Kerajaan Bone
Senin, September 30, 2019
source: flickr.com
Sejarah Berdirinya Kerajaan Bone
Mencari tahu tentang sejarah berdirinya kerajaan Bone hampir tidak ada bukti isik yang dapat ditelusuri selaku penentu kapan sejarah awal Kerajaan Bone didirikan, sejarah kerajaan Bone ditelusuri dengan mengandalkan tulisantulisan kuno yang terdapat dalam lontara’. Tetapi cuma sedikit informasi yang didapatkan dari penggalian sejarah lewat lontara’ yang dianggap selaku sebuah fakta, bahkan mengenai asal-usul Manurung-é (mnuruGE) disinyalir selaku mitos yang berkembang atau sebuah dongeng yang bersumber dari “suré La Galigo“ (suer l gligo) serta budaya tutur masyarakat Bone. Namun, setelah era kepemimpinan Manurung-é kesadaran bakal perlunya pencatatan sejarah kerajaan Bone sepertinya mulai mendapat perhatian khusus yang ditandai dengan keinginan pihak kerajaan maupun masyarakat luas menggelar penulisan silsilah serta keturunan raja-raja, hal ini terbukti dengan adanya lontara’ yang ditulis dengan cermat sehingga kesahihannya dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai cross check buat menentukan tahun kapan berdiri kerajaan Bone dari lontara’, maka perlu juga melihat singkronya peristiwa-peristiwa alam yang tertulis dalam pararaton atau prasasti di bekas reruntuhan kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan kejadian yang terjadi di kerajaan Bone. Hal ini setidaknya memberikan gambaran buat membuat sejumlah asumsi buat menyatakan masa awal kerajaan Bone.
Sejarah mencatat Jika Bone merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone yang dalam catatan sejarah didirikan oleh ManurungngE Rimatajang pada tahun 1330. Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala, pertengahan abad ke- 17. Raja Bone awal yang masuk Islam ialah raja Bone ke-XI yang bernama Latenri Rawe Bongkang. Setelah masuk Islam beliau bergelar Sultan Adam. Sejarah masuk Islamnya raja Bone diawali dari Telah didahuluinya kerajaan Gowa dalam memeluk agama Islam. Saat raja Bone belum masuk Islam kerajaan Bone belum dianggap sederajat oleh kerajaan Gowa yang tidak lain ialah kerajaan tetangga di daerah Sulawesi. Maka buat menyikapi sikap demikian diutuslah seorang menteri dari Bone buat menyampaikan hal tersebut kepada rajanya Jika kerajaan Bone tidak dianggap setara oleh kerajaan Gowa yang Telah memeluk Islam serta mengajak kerajaan Bone buat ikut bersama memeluk agama Islam. Raja Bone dengan tegas menolak ajakan dari raja Gowa. Penolakan tersebut akhirnya berujung pada peperangan antara kerajaan Bone serta Gowa. Peperangan ini menurut pandangan raja Gowa ialah peperangan antara Islam serta kaum Kair. Dalam peperangan itu kerajaan Bone menyerah kalah sebab tidak mampu menghadapi serangan dari kerajan Gowa, selanjutnya raja Bone memeluk Islam yang diikuti oleh rakyatnya.
Perkembangan Ajaran Islam di Bone
Raja Bone terhitung sangat giat mengajak rakyatnya buat memeluk Islam bahkan sampai penduduk di pelosok desa pun. Raja-raja Bone yang Telah masuk Islam populer keras dalam melaksanakan agama Islam.
Dalam bidang politik serta tata kerajaan Bone pada masa lalu sangat menjunjung tinggi nilai demokrasi atau kedaulatan rakyat. Sistem demokrasi ini dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat lewat lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut dengan “Ade Pitue” atau tujuh orang pejabat adat yang bertindak selaku penasehat raja. Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh Ade Pitue serta hasil keputusan musyawarah tersebut kemudian disampaikan kepada raja buat dilaksanakan. Ade Pitue ini pada masa sekarang seperti halnya dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
tidak cuma itu di dalam penyelanggaraan pemerintahan kerajaan sangat mengedepankan azas kemanusiaan serta musyawarah. Prinsip ini berasal dari pesan Kajaolaliddong seorang cerdik cendikia di kerajaan Bone yang hidup pada tahun 1507-1586, pesan Kajaolaliddong pernah disampaikan kepada Raja Bone seperti yang dikemukakan oleh Wiwiek P . Yoesoep (1982 : 10) Jika terdapat empat faktor yang membesarkan suatu kerajaan yaitu:
1. Seuwani, Temmatinroi matanna Arung MangkauE mitai munrinna gauE = Mata Raja tidak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan.
2. Maduanna, Maccapi Arung MangkauE duppai ada’ = Raja perlu pintar menjawab kata-kata.
3. Matellunna, Maccapi Arung MangkauE mpinru ada’ = Raja perlu pintar membuat kata-kata atau jawaban.
4. Maeppa’na, Tettakalupai surona mpawa ada tongeng = Duta tidak lupa menyampaikan kata-kata yang benar.
Pesan Kajaolaliddong ini memiliki makna yang mendalam bagi seorang raja, Jika betapa pentingnya perasaan, pikiran serta kehendak rakyat buat dipahami serta disikapi dengan baik oleh seorang pemimpin atau raja.
Kerjaan Bone dalam pandangan kerjasama dengan daerah lain, serta pendekatan diplomasi dianggap selaku bagian penting dalam usaha buat membangun kebesaran negeri agar menjadi lebih baik. Pengaplikasian terhadap pandangan tentang kerjasama ini terlihat dari sejarah Jika dulu kerajaan Bone, Wajo serta Soppeng menggelar perjanjian serta ikrar bersama yang diketahui selaku Tellum Poccoe atau dengan istilah lain “LaMumpatue Ri Timurung” yang bertujuan buat memperkuat posisi kerajaan-kerajaan tersebut dalam menghadapi tantangan dari luar Sulawesi.
Kerajaan Bone juga banyak memetik sari pati ajaran Islam dalam menghadapi kehidupan, menjawab tantangan pembangunan serta dalam menghadapi perubahan-perubahan yang kian cepat. Namun yang terpenting ialah Jika semangat religiusitas orang Bone dapat menjawab perkembangan zaman dengan segala bentuk perubahan serta dinamikanya.
Perkembangan Dan Masa Keemasan
Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala, pertengahan abad ke-17, pada masa pemerintahannya kerajaan Bone yang memiliki potensi yang besar dapat memanfaatkannya bagi pembangunan demi kemakmuran rakyat. Dengan potensi yang beragam seperti dalam bidang pertanian, perkebunan, kelautan kerajaan Bone berhasil memakmurkan rakyatnya ditambah dengan kekuatan militer yang kian kuat setelah belajar dari lemahnya pertahanan dikala kalah menghadapi kerajaan Gowa.
Pergolakan Dan Runtuhnya Kerajaan
Kesultanan Bone menjadi yang terkuat di seantero Sulawesi setelah jatuhnya Kesultanan Gowa, dengan kondisi yang demikian kerajaan Bone kembali ketujuan awal mau menjadi kerajaan yang serta menyebarkan pengaruh ke seluruh Sulawesi, akhirnya kerajaan Bone berhasil mengajak Kesultanan Luwu, Kesultanan Soppeng serta sejumlah negara kecil lain buat bersekutu dengan Bone. Setelah peralihan kekuasaan dari Inggris ke Belanda, suasana masih tetap damai, namun keadaan ini berubah dikala Sultan Bone meninggal pada tahun 1823, serta digantikan oleh saudarinya Aru Datu yang bergelar I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din,
Pada masa pemerintahan Aru Datu kerajaan Bone mencoba merevisi Perjanjian Bongaya. GubJend. G.A.G.Ph. van der Capellen antara tanggal 8 Maret sampai 21 September 1824 mengadakan lawatan ke Sulawesi serta Kepulauan Maluku, semua penguasa datang memberikan penghormatan juga termasuk perwakilan Ratu Bone, kecuali penguasa Suppa serta Tanete. Van der Capellen melihat Jika perundingan dengan negaranegara tersebut tidak bakal membawa keuntungan apapun serta memutuskan buat kembali ke Batavia, sekembalinya ke Batavia, sebuah ekspedisi dipersiapkan buat menghukum Bone dengan sekitar 500 prajurit diberangkatkan membawa 4 meriam, 2 howitzer, beserta 600 prajurit pembantu dari pribumi.
Letnan kolonel Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers kala itu menjadi pimpinan pasukan yang dikirim buat menghukum Bone, Meskipun pasukan tersebut Telah mendekati kerajaan, pasukan tersebut masih sahaja gagal dikala bakal mendarat sebab adanya gerakan perlawanan dari Tanete dengan harapan dapat memukul mundur sebelum penyerbuan ke ibukota dilakukan oleh pasukan Belanda, Hubert de Stuers akhirnya berhasil menduduki kerajaan dengan susah payah, sebab kalah dalam pertempuran Aru Datu kemudian menyerahkan diri serta diasingkan dipedalaman oleh Belanda. Meskipun demikian Aru Datu tetap melancarkan aksi serangan walau dalam pengasingan walau akhirnya serangan –serangan yang dibangun selalu dapat ditumpaskan oleh pasukan Belanda.