas di Samarkand. Dari Samarkand, kertas tersebar ke seluruh wilayah Islam. Samaniyah juga sangat memerhatikan kitab-kitab ilmu agama. Mereka mendirikan sebuah perpustakaan yang tiada duanya. Kumpulan kitabnya pun tidak ditemukan di perpustakaan lain.
Samaniyah juga meminta bantuan kepada budakbudak Turki buat memperkuat kekuasaannya. Dinasti Samaniyah runtuh pada tahun 389 Hijriah/999 Masehi oleh Al-Batkin al Ghaznawi.
Sumber: Atlas Sejarah Islam
Ismail berhasil mengokohkan kekuatan Dinasti Samaniyah. Pada masa pemerintahannya, Dinasti Shafariyah berhasil ditaklukkan. Kekuasaannya membentang sampai Khurasan. ia juga menguasai Tabaristan setelah mengalahkan penguasanya, Muhammad bin Zaid al-Alawi, pada tahun 287 Hijriah/900 Masehi.
Setelah itu, Ismail juga mampu memasukkan wilayah Ray serta Laut Kaspia ke dalam wilayahnya, yang kemudian diwarisi anak-cucunya secara turuntemurun.
Kekuasaan Dinasti Samaniyah membentang sampai perbatasan India serta Turkistan. Yang berkuasa pada dinasti tersebut ada sembilan orang. Yang paling masyhur yaitu Nashr II, Nuh I, serta Nuh II. Pada masa mereka, peradaban serta kebudayaan Islam menjadi makin diakui. Bukhara serta Samarkand pun menjadi pusat kebudayaan Islam yang penting, di samping Baghdad. Sastra Iran berkembang serta berkibar serta melahirkan namanama besar, seperti ar-Raudaki, al-Firdausi, serta Ibnu Sina.
Dinasti Samaniyah membuat kemajuan dalam bidang pembangunan, pembuatan tembikar, tenun sutra, serta pembuatan kertas yang tersebar luas di Samarkand. Dari Samarkand, kertas tersebar ke seluruh wilayah Islam. Samaniyah juga sangat memerhatikan kitab-kitab ilmu agama. Mereka mendirikan sebuah perpustakaan yang tiada duanya. Kumpulan kitabnya pun tidak ditemukan di perpustakaan lain.
Samaniyah juga meminta bantuan kepada budakbudak Turki buat memperkuat kekuasaannya. Dinasti Samaniyah runtuh pada tahun 389 Hijriah/999 Masehi oleh Al-Batkin al Ghaznawi.
Sumber: Atlas Sejarah Islam