Sultan Mahmud Badaruddin Ii: Melawan Inggris Serta Belanda
Sabtu, September 28, 2019
Sultan Mahmud Badaruddin II memerintah Kasultananan Palembang selama dua periode, ialah pada 1803-1813 serta 1818- 1821. Ia lahir di Palembang tahun 1767 serta dinobatkan selaku Sultan Kerajaan Palembang tahun 1803. Kala itu terjadi perebutan kekuasaan atas Palembang antara Inggris serta Belanda. Melalui pertempuran di Sungai Aur pada 14 September 1811, Inggris berhasil mengusir Belanda dari bumi Wong Kito. Akan tetapi, Badaruddin tak hendak mengakui kekuasaan Inggris atas Palembang karna Palembang cuma bakal menjadi “boneka” Inggris. Penolakan tersebut membuat Inggris mengerahkan kekuatan militer serta pada Maret 1812 Palembang berhasil diduduki. Sultan Badaruddin terpaksa menyingkir ke Muara Rawas.
Guna mengisi jabatan, sultan Inggris kemudian mengangkat adik Badaruddin II, Husin Diauddin sultan Palembang. Namun, kondisi internasional paska konvensi London 1814 memaksa Inggris menyerahkan kembali Palembang kepada Pemerintah Hindia Belanda. Imbasnya, Husin Diauddin yang dianggap sekutu Britania di bawa ke Batavia serta dibuang ke Cianjur. Badaruddin II kembali menjadi Sultan Palembang pada 1818. Meski Belanda turut andil dalam kembalinya Badaruddin II, namun sultan juga tak mengakui kekuasaan Belanda di Palembang. Puncaknya, pecah Perang Menteng pada 12 Juni 1819. Pertempuran berlangsung hingga esok hari, pihak Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Muntinghe kewalahan lalu mundur kembali ke Batavia.
Pasukan Belanda di bawah komando Wolterbeek dengan kekuatan dua kali lipat kembali ke Palembang. Adu meriam terjadi di tepi Sungai Musi pada 21 Oktober 1819. Sultan Badaruddin II telah mempersiapkan adanya serangan belakang dari pihak Belanda sehingga membuat benteng-benteng pertahanan. Untuk ketiga kalinya Belanda perlu pergi dari Kukang. Pasukan Wolterbeek kembali ke Batavia pada 30 Oktober 1819.
Belanda tak bosan dengan kekalahan. Tahun 1821 Belanda mendatangkan pasukan lebih besar yang dikawal langsung oleh Mayor Jenderal Marcus de Knock. Bentrok kembali terjadi, kali ini Belanda berhasil menduduki Benteng Kembar serta Plaju yang mengakibatkan jalan menuju Palembang terbuka. De Knock mengultimatum Badaruddin supaya menyerahkan diri, tapi tak diindahkan Sultan. Belanda kemudian melancarkan serangan besar-besaran serta pada tanggal 1 Juli 1821 berhasil menduduki kraton. Sultan Badaruddin II ditawan, lalu diungsikan ke Ternate sampai wafat pada tanggal 26 September 1852.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
Guna mengisi jabatan, sultan Inggris kemudian mengangkat adik Badaruddin II, Husin Diauddin sultan Palembang. Namun, kondisi internasional paska konvensi London 1814 memaksa Inggris menyerahkan kembali Palembang kepada Pemerintah Hindia Belanda. Imbasnya, Husin Diauddin yang dianggap sekutu Britania di bawa ke Batavia serta dibuang ke Cianjur. Badaruddin II kembali menjadi Sultan Palembang pada 1818. Meski Belanda turut andil dalam kembalinya Badaruddin II, namun sultan juga tak mengakui kekuasaan Belanda di Palembang. Puncaknya, pecah Perang Menteng pada 12 Juni 1819. Pertempuran berlangsung hingga esok hari, pihak Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Muntinghe kewalahan lalu mundur kembali ke Batavia.
Pasukan Belanda di bawah komando Wolterbeek dengan kekuatan dua kali lipat kembali ke Palembang. Adu meriam terjadi di tepi Sungai Musi pada 21 Oktober 1819. Sultan Badaruddin II telah mempersiapkan adanya serangan belakang dari pihak Belanda sehingga membuat benteng-benteng pertahanan. Untuk ketiga kalinya Belanda perlu pergi dari Kukang. Pasukan Wolterbeek kembali ke Batavia pada 30 Oktober 1819.
Baca Juga
Belanda tak bosan dengan kekalahan. Tahun 1821 Belanda mendatangkan pasukan lebih besar yang dikawal langsung oleh Mayor Jenderal Marcus de Knock. Bentrok kembali terjadi, kali ini Belanda berhasil menduduki Benteng Kembar serta Plaju yang mengakibatkan jalan menuju Palembang terbuka. De Knock mengultimatum Badaruddin supaya menyerahkan diri, tapi tak diindahkan Sultan. Belanda kemudian melancarkan serangan besar-besaran serta pada tanggal 1 Juli 1821 berhasil menduduki kraton. Sultan Badaruddin II ditawan, lalu diungsikan ke Ternate sampai wafat pada tanggal 26 September 1852.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional