Konferensi Asia Afrika 1955

A. Pengertian Konferensi Asia Afrika
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; Kadang juga disebut Konferensi Bandung) ialah sebuah konferensi antara negara-negara Asia serta Afrika, yang kebanyakan baru sahaja memperoleh kemerdekaan.KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India serta Pakistan serta dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi serta kebudayaan Asia-Afrika serta melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
source: Wikipedia
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada ketika itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang selaku ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat buat mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok serta Amerika Serikat; keinginan mereka buat membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka serta pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara serta kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; serta keinginan Indonesia buat mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan serta kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB serta prinsip-prinsip Nehru.Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

Baca Juga


B. Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia ialah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatantertentu. Bebas juga berarti jika bangsa Indonesia memiliki cara sendiridalam menanggapi masalah internasional. Aktif berarti jika bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia.

Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia Sudah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat serta Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan UniSoviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis). Dalam upaya meredakan ketegangan serta buat mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai serta menyelenggarakan KonferensiAsia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia serta Afrika. Bangsa-bangsa di Asia serta Afrika pada umumnya pernah menderita karna penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan.

Setelah Perang Dunia II berahir, banyak negara di Asia serta Afrika yang berhasilmencapai kemerdekaan, di antaranya ialah India, Indonesia, Filipina, Pakistan,Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, serta Libia. Sementara itu, masih banyak  pula negara yang berada di kawasan Asia serta Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia serta Afrika yang Sudah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib serta sependeritaan.Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia serta Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika.Sebagai cetusan rasa setia kawan serta selaku usaha buat menjaga perdamaiandunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika memiliki arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia serta Afrika pada khususnya maupun dunia pada umumnya. Prakarsa buat mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertamakali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamidjojo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, serta Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
1. Konferensi pendahuluan sebelum Konferensi Asia Afrika
Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakankonferensi pendahuluan selaku persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut,antara lain selaku berikut:
a. Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan yang awal diselenggarakan di Kolombo, ibu kotanegara Sri Lanka pada tanggal 28 April - 2 Mei 1954. Konferensi dihadiri olehlima orang perdana menteri dari Negara diantaranya Perdana Menteri Pakistan: Muhammad Ali Jinnah, Perdana Menteri SriLanka: Sir John Kotelawala, Perdana Menteri Burma (Myanmar): U Nu, Perdana Menteri Indonesia: Ali Sastroamijoyo, Perdana Menteri India:Jawaharlal Nehru.

Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, selaku persiapan buat menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan bakal mengadakan Konferensi Asia Afrika serta pemerintah Indonesia ditunjuk selaku penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian diketahui dengan nama Pancanegara.Kelima negara itu disebut selaku negara sponsor.Konferensi Kolombo juga populer dengan nama Konferensi Pancanegara I.
b. Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22-29 Desember 1954.Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri Negara-Negara peserta Konferensi Kolombo.Konferensi Bogor memutuskan hal-hal diantaranya Konferensi Asia Afrika bakal diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955, Penetapan tujuan KAA serta menetapkan negara-negara yang bakal diundang selaku peserta Konferensi Asia Afrika, Hal-hal yang bakal dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
c. Pelaksanaan Dan Hasil Dari Konferensi Asia Afrika
Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955.Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakildari 29 negara yang terdiri atas negara pengundang serta negara yang diundang. Negara pengundang meliputi: Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, serta Burma(Myanmar). Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika serta 18 negarameliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, VietnamUtara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria(Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), serta Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia,Liberia, Libia, serta Pantai Emas/Gold Coast). Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalahRhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi AfrikaTengah masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris.Semua persidangan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar balik serta dasar pertimbangan diadakan KAA adalah selaku berikut:
1. Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan AsiaAfrika
2. Perasaan senasib sepenanggungan karna sama-sama merasakan masa penjajahan serta penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand
3. Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elitenasional/terpelajar serta intelektual
4. Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur
5. Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, serta budaya
6. Secara geografis letaknya berdekatan serta saling melengkapi satu samalain.
Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:
1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia serta Afrika dalam bidangsosial, ekonomi, serta kebudayaan
2. Memberantas diskriminasi ras serta kolonialisme
3. Memperbesar peranan bangsa Asia serta Afrika di dunia serta ikut serta mengusahakan perdamaian dunia serta kerja sama internasional
4. Bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, serta budaya
5. Membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, serta kolonialisme.

Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama Negara-negara di Asia serta Afrika, terutama kerjasama ekonomi serta kebudayaan, serta masalah kolonialisme serta perdamaian dunia. Kerjasama ekonomi dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia serta Afrika dilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik serta tenaga ahli. Konferensi berpendapat jika negara-negara di Asia serta Afrika perlu memperluas perdagangan serta pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antarnegara karna kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang Sudah ada buat memajukan ekonomi.

Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karna itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme serta diskriminasi warna kulit di beberapa negara. Konferensi mendukung usaha buat melenyapkan rasialisme serta diskriminasi warna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi juga mengungkapkan jika kolonialisme dalam segala bentuk perlu diakhiri serta setiap perjuangan kemerdekaan perlu dibantu sampai berhasil.

Demi perdamaian dunia, konferensi mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan senjatanuklir dihentikan serta masalah perdamaian juga merupakan masalah yang sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh karna itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi serta hidup berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat selekasnya dapat diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangku kepentingan negara-negara Asia Afrika khususnya serta negara-negara di dunia pada umumnya, selekasnya mengambil beberapa keputusan penting, antara lain:
1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial,ekonomi, serta kebudayaan
2. Menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, serta Maroko
3. Mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat serta tuntutan Yaman atasAden
4. Menentang diskriminasi ras serta kolonialisme dalam segala bentuk
5. Aktif mengusahakan perdamaian dunia.

tidak cuma menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia buat menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuatdalam Piagam PBB;
2. Menghormati kedaulatan serta integritas teritorial semua bangsa;
3. Mengakui persamaan ras serta persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
4. Tidak melaksanakan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
5. Menghormati hak-hak tiap bangsa buat mempertahankan diri, baik secarasendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk  bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar, tidak melaksanakan tekanan terhadap negara lain;
7. Tidak melaksanakan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
9. Memajukan kepentingan bersama serta kerja sama internasional;
10. menghormati hukum serta kewajiban internasional lainnya.

Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu diketahui dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
d. Dasasila Bandung
1. Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3. Mengakui persamaan semua ras serta persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4. Tidak melaksanakan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa buat mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
6. Tidak melaksanakan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melaksanakan agresi terhadap negara lain.
8. Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9. Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, serta budaya.
10. Menghormati hukum serta kewajiban-kewajiban internasional.

C. Negara-Negara yang mendukung Konferensi Asia Afrika
1. Afghanistan
2. Indonesia
3. Pakistan
4. Birma
5. Iran
6. Filipina
7. Kamboja
8. Irak
9. Arab Saudi
10. Ceylon
11. Jepang
12. Sudan
13. Republik Rakyat Tiongkok
14. Yordania
15. Suriah
16. Laos
17. Thailand
18. Mesir
19. Libanon
20. Turki
21. Ethiopia
22. Liberia
23. Vietnam (Utara)
24. Vietnam (Selatan)
25. Pantai Emas
26. Libya
27. India
28. Nepal
29. Yaman

D. ASIA AFRIKA BERGEMA DARI BANDUNG
Pada Senin, 18 April 1955, sejak fajar menyingsing Sudah tampak kesibukan di Kota Bandung buat menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos penuh sesak oleh rakyat yang hendak menyambut serta menyaksikan para tamu dari mermacam negara. Sementara itu, para petugas keamanan yang terdiri dari tentara serta polisi Sudah siap di tempat tugas mereka buat menjaga keamanan serta ketertiban.
Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari mermacam negara berjalan meninggalkan Hotel Homann serta Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok buat menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak serta warna.Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan serta sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann serta Hotel Preanger ini kemudian diketahui dengan nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.
Tak lama kemudian rombongan Presiden serta Wakil Presiden Indonesia, Soekarno serta Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka serta disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai serta pekik “merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pimpinan Pemerintah Indonesia itu disambut oleh limaperdana menteri negara sponsor.
The Bandung Walks

Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : “Indonesia Raya”, Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul “Let a New Asia And a New Africa be Born” (Mari Kita Lahirkan Asia Baru serta Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno mengungkapkan jika kita, peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar balik sosial serta budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan yang sama dalam usaha mempertahankan serta memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau berkata :
“Saya berharap konferensi ini bakal menegaskan kenyataan, jika kita, pemimpin-pemimpin Asia serta Afrika, paham jika Asia serta Afrika cuma dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, serta bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak bakal terjamin. aku harap konferensi ini bakal memberikan pedoman kepada umat manusia, bakal menunjukkan kepada umat manusia jalan yang perlu ditempuhnya buat mencapai keselamatan serta perdamaian. aku berharap, jika bakal menjadi kenyataan, jika Asia serta Afrika Sudah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, jika Asia Baru serta Afrika Baru Sudah lahir!”

Pidato tersebut berhasil menarik perhatian serta mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana Menteri India serta didukung oleh semua peserta konferensi buat mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, serta selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih selaku ketua konferensi.Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih selaku sekretaris jenderal konferensi.
Kelancaran jalannya konferensi dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para pimpinan delegasi negara sponsor serta negara peserta sebelum konferensi dimulai yaitu pada 17 April 1955. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, serta lain-lain yang dipandang perlu. Beberapa kesepakatan itu berisi antara lain jika prosedur serta acara konferensi ditempuh dengan sesederhana bisa menjadi serta dalam memutuskan sesuatu bakal ditempuh sistem musyawarah  dan  mufakat  (sistem konsensus).
Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka buat umum serta sidang tertutup cuma bagi peserta konferensi.Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, serta Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang serta susunan pimpinan konferensi ialah selaku berikut :
Ketua Konferensi    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Politik    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi    : Roosseno, Menteri Perekonomian  Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan  : Muhammad Yamin, Menteri  Pendidikan,  Pengajaran, serta Kebudayaan Indonesia
Sekretaris Jenderal
Konferensi    : Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik.Perbedaan pandangan politik serta masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas.
Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi serta kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari serta pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.
Setelah lewat sidang-sidang yang menegangkan serta melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia  Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) selaku hasil konferensi.Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi.Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan serta mengungkapkan jika Konferensi Asia Afrika ditutup.
Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya ialah mengenai :
1. Kerja sama ekonomi;
2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia serta hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia serta kerjasama internasional.
Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya diketahui dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian serta kerjasama dunia.

D. Asia Afrika Bergema Dari Bandung
Pada Senin, 18 April 1955, sejak fajar menyingsing Sudah tampak kesibukan di Kota Bandung buat menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos penuh sesak oleh rakyat yang hendak menyambut serta menyaksikan para tamu dari mermacam negara. Sementara itu, para petugas keamanan yang terdiri dari tentara serta polisi Sudah siap di tempat tugas mereka buat menjaga keamanan serta ketertiban.

Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari mermacam negara berjalan meninggalkan Hotel Homann serta Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok buat menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak serta warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan serta sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann serta Hotel Preanger ini kemudian diketahui dengan nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.
Tak lama kemudian rombongan Presiden serta Wakil Presiden Indonesia, Soekarno serta Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka serta disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai serta pekik “merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pimpinan Pemerintah Indonesia itu disambut oleh limaperdana menteri negara sponsor.

Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : “Indonesia Raya”, Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul “Let a New Asia And a New Africa be Born” (Mari Kita Lahirkan Asia Baru serta Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno mengungkapkan jika kita, peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar balik sosial serta budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan yang sama dalam usaha mempertahankan serta memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau berkata :

Saya berharap konferensi ini bakal menegaskan kenyataan, jika kita, pemimpin-pemimpin Asia serta Afrika, paham jika Asia serta Afrika cuma dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, serta bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak bakal terjamin. aku harap konferensi ini bakal memberikan pedoman kepada umat manusia, bakal menunjukkan kepada umat manusia jalan yang perlu ditempuhnya buat mencapai keselamatan serta perdamaian. aku berharap, jika bakal menjadi kenyataan, jika Asia serta Afrika Sudah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, jika Asia Baru serta Afrika Baru Sudah lahir!

Pidato tersebut berhasil menarik perhatian serta mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana Menteri India serta didukung oleh semua peserta konferensi buat mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya.
Video Pidato Presiden Soekarno KAA 1955

Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, serta selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih selaku ketua konferensi. tidak cuma itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih selaku sekretaris jenderal konferensi.

Kelancaran jalannya konferensi dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para pimpinan delegasi negara sponsor serta negara peserta sebelum konferensi dimulai yaitu pada 17 April 1955. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, serta lain-lain yang dipandang perlu. Beberapa kesepakatan itu berisi antara lain jika prosedur serta acara konferensi ditempuh dengan sesederhana bisa menjadi serta dalam memutuskan sesuatu bakal ditempuh sistem musyawarah  dan  mufakat  (sistem konsensus).
Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka buat umum serta sidang tertutup cuma bagi peserta konferensi.Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, serta Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang serta susunan pimpinan konferensi ialah selaku berikut :
Ketua Konferensi    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Politik    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi    : Roosseno, Menteri Perekonomian  Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan  : Muhammad Yamin, Menteri  Pendidikan,  Pengajaran, serta Kebudayaan Indonesia
Sekretaris Jenderal
Konferensi    : Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia

Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik.Perbedaan pandangan politik serta masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas.

Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi serta kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari serta pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.

Setelah lewat sidang-sidang yang menegangkan serta melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia  Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) selaku hasil konferensi.Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi.Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan serta mengungkapkan jika Konferensi Asia Afrika ditutup.
Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya ialah mengenai :
1. Kerja sama ekonomi;
2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia serta hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia serta kerjasama internasional.

Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya diketahui dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian serta kerjasama dunia.

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel