Marsekal Madya Iswahyudi: Penerbang Dari Surabaya
Sabtu, September 21, 2019
Duo pengudara asal Jawa Timur, Iswahyudi serta Halim Perdana Kusuma terbang menuju T ailand guna menggelar transaksi jual beli senjata api. Naas, pesawat jenis Anderson yang mereka tumpangi ditemukan hancur di hutan Malaysia. Halim Perdanakusuma ditemukan meninggal di lokasi, sedangkan Iswahyudi lenyap, jasadnya pun tidak pernah terdeteksi hingga sekarang.
Marsda Anumerta Iswahyudi yakni salah satu angkatan perintis Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Pada kesatu tahun 1947, arek Surabaya kelahiran 15 Juli 1918 ini diangkat selaku Komandan Lanud Maospati di Madiun, dibantu oleh Nurtanio serta Wiweko Soepono. Beberapa bulan kemudian ia dipindahtugaskan ke Lanud Udara Gadut di Bukittinggi Sumatra Barat, di sana jabatannya tetap selaku menjadi komandan.
Semasa perang mempertahankan kedaulatan Indonesia melawan Belanda, dari Sumatra Barat, Iswahyudi bersama Halim Perdanakusuma membeli perlengkapan senjatan di Tailand pada tahun 1947. Dengan pesawat terbang jenis Anderson mereka berangkat. Rampung transaksi pesawat yang mengangkut pelbagai senjata api (di antaranya karabin, stun gun, pistol, serta bom tangan) pun terbang berencana kembali ke Sumatra. Namun, pesawat itu tidak pernah sampai ke tanah air karna terjatuh di hutan dekat kota Lumut, Perak, Malaysia. Tentang penyebab jatuhnya pesawat yang ditumpangi dua marsekal muda tersebut belum dikenal secara pasti, ada sumber yang berkata akibat cuaca buruk, namun juga ada yang beranggapan tertembak pesawat musuh.
Saat tim penyelamat turun ke lokasi kejadian buat menggelar penyisiran, cuma jasad Halim Perdanakusuma yang ditemukan, sedangkan Iswahyudi tidak pernah dijumpai hingga sekarang. tidak cuma itu senjata-senjata yang harusnya ada di sekitar bangkai pesawat juga lenyap. Secara simbolis, Iswahyudi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Karena keberaniannya, pada 10 November 1960, pemerintah Indonesia mengabadikan nama Iswahyudi dengan mengganti nama Lanud Maospati menjadi Bandara Iswahyudi, Madiun. dia juga mendapat gelar pahlawan nasional pada 9 Agustus 1975.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
Marsda Anumerta Iswahyudi yakni salah satu angkatan perintis Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Pada kesatu tahun 1947, arek Surabaya kelahiran 15 Juli 1918 ini diangkat selaku Komandan Lanud Maospati di Madiun, dibantu oleh Nurtanio serta Wiweko Soepono. Beberapa bulan kemudian ia dipindahtugaskan ke Lanud Udara Gadut di Bukittinggi Sumatra Barat, di sana jabatannya tetap selaku menjadi komandan.
Semasa perang mempertahankan kedaulatan Indonesia melawan Belanda, dari Sumatra Barat, Iswahyudi bersama Halim Perdanakusuma membeli perlengkapan senjatan di Tailand pada tahun 1947. Dengan pesawat terbang jenis Anderson mereka berangkat. Rampung transaksi pesawat yang mengangkut pelbagai senjata api (di antaranya karabin, stun gun, pistol, serta bom tangan) pun terbang berencana kembali ke Sumatra. Namun, pesawat itu tidak pernah sampai ke tanah air karna terjatuh di hutan dekat kota Lumut, Perak, Malaysia. Tentang penyebab jatuhnya pesawat yang ditumpangi dua marsekal muda tersebut belum dikenal secara pasti, ada sumber yang berkata akibat cuaca buruk, namun juga ada yang beranggapan tertembak pesawat musuh.
Saat tim penyelamat turun ke lokasi kejadian buat menggelar penyisiran, cuma jasad Halim Perdanakusuma yang ditemukan, sedangkan Iswahyudi tidak pernah dijumpai hingga sekarang. tidak cuma itu senjata-senjata yang harusnya ada di sekitar bangkai pesawat juga lenyap. Secara simbolis, Iswahyudi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Karena keberaniannya, pada 10 November 1960, pemerintah Indonesia mengabadikan nama Iswahyudi dengan mengganti nama Lanud Maospati menjadi Bandara Iswahyudi, Madiun. dia juga mendapat gelar pahlawan nasional pada 9 Agustus 1975.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional