Puncak Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Haryokrokusumo (1613- 1646 M). Daerah kekuasaannya mencakup pulau Jawa (kecuali daerah Banten serta Batavia sebab waktu itu Batavia masih dikuasai oleh VOC Belanda), pulau Madura, serta Sukadana di Kalimantan Barat. Kekuatan militer Mataram juga sangat besar serta mencapai puncaknya pada zaman Sultan Agung berkuasa, sehingga Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme pernah menyerang VOC di Batavia pada 1628 serta 1629.

Namun, kemerosotan tajam terjadi pada ketika Mataram Islam dipegang oleh Sunan Paku Buwono II (1727-1749 M). Pada mulanya, Paku Buwono II menyerahkan Semarang, Jepara, Rembang, Surabaya, serta Madura kepada VOC. Kemudian pada tahun 1743 Demak serta Pasuruan juga diserahkan pada VOC. Puncaknya, sebelum Paku Buwono II mangkat, ia menyerahkan seluruh Mataram kepada VOC Belanda. Akhirnya Belanda pun menguasai pelayaran orang Jawa yang berpusat di Tegal, Pekalongan, Kendal, Tuban, serta Juwana.

Pangeran Mangkubumi yang tak terima dengan semua itu, mulai bangkit melawan penjajah. Usaha yang dilakukannya ternyata tak sia-sia, ia memperoleh sebagian Mataram lewat Perjanjian Giyanti (1755). Meskipun nama kerajaan baru yang didirikannya bukan lagi Mataram melainkan Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat, bangkit nya kerajaan baru ini sebenarnya melanjutkan kejayaan Mataram. Kasultanan Yogyakarta ialah pewaris sah kerajaan Mataram.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel