Raden Ajeng Kartini: Menjadi Terang Wahai Perempuan Indonesia
Jumat, Agustus 16, 2019
R.A. Kartini, nama ini sudah terlalu terkenal dalam telinga masyarakat Indonesia. dia kerap dijadikan simbol perjuangan emansipasi perempuan. Keinginan serta cita-cita memajukan perempuan pribumi yang tertuang dalam kumpulan suratnya “Habis Gelap Terbitlah Terang”, menjadikan spirit tersendiri bagi perjuangan perempuan Indonesia.
Di Jepara tanggal 21 April 1879, Kartini lahir. Sewaktu kecil, ia cuma sempat mengenyam sekolah dasar di Europese Lagere School (ELS). Keinginan buat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tak diizinkan oleh orangtuanya. Adat kala itu, hal wajar bagi seorang gadis buat menjalani pingitan setelah menamatkan sekolah. dasar, sampai tiba saatnya menikah. Berbeda dengan kaum pria kebanyakan, kaum wanita tak bebas bergerak.
Kartini gemar membaca buku, terutama buku-buku tentang kemajuan wanita di luar negeri. dia juga banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar terutama perempuan Eropa. Hal tersebut membuka pikirannya, ia merasa miris melihat keadaan wanita bangsanya yang jauh tertinggal dibandingkan dengan wanita Eropa. Maka, muncullah keinginan Kartini buat berjuang memajukan wanita pribumi. Kemajuan tersebut bisa digapai lewat pendidikan.
dia banyak menulis surat kepada teman-temannya orang Belanda. Melalui surat tersebut, ia mengungkapkan cita-citanya buat memajukan wanita sebangsanya. dia juga menginginkan adanya persamaan hak serta kewajiban antara kaum wanita serta kaum pria. Kartini juga berjuang buat dirinya selaku Langkah nyata serta bukti jika perempuan pun memiliki kemampuan setara dengan pria di bidang pendidikan. dia berkeinginan memasuki Sekolah Guru di negeri Belanda, agar kelak dapat menjadi seorang pendidik. Tatkala usahanya buat memperoleh beasiswa direstui Pemerintah Belanda berhasil, sayangnya ketika itu juga orangtuanya menentukan jika ia perlu menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati Rembang.
Untungnya sebelum menikah, Kartini sudah berhasil mendirikan semacam sekolah buat anak gadis di Jepara. Di tempat tersebut para anak perempuan diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, serta lain-lain tanpa dipungut bayaran. Setelah menikah, model sekolah yang sama juga didirikan di Rembang. Apa yang dilakukan Kartini dengan sekolah tersebut, kemudian ditiru oleh wanita-wanita di tempat-tempat lain. Di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, serta kota lain, kemudian bermunculan “Sekolah Kartini”.
Kartini meninggal dalam usia muda pada tanggal 17 September 1904, sewaktu melahirkan putra pertama. Surat-suratnya kemudian dikumpulkan serta diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht -Habis Gelap Terbitlah Terang. Buah pikiran Kartini yang terdapat dalam buku tersebut memiliki pengaruh besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia. Betapa keras perjuangan Kartini, hari lahirnya ialah 21 April, diperingati setiap tahun selaku Hari Kartini. dia juga pun dikukuhkan selaku Pahlawan Nasional dengan pada tanggal 2 Mei 1964.
Di Jepara tanggal 21 April 1879, Kartini lahir. Sewaktu kecil, ia cuma sempat mengenyam sekolah dasar di Europese Lagere School (ELS). Keinginan buat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tak diizinkan oleh orangtuanya. Adat kala itu, hal wajar bagi seorang gadis buat menjalani pingitan setelah menamatkan sekolah. dasar, sampai tiba saatnya menikah. Berbeda dengan kaum pria kebanyakan, kaum wanita tak bebas bergerak.
Kartini gemar membaca buku, terutama buku-buku tentang kemajuan wanita di luar negeri. dia juga banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar terutama perempuan Eropa. Hal tersebut membuka pikirannya, ia merasa miris melihat keadaan wanita bangsanya yang jauh tertinggal dibandingkan dengan wanita Eropa. Maka, muncullah keinginan Kartini buat berjuang memajukan wanita pribumi. Kemajuan tersebut bisa digapai lewat pendidikan.
Baca Juga
dia banyak menulis surat kepada teman-temannya orang Belanda. Melalui surat tersebut, ia mengungkapkan cita-citanya buat memajukan wanita sebangsanya. dia juga menginginkan adanya persamaan hak serta kewajiban antara kaum wanita serta kaum pria. Kartini juga berjuang buat dirinya selaku Langkah nyata serta bukti jika perempuan pun memiliki kemampuan setara dengan pria di bidang pendidikan. dia berkeinginan memasuki Sekolah Guru di negeri Belanda, agar kelak dapat menjadi seorang pendidik. Tatkala usahanya buat memperoleh beasiswa direstui Pemerintah Belanda berhasil, sayangnya ketika itu juga orangtuanya menentukan jika ia perlu menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati Rembang.
Untungnya sebelum menikah, Kartini sudah berhasil mendirikan semacam sekolah buat anak gadis di Jepara. Di tempat tersebut para anak perempuan diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, serta lain-lain tanpa dipungut bayaran. Setelah menikah, model sekolah yang sama juga didirikan di Rembang. Apa yang dilakukan Kartini dengan sekolah tersebut, kemudian ditiru oleh wanita-wanita di tempat-tempat lain. Di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, serta kota lain, kemudian bermunculan “Sekolah Kartini”.
Kartini meninggal dalam usia muda pada tanggal 17 September 1904, sewaktu melahirkan putra pertama. Surat-suratnya kemudian dikumpulkan serta diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht -Habis Gelap Terbitlah Terang. Buah pikiran Kartini yang terdapat dalam buku tersebut memiliki pengaruh besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia. Betapa keras perjuangan Kartini, hari lahirnya ialah 21 April, diperingati setiap tahun selaku Hari Kartini. dia juga pun dikukuhkan selaku Pahlawan Nasional dengan pada tanggal 2 Mei 1964.