Dinasti Thahiriyah
Rabu, September 11, 2019
Dinasti ini berada di Khurasan serta didirikan oleh Thahir bin Husain, salah seorang panglima perang besar pada masa Khalifah Al-Makmun. Negara Khurasan mempunyai posisi khusus bagi Dinasti Abbasiyah. Hal itu disebabkan penduduk negara itu berjasa besar kepada Abbasiyah, khususnya pimpinan mereka, Abu Muslim al-Khurasani, yang termasuk pendiri Abbasiyah. Meski demikian, Abbasiyah sendiri tidak memberikan balasan yang baik kepada mereka dikala Al-Manshur membunuh Abu Muslim.
Pemerintahan abbasiyah kerap kali memaakan penduduk Khurasan serta mau memuaskan mereka karna mengakui jasa mereka kepada Abbasiyah. Pada masa Al-Makmun, Thahir bin Husain serta putranya, Abdullah, termasuk pejabat teras serta panglima pilihan. Di dikala itulah terjadi pertikaian antara Al-Makmun serta Al-Amin.
Thahir bin Husain berpihak kepada Al-Makmun dalam banyak peperangan, sampai akhirnya AlMakmun duduk di kursi pemerintahan. Hanya berselang dua tahun, Thahir bin Husain menggelar tahap yang berani, yaitu secara terang-terangan menghentikan doa buat Al-Makmun dikala berkhotbah. Tujuan Thahir yaitu menguasai Khurasan sendiri tanpa campur tangan Abbasiyah.
Thahir meninggal dunia pada tahun 207 Hijriah/823 Masehi. Ia digantikan anaknya, Thalhah, atas perintah Al-Makmun. Akhirnya, anak-cucu Thahir berkuasa di Khurasan serta masih tunduk pada Abbasiyah. Pemerintahan Abbasiyah pun dapat meminta tolong kepada anak-cucu Thahir dikala dibutuhkan serta mengajak mereka bahumembahu dalam menumpas penentang Abbasiyah.
Abdullah bin Thahir berhasil menumpas pemberontakan Nashr bin Syabats di Halab bagian Utara pada tahun 209 Hijriah. Nashr lalu ditawan serta dibawa ke hadapan Al-Makmun. Abdullah ikut pula menumpas pemberontakan pada masa AlMu’tashim di Tabaristan. Demikianlah anak-cucu Thahir menguasai Khurasan serta terus-menerus menguasai serta mewariskannya secara turun temurun. Meski demikian, kemerdekaan itu tidak menghalangi mereka membantu Abbasiyah dikala diperlukan.
Pada tahun 259 Hijriah/873 Hijriah, Ya’kub ashShafar berhasil mendirikan sebuah dinasti buat menundukkan Dinasti Thahiriyah.
Pemerintahan abbasiyah kerap kali memaakan penduduk Khurasan serta mau memuaskan mereka karna mengakui jasa mereka kepada Abbasiyah. Pada masa Al-Makmun, Thahir bin Husain serta putranya, Abdullah, termasuk pejabat teras serta panglima pilihan. Di dikala itulah terjadi pertikaian antara Al-Makmun serta Al-Amin.
Thahir bin Husain berpihak kepada Al-Makmun dalam banyak peperangan, sampai akhirnya AlMakmun duduk di kursi pemerintahan. Hanya berselang dua tahun, Thahir bin Husain menggelar tahap yang berani, yaitu secara terang-terangan menghentikan doa buat Al-Makmun dikala berkhotbah. Tujuan Thahir yaitu menguasai Khurasan sendiri tanpa campur tangan Abbasiyah.
Thahir meninggal dunia pada tahun 207 Hijriah/823 Masehi. Ia digantikan anaknya, Thalhah, atas perintah Al-Makmun. Akhirnya, anak-cucu Thahir berkuasa di Khurasan serta masih tunduk pada Abbasiyah. Pemerintahan Abbasiyah pun dapat meminta tolong kepada anak-cucu Thahir dikala dibutuhkan serta mengajak mereka bahumembahu dalam menumpas penentang Abbasiyah.
Abdullah bin Thahir berhasil menumpas pemberontakan Nashr bin Syabats di Halab bagian Utara pada tahun 209 Hijriah. Nashr lalu ditawan serta dibawa ke hadapan Al-Makmun. Abdullah ikut pula menumpas pemberontakan pada masa AlMu’tashim di Tabaristan. Demikianlah anak-cucu Thahir menguasai Khurasan serta terus-menerus menguasai serta mewariskannya secara turun temurun. Meski demikian, kemerdekaan itu tidak menghalangi mereka membantu Abbasiyah dikala diperlukan.
Pada tahun 259 Hijriah/873 Hijriah, Ya’kub ashShafar berhasil mendirikan sebuah dinasti buat menundukkan Dinasti Thahiriyah.