Perkembangan Kehidupan Politik Kerajaan Banten
Senin, Oktober 21, 2019
pada tahun 1524 wilayah Banten berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak di bawah pimpinan Syarif Hidayatullah. Pada waktu Demak terjadi perebutan kekuasaan, Banten melepaskan diri serta tumbuh menjadi kerajaan besar. Setelah itu, kekuasaan Banten diserahkan kepada Sultan Hasanudin, putra Syarif Hidayatullah. Sultan Hasanudin dianggap selaku peletak dasar Kerajaan Banten. Banten makin maju di bawah pemerintahan Sultan Hasanudin karna didukung oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Letak Banten yang strategis terutama setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Banten menjadi bandar utama karna dilalui jalur perdagangan laut.
2. Banten menghasilkan rempah-rempah lada yang menjadi perdagangan utama bangsa Eropa menuju Asia.
Banten pun secara tidak langsung berada di bawah kekuasaan Demak. Semasa Sunan Gunung Jati, Banten masih termasuk kekuasaan Demak. Pada tahun 1552, ia pulang ke Cirebon serta Banten diserahkan kepada anaknya, Maulana Hasanuddin. Sumber lain berkata Apabila pendiri Banten yakni Fatahillah (Faletehan menurut catatan Tome Pires) atau Fadhilah Khan atau Nurullah yang berasal dari Pasai. Dia merupakan panglima perang Demak serta juga menantu Sunan Gunung Jati. Keadaan Demak yang goncang karna adanya perebutan kekuasaan, mendorong Banten pada 1522 memutuskan buat melepaskan diri. Dengan demikian, Hasanuddin yakni pendiri serta peletak cikal-bakal kerajaan Banten. Hasanuddin dinikahkan dengan putri Sultan Trenggana.
Hasanuddin memerintah selama 18 tahun, yaitu hingga tahun 1570. Dia digantikan Sultan Panembahan Maulana Yusuf. Dia sangat memperhatikan perkembangan perdagangan serta pertanian. Dia juga giat menyebarkan ajaran Islam. Pada masa pemerintahannya, tahun 1579 Banten berhasil menaklukkan Pakuan Pajajaran serta menyebarkan Islam lebih luas lagi di Jawa Barat. Panembahan Yusuf wafat karna sakit pada tahun 1580 setelah memerintah selama 10 tahun. Hasanuddin mempunyai satu putra lagi, yaitu Pangeran Jepara. Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa Jepara, Ratu Kali Nyamat serta menjadi pengganti penguasa Jepara. Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580, kekuasaan diberikan kepada Maulana Muhammad. Karena masih berumur sembilan tahun, maka yang menjalankan roda pemerintahan buat sementara yakni Pangeran Arya Jepara, paman Maulana Muhammad. Setelah dewasa Maulana Muhammad resmi memerintah Banten dengan gelar Kanjeng Ratu Banten.
Semasa pemerintahannya, Banten menyerang Palembang yang bakal dijadikannya batu loncatan buat menguasai Selat Malaka. Serangan itu gagal serta Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran pada tahun 1596. Kemudian, yang menjadi sultan Banten berturut-turut yakni Abu Ma’ali serta Abdul Qadir. Pada tahun 1638, Raja Abdul Qadir mendapatkan gelar “Sultan” dari Syarif Mekah. Gelar lengkapnya yakni Sultan Abu al-Mafakhir Abdul Qadir. Gelar ini diperoleh setelah Abdul Qadir mengirim utusan ke Mekah. Sebagai tanda gelar tersebut Sudah diterima olehnya, Sultan Abdul Qadir mendapatkan “bendera serta pakaian suci”.
Pada setiap hari raya Maulid Nabi, pemberian dari Syarif Mekah ini selalu diarak berkeliling Banten. Pada tahun 1651 Abdul Qadir mangkat serta tahta Banten diduduki oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Tirtayasa serta ayahnya begitu menyenangi ilmu pengetahuan. Keduanya sering mengirimkan pertanyaan kepada ulama terkemuka ketika itu, di antaranya Nuruddin arRaniri di Aceh serta Syekh Yusuf dari Makassar. Para ulama ini biasanya kemudian menulis kitab-kitab khusus selaku jawaban pertanyaan para sultan itu.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan Banten yakni selaku berikut:
1. Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah perdagangan Banten berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera serta sebagian wilayah Pulau Kalimantan.
2. Banten dijadikan selaku tempat perdagangan internasional yang mempertemukan pedagang lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
3. Memajukan pendidikan serta kebudayaan Islam sehingga banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten.
4. Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel. Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
5. Membangun armada laut buat melindungi perdagangan. Kekuatan ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut buat menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara serta serangan pasukan asing dari Eropa.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Kekuatan politik serta angkatan perang Banten maju pesat di bawah kepemimpinan nya. Namun akhirnya VOC menjalankan politik adu domba antara Sultan Ageng serta putranya, Sultan Haji. Berkat politik adu domba tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian berhasil ditangkap serta dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1629 Masehi.
Berikut ini daftar penguasa Kesultanan Banten menurut catatan sejarah Wikipedia:
1. Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin memerintah pada tahun 1552 – 1570
2. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan memerintah pada tahun 1570 – 1585
3. Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana memerintah pada tahun 1585 – 1596
4. Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu memerintah pada tahun 1596 – 1647
5. Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad memerintah pada tahun 1647 – 1651
6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah memerintah pada tahun 1651-1682 7. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar memerintah pada tahun 1683 – 1687
8. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya memerintah pada tahun 1687 – 1690
9. Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin memerintah pada tahun 1690 – 1733
10. Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Ariin memerintah pada tahun 1733 – 1747
11. Ratu Syarifah Fatimah memerintah pada tahun 1747 – 1750
12. Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri memerintah pada tahun 1753 – 1773
13. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin memerintah pada tahun 1773 – 1799
14. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1799 – 1803
15. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin memerintah pada tahun 1803 – 1808
16. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1809 – 1813
1. Letak Banten yang strategis terutama setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Banten menjadi bandar utama karna dilalui jalur perdagangan laut.
2. Banten menghasilkan rempah-rempah lada yang menjadi perdagangan utama bangsa Eropa menuju Asia.
Banten pun secara tidak langsung berada di bawah kekuasaan Demak. Semasa Sunan Gunung Jati, Banten masih termasuk kekuasaan Demak. Pada tahun 1552, ia pulang ke Cirebon serta Banten diserahkan kepada anaknya, Maulana Hasanuddin. Sumber lain berkata Apabila pendiri Banten yakni Fatahillah (Faletehan menurut catatan Tome Pires) atau Fadhilah Khan atau Nurullah yang berasal dari Pasai. Dia merupakan panglima perang Demak serta juga menantu Sunan Gunung Jati. Keadaan Demak yang goncang karna adanya perebutan kekuasaan, mendorong Banten pada 1522 memutuskan buat melepaskan diri. Dengan demikian, Hasanuddin yakni pendiri serta peletak cikal-bakal kerajaan Banten. Hasanuddin dinikahkan dengan putri Sultan Trenggana.
Hasanuddin memerintah selama 18 tahun, yaitu hingga tahun 1570. Dia digantikan Sultan Panembahan Maulana Yusuf. Dia sangat memperhatikan perkembangan perdagangan serta pertanian. Dia juga giat menyebarkan ajaran Islam. Pada masa pemerintahannya, tahun 1579 Banten berhasil menaklukkan Pakuan Pajajaran serta menyebarkan Islam lebih luas lagi di Jawa Barat. Panembahan Yusuf wafat karna sakit pada tahun 1580 setelah memerintah selama 10 tahun. Hasanuddin mempunyai satu putra lagi, yaitu Pangeran Jepara. Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa Jepara, Ratu Kali Nyamat serta menjadi pengganti penguasa Jepara. Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580, kekuasaan diberikan kepada Maulana Muhammad. Karena masih berumur sembilan tahun, maka yang menjalankan roda pemerintahan buat sementara yakni Pangeran Arya Jepara, paman Maulana Muhammad. Setelah dewasa Maulana Muhammad resmi memerintah Banten dengan gelar Kanjeng Ratu Banten.
Semasa pemerintahannya, Banten menyerang Palembang yang bakal dijadikannya batu loncatan buat menguasai Selat Malaka. Serangan itu gagal serta Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran pada tahun 1596. Kemudian, yang menjadi sultan Banten berturut-turut yakni Abu Ma’ali serta Abdul Qadir. Pada tahun 1638, Raja Abdul Qadir mendapatkan gelar “Sultan” dari Syarif Mekah. Gelar lengkapnya yakni Sultan Abu al-Mafakhir Abdul Qadir. Gelar ini diperoleh setelah Abdul Qadir mengirim utusan ke Mekah. Sebagai tanda gelar tersebut Sudah diterima olehnya, Sultan Abdul Qadir mendapatkan “bendera serta pakaian suci”.
Pada setiap hari raya Maulid Nabi, pemberian dari Syarif Mekah ini selalu diarak berkeliling Banten. Pada tahun 1651 Abdul Qadir mangkat serta tahta Banten diduduki oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Tirtayasa serta ayahnya begitu menyenangi ilmu pengetahuan. Keduanya sering mengirimkan pertanyaan kepada ulama terkemuka ketika itu, di antaranya Nuruddin arRaniri di Aceh serta Syekh Yusuf dari Makassar. Para ulama ini biasanya kemudian menulis kitab-kitab khusus selaku jawaban pertanyaan para sultan itu.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan Banten yakni selaku berikut:
1. Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah perdagangan Banten berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera serta sebagian wilayah Pulau Kalimantan.
2. Banten dijadikan selaku tempat perdagangan internasional yang mempertemukan pedagang lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
3. Memajukan pendidikan serta kebudayaan Islam sehingga banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten.
4. Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel. Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
5. Membangun armada laut buat melindungi perdagangan. Kekuatan ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut buat menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara serta serangan pasukan asing dari Eropa.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Kekuatan politik serta angkatan perang Banten maju pesat di bawah kepemimpinan nya. Namun akhirnya VOC menjalankan politik adu domba antara Sultan Ageng serta putranya, Sultan Haji. Berkat politik adu domba tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian berhasil ditangkap serta dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1629 Masehi.
Berikut ini daftar penguasa Kesultanan Banten menurut catatan sejarah Wikipedia:
1. Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin memerintah pada tahun 1552 – 1570
2. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan memerintah pada tahun 1570 – 1585
3. Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana memerintah pada tahun 1585 – 1596
4. Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu memerintah pada tahun 1596 – 1647
5. Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad memerintah pada tahun 1647 – 1651
6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah memerintah pada tahun 1651-1682 7. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar memerintah pada tahun 1683 – 1687
8. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya memerintah pada tahun 1687 – 1690
9. Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin memerintah pada tahun 1690 – 1733
10. Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Ariin memerintah pada tahun 1733 – 1747
11. Ratu Syarifah Fatimah memerintah pada tahun 1747 – 1750
12. Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri memerintah pada tahun 1753 – 1773
13. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin memerintah pada tahun 1773 – 1799
14. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1799 – 1803
15. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin memerintah pada tahun 1803 – 1808
16. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1809 – 1813