Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo: Jenderal Anumerta Dari Sragen
Sabtu, September 21, 2019
Aksi klandestin militer di Jakarta tahun 1965 membawa dampak buruk di Yogyakarta. Sore hari, 2 Oktober 1965, Kolonel Katamso baru Saja pulang dari Magelang. Dia dipaksa menandatangani surat yang mendukung Dewan Revolusi oleh Mayor Mulyono. Dia tidak langsung setuju, tetapi meminta rapat terlebih dahulu. Malangnya, ia langsung diculik dari rumahnya. Di bawah todongan senjata, Katamso dibawa ke kompleks Batalyon L di desa Kentungan Yogyakarta. Dia dianiaya serta dibunuh, lalu dimasukkan dalam sebuah sumur serta ditutup tanah.
Katamso yang berasal dari kota “bumi Sukowati’ ini menempuh pendidikan umum sampai tingkat Sekolah Menengah di kota kelahirannya. Lalu masa pendudukan Jepang, ia mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelahnya, ia diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo. Sesudah kemerdekaan Indonesia, ia menyumbang tenaga buat mempertahankan kemerdekaan dengan masuk TKR. Awalnya ia diangkat selaku Komandan Kompi di Klaten, kemudian Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV. Selama agresi Militer Belanda kedua, pasukan yang dipimpinnya sering kali terlibat dalam pertempuran melawan Belanda.
Selepas pengakuan kedaulatan Indonesia, di Jawa Tengah timbul pemberontakan Batalyon 426. Katamso diserahi tugas menumpas pemberontakan tersebut serta berhasil. Saat muncul pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon “A” Komando Operasi 17 Agustus dibawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani. Kemudian diserahi tugas selaku Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RTP) II Diponegoro serta berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat. Dari situ ia dipindahkan menjadi Kepala Staf Resimen Riau Daratan Komando Daerah Militer (Kodam) III/17 Agustus. Setelah keamanan di Sumatra pulih kembali, ia ditarik ke Jakarta serta bertugas pada Komando Pendidikan serta Latihan (Koplat) merangkap selaku Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Bandung. Pada tahun 1963 Katamso dipindahkan ke Jawa Tengah memangku jabatan Korem 072 Pamungkas di bawah Kodam VIII Diponegoro, berkedudukan di Yogyakarta. Dia membina Resimen Mahasiswa yang diberi latihan-latihan rniliter serta juga giat mengembangkan pendidikan.
Katamso akhirnya perlu menjadi korban kekisruhan yang terjadi di Angkatan Darat. Semenjak ia diculik serta terbunuh, jenazahnya baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. Kemudian, ia dimakamkan di Taman Pahlawan Semaki [Kusumanegara] Yogyakarta. Sebelum dikebumikan, Presiden selekasnya menaikkan pangkatnya menjadi Brigjend Anumerta serta memberi gelar Pahlawan Revolusi kepada Katamso.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional
Pengarang: Kuncoro Hadi
Katamso yang berasal dari kota “bumi Sukowati’ ini menempuh pendidikan umum sampai tingkat Sekolah Menengah di kota kelahirannya. Lalu masa pendudukan Jepang, ia mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelahnya, ia diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo. Sesudah kemerdekaan Indonesia, ia menyumbang tenaga buat mempertahankan kemerdekaan dengan masuk TKR. Awalnya ia diangkat selaku Komandan Kompi di Klaten, kemudian Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV. Selama agresi Militer Belanda kedua, pasukan yang dipimpinnya sering kali terlibat dalam pertempuran melawan Belanda.
Selepas pengakuan kedaulatan Indonesia, di Jawa Tengah timbul pemberontakan Batalyon 426. Katamso diserahi tugas menumpas pemberontakan tersebut serta berhasil. Saat muncul pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon “A” Komando Operasi 17 Agustus dibawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani. Kemudian diserahi tugas selaku Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RTP) II Diponegoro serta berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat. Dari situ ia dipindahkan menjadi Kepala Staf Resimen Riau Daratan Komando Daerah Militer (Kodam) III/17 Agustus. Setelah keamanan di Sumatra pulih kembali, ia ditarik ke Jakarta serta bertugas pada Komando Pendidikan serta Latihan (Koplat) merangkap selaku Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Bandung. Pada tahun 1963 Katamso dipindahkan ke Jawa Tengah memangku jabatan Korem 072 Pamungkas di bawah Kodam VIII Diponegoro, berkedudukan di Yogyakarta. Dia membina Resimen Mahasiswa yang diberi latihan-latihan rniliter serta juga giat mengembangkan pendidikan.
Katamso akhirnya perlu menjadi korban kekisruhan yang terjadi di Angkatan Darat. Semenjak ia diculik serta terbunuh, jenazahnya baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. Kemudian, ia dimakamkan di Taman Pahlawan Semaki [Kusumanegara] Yogyakarta. Sebelum dikebumikan, Presiden selekasnya menaikkan pangkatnya menjadi Brigjend Anumerta serta memberi gelar Pahlawan Revolusi kepada Katamso.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional
Pengarang: Kuncoro Hadi