Partai Nazi Di Indonesia

Perlakuan keras pemerintah kolonial Belanda yang tak membedakan orang Jerman yang tak tahu politik, atau bahkan anti-Nazi, dengan pengikut Nazi yang tinggal di Hindia Belanda sendiri bisa di mengerti. Dalam menjalankan kebijakan luar negerinya, Nazi melakukannya dengan dua cara yang terpisah tetapi berjalan beriringan. Di satu sisi menyertakan saluran lazim dalam diplomasi antarpemerintah yang diwakili oleh kementerian luar negeri dari masing- masing negara, sementara di sisi lain berpusat di sekeliling kegiatan propaganda serta subversif di luar negeri yang dilakukan oleh jawatan-jawatan tak resmi, seperti mermacam kelompok Nationalsozialistische Deutsche Arbeiter partei (NSDAP) Hitler yang beroperasi di luar Jerman. Sekalipun sistem ini bersifat dualistik serta membingungkan, tujuan dasarnya selalu di arahkan buat meningkatkan pengaruh Nasional Sosialisme di seluruh dunia serta buat membentuk hegemoni politik serta ekonomi mereka di negara-negara yang diinginkannya.
Di Asia Pasifik, ada dua aspek penting dari kebijakan Hitler di kawasan ini, yakni kebijakan ideologi rasialnya serta penggunaan mermacam komunitas Jerman yang bermukim di China, Jepang, India, Australia, serta Hindia Belanda selaku pion kebijakan Jerman. Menurut perkiraan tak resmi, pada dasawarsa 1920-an diperkirakan terdapat sekitar 357.480 orang Jerman serta keturunan Jerman (Volksdeutsche) yang bermu kim di Asia Pasifik. Pada tahun 1937, para ahli statistik Nazi memperhitungkan jika terdapat 14.020 orang berkebangsaan Jerman yang ber mukim di Timur Jauh (Auslanddeutschen), di mana 2.035 orang di antaranya (14,51 persen) merupakan anggota partai.

Pada tahun 1932, cabang Partai Nazi kedua di Asia Pasifik didirikan di Batavia, Hindia Belanda(Nama Indonesia dulu), mengikuti pendirian Partai Nazi di Hankow, China, pada bulan Februari 1931. Kebanyakan anggotanya terdiri atas para karyawan perusahaanperusahaan Jerman yang berkecimpung dalam pertambangan serta perdagangan timah, bauksit, karet, serta tembakau di Hindia Belanda. Pada bulan Oktober 1933, NSDAP di Batavia berhasil menarik lebih dari 300 orang Jerman (di mana cuma beberapa orang yang merupakan anggota partai) di Hindia Belanda buat meng ikuti suatu rapat akbar dalam rangka merayakan ulang tahun Presiden Jerman, Paul von Hindenburg.

Pada bulan Januari 1935, NSDAP di Hindia Belanda dengan bangga mengumumkan jika beberapa orang pemimpinnya Telah menjadi anggota komite eksekutif Deutsche Bund (Liga Jerman), organisasi utama Volksdeutsche di Hindia Belanda. Partai kemudian mulai berusaha menggantikan kegiatan Bund tersebut yang bersifat demokratis dengan Führerprinzip (prinsip kepemimpinan) yang otoriter dari NSDAP. Pada tahun 1936, selain markas besar partai di Batavia, NSDAP mendiri kan cabang di Makassar, Surabaya, Semarang, Medan, Padang, serta Bandung.

Seperti cabang-cabang Partai Nazi di luar negeri, NSDAP di Hindia Belanda diawasi oleh AO (Ausland-Organisation, atau Jawatan Luar Negeri) NSDAP yang berada di bawah pengawasan Rudolf Hess serta Ernst Wilhelm Bohle. Organisasi ini bertujuan menggunakan cabang-cabangnya di luar negeri, yang terutama terdiri atas warga negara Jerman, buat merekrut anggota bagi NSDAP serta menyebarkan ajaran Hitler meng nai pemerintahan yang otoriter, anti-semitisme, anti-komunisme, serta anti-liberalisme di kalangan orang-orang Jerman yang bermukim di luar negeri.
Eksistensi Nazisme di Hindia Belanda sendiri dilaporkan oleh Hirsch Munz, seorang bekas letnan dalam Royal Australian Naval Volunteer Reserve. ia mengumpulkan mermacam foto serta dokumen yang memerinci mermacam kegiatan Nazi di Hindia pada pertama tahun 1930-an, di mana beberapa di antaranya menunjukkan para pendukung Nazi merayakan ulang tahun Hitler pada tahun 1935.

Sumber:  Nazi di Indonesia Sebuah Sejarah yang Terlupakan oleh Nino Oktorino

Jangan lupa buat membeli bukunya yah

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel