Tengku Amir Hamzah: Raja Penyair Dari Lahat
Kamis, September 26, 2019
Ia penyair, seorang penulis, juga politikus. Sajak-sajaknya bernapaskan islami serta berjiwa Ketuhanan. Lahir pada Selasa, 28 Februari 1911 di Kampung Pekubuan Kota Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara, Tengku Amir Hamzah merupakan keturunan bangsawan lokal. Masa pendidikannya ia habiskan di sekolah barat, dari Hollandsche Inlandsche School (HIS), MULO, Algemene Middelbare School (AMS) hingga Rech Hoge School. Cukup lama ia merantau ke Batavia, Jawa Tengah, serta kembali lagi ke Batavia. Amir Hamzah gemar membaca serta mempelajari bukubuku sejarah serta kesusasteraan Melayu Lama karenanya karyanya dipengaruhi oleh hikayat, syair-syair, kebudayaan serta kesusasteraan Melayu.
tidak cuma menekuni dunia sastra, Amir Hamzah juga aktif di pergerakan kebangsaan. Ia pernah menjadi Ketua Indonesia Muda cabang Solo pada 1930, juga kerap bergaul dengan kaum pergerakan, serta mengajar di sebuah Perguruan Nasional. Amir sering mengkritik kebijakan-kebijakan Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada tahun 1937 ia diutus pulang oleh Sultan Langkat. Supaya Amir Hanzah melunak, ia dikawinkan dengan putri sulung Sultan Langkat, sekaligus dinobatkan selaku pangeran bergelar Tengku Pangeran Indra Pura.
Paska kemerdekaan, Gubernur Sumatra Mr. Teuku Mohammad Hasan menetapkan Amir Hamzah selaku Wakil Pemerintah Republik Indonesia buat daerah Langkat. Ia pun mendukung sepenuhnya Pemerintahan RI daerah Langkat. Namun ketika terjadi revolusi sosial pada Maret 1946, Amir Hamzah ditangkap oleh golongan komunis, serta dibuang ke Kebun lada, lalu dipindahkan ke Kuala Begumit. Ia meninggal pada tanggal 20 Maret 1946.
Sebagai seorang penyair karya Amir Hamzah bisa dikategorikan seorang maestro. Bahkan HB Yasin pun memberikan gelar “Raja Penyair” kepadanya. Karya-karyanya pernah dikumpulkan serta diterbitkan selaku buku, yang paling populer yaitu Nyanyi Sunyi serta Buah Rindu. Ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/ tahun 1975, tanggal 3 November 1975.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Nasional
tidak cuma menekuni dunia sastra, Amir Hamzah juga aktif di pergerakan kebangsaan. Ia pernah menjadi Ketua Indonesia Muda cabang Solo pada 1930, juga kerap bergaul dengan kaum pergerakan, serta mengajar di sebuah Perguruan Nasional. Amir sering mengkritik kebijakan-kebijakan Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada tahun 1937 ia diutus pulang oleh Sultan Langkat. Supaya Amir Hanzah melunak, ia dikawinkan dengan putri sulung Sultan Langkat, sekaligus dinobatkan selaku pangeran bergelar Tengku Pangeran Indra Pura.
Paska kemerdekaan, Gubernur Sumatra Mr. Teuku Mohammad Hasan menetapkan Amir Hamzah selaku Wakil Pemerintah Republik Indonesia buat daerah Langkat. Ia pun mendukung sepenuhnya Pemerintahan RI daerah Langkat. Namun ketika terjadi revolusi sosial pada Maret 1946, Amir Hamzah ditangkap oleh golongan komunis, serta dibuang ke Kebun lada, lalu dipindahkan ke Kuala Begumit. Ia meninggal pada tanggal 20 Maret 1946.
Sebagai seorang penyair karya Amir Hamzah bisa dikategorikan seorang maestro. Bahkan HB Yasin pun memberikan gelar “Raja Penyair” kepadanya. Karya-karyanya pernah dikumpulkan serta diterbitkan selaku buku, yang paling populer yaitu Nyanyi Sunyi serta Buah Rindu. Ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/ tahun 1975, tanggal 3 November 1975.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Nasional