Oto Iskandar Di Nata: Sang Jalak Harupat

Minggu, 21 Desember 1952 di Taman Bahagia, daerah Lembang, Bandung diadakan pemakaman tanpa jenazah. Sebagai pengganti, sudah disiapkan “syarat jenazah’yakni sebuah peti berisi pasir serta air laut yang diambil dari kawasan Mauk, Tangerang. Upacara tersebut diperuntukkan buat mendiang Oto Iskandar di Nata. Sang Jalak Harupat “terbang” tidak kembali setelah tragedi 19 Desember 1945.

Lahir di Bojongsoan, Dayeuhkolot, Bandung, 31 Maret 1897. Oto Iskandar di Nata menempuh pendidikan dasarnya di HollandschInlandsche School (HIS) Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw -Sekolah Guru Bagian Pertama- Bandung, lalu meneruskan ke Hogere Kweekschool -Sekolah Guru Atas- di Purworejo, Jawa Tengah.

Setelah selesai sekolah, Oto menjadi guru HIS di Banjarnegara pada bulan Juli 1920. Pada tahun berikutnya, dipindahkan ke Bandung serta mengajar di HIS Volksonderwijs (Perguruan Rakyat). Pada Agustus 1924 Oto dipindahkan lagi ke HIS Pekalongan, Jawa Tengah. Agustus 1928 dipindahkan ke Batavia serta ditempatkan di HIS Muhammadiyah.

Sejak tahun 1932, Oto berhenti menjadi guru, karna lebih tertarik dengan kegiatan sosial-politik. dia masuk menjadi anggota Paguyuban Pasundan pada 1928 serta kariernya melejit. Dalam Kongres PP pada Desember 1929 di Bandung Oto terpilih menjadi ketua pengurus besar organisasi tersebut. Paguyuban Pasundan pada masa Oto Selain dianggap selaku organisasi lokal Sunda, namun gerakannya terasa di lingkungan nasional. PP aktif dalam Permufakatan Perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonésia (PPPKI) serta Gabungan Politik Indonésia (GAPI). Tahun 1930 diangkat menjadi anggota Volksraad mewakili Paguyuban Pasundan, namun karna sikap keras serta non kooperatifnya, keanggotaannya kemudian dicopot. dia mendapat julukan “Jalak Harupat” musabab mulutnya yang ceplas-ceplos berani menentang pemerintah.

Di masa pendudukan Jepang, ia memimpin harian Cahaya di Bandung. Setelah proklamasi kemerdekaan, termasuk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam kabinet awal RI yang dibentuk Presiden Soekarno serta Wakil Presiden Mohammad Hatta ditunjuk selaku menteri negara. Saat menduduki jabatan sebagai menteri, mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskarlaskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.

Karena beberapa kelompok tidak puas dengan kinerjanya, pada 19 Desember 1945 ia diculik oleh segerombolan pemuda yang mengaku dari Laskar Hitam. Hingga sekarang jenazahnya tidak pernah ditemukan. Namun karna ada saksi yang pernah melihat mayatnya di pantai Mauk Banten, kemudian syarat jenazah diambil dari pantai tersebut, buat dimakamkan di Bandung.

Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel