Tumbuhnya Tni Serta Sejarah Tni
Minggu, September 29, 2019
kalau kita bicara sejarah TNI, maka kita perlu tarik kebelakang bagaimana TNI bisa terbentuk hingga sampai sekarang ini. Kita tentu tahu bahwasannya Tentara yaitu unsur penting dalam pembentukan suatu negara. Dalam nasihatnya dalam buku Il Principle Machiavelli berkata “Kelangsungan kekuasaan negara membutuhkan dua unsur yang awal yaitu hukum serta tentara yang baik”. Negara Indonesia lahir tahun 1945 tepat pada tanggal 17 Agustus. Dalam hal ini Negara Indonesia lahir belum memiliki tentara buat menjaga kedaulatannya. Maka Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) memutuskan kalau dibentuk tiga badan selaku wadah perjuangan rakyat. Yang awal yaitu KNIP(Komite Nasional Indonesia Pusat) yang kelak nanti menjadi cikal bakal lembaga legislatif DPR, Kedua yaitu PNI merupakan partai tunggal negara pada dikala itu, ketiga yaitu BKR(Badan Keamanan Rakyat) yang merupakan cikal bakal TNI. Pada tanggal 23 Agustus Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan BKR, dalam hal ini Soekarno mengajak pemuda bekas PETA, Heiho, atau pun pemuda dari organisasi para militer lainnya, buat bekerja pada BKR serta sedia menjadi tentara kebangsaan buat mempertahankan kemerdekaan pada waktu itu. Mengingat bahwasannya sekutu dalam hal ini juga Belanda mulai merapat ke Indonesia.
Pada tanggal 31 Oktober 1945 Oerip menandatangani pengumuman pembukaan Akmil Jogja ini merupakan sekolah militer awal yang dikelola langsung oleh pemerintah Indonesia yang baru merdeka pada dikala itu. Akmil Jogja merupakan bentuk keseriusan negara dalam membentuk tentara profesional yang berstandar internasional. Dalam upaya melaksanakan pendidikan militer Akmil Jogja banyak menemukan kendala seperti masalah finansial, kurikulum, hingga seragam. Akmil Jogja merupakan pelopor pendidikan perwira awal di Indonesia sekolah-sekolah militer lainnya lalu didirikan pasca didirikannya Akmil Jogja tersebut, seperti sekolah Akmil Tangerang, sekolah Kadet di Jawa Timur serta Sumatera, serta sekolah Opsir di Palembang.
Adanya kekosongan Pimpinan Tentara Keamanan Rakyat, yang di mana Seharusnya yang di mana seharusnya Supriyadi memimpin tentara keamanan rakyat, maka atas dasar inisiatifnya Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo mengadakan rapat besar pada tanggal 12 November 1945 yang dihadiri oleh perwira perwira Tentara Keamanan Rakyat pada dikala itu. Perwira-perwira Tentara Keamanan Rakyat merupakan bekas perwira dari eks KNIL serta Perwira PETA yang merupakan tentara buatan Jepang pada dikala itu. Dalam rapat tersebut berlangsung panas dikarenakan para eks perwira PETA menuduh eks KNIL yaitu unsur Kolonialisme Belanda serta bisa Saja berkhianat kepada rakyat Indonesia. Rapat tersebut berlangsung panas serta seperti Rapat Para Koboy, para peserta datang ke ruangan rapat dengan menyandang pistol di pinggang. Ada juga yang membawa samurai serta klewang . Dalam rapat ini diadakan pemilihan Pucuk Pimpinan Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat. Akhirnya para peserta setuju bahwasannya Panglimaa Tentara Keamanan Rakyat dipegang oleh Soedirman. Soedirman yang tadinya berpangkat Kolonel seketika menjadi seorang Jendral.
Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7 Januari 1946 berdasarkan keputusan pemerintah. Lalu selang beberapa hari kemudian tepat tanggal 26 Januari diganti nama lagi menjadi Tentara Republik Indonesia. Berdasarkan keputusan pemerintah juga pada tanggal 15 Mei 1947 Presiden Republik Indonesia Soekarno mengeluarkan penetapan tentang penyatuan tentara Republik Indonesia dengan Laskar Laskar perjuangan menjadi satu organisasi tentara. Tanggal 3 Juni 1947 Soekarno meresmikan penyatuan tentara-tentara dengan unsur-unsur laskar-laskar perjuangan menjadi satu wadah tentara nasional dengan nama Tentara Nasional Indonesia. Panglima tertinggi tetap dipegang oleh Jendral Sudirman.
Di sedang situasi Agresi Militer Belanda, kondisi ekonomi yang morat-marit serta Perjanjian Renville yang merugikan bangsa Indonesia membuat ruang gerak bangsa Indonesia terbatas, Maka perlu diadakan reformasi pada tubuh TNI. Bung Hatta ditunjuk Presiden Soekarno buat menjadi Perdana Menteri Sekaligus merangkap selaku Menteri Pertahanan pada tanggal 29 Januari 1948. Bung Hatta lalu mengeluarkan kebijakan Rera yang diketahui selaku restrukturasi serta rasionalisasi TNI. Kebijakan ini ditunjukan buat membuat tentara benar-benar dari golongan profesional saja. Penataan ini dimaksudkan mencari bentukan akhir dari Organisasi Tentara di Indonesia. Dalam hal ini yang dimaksud dengan rasionalisasi serta restrukturasi merupakan pengurangan jumlah tentara besar-besaran dikarenakan pada waktu itu tentara banyak dari golongan pemuda biasa yang tidak pernah mengenyam pendidikan militer. Namun ada indikasi bahwasannya program Rera tersebut yaitu upaya penyingkiran orang-orang berhaluan kiri dalam tubuh tentara. Tapi ada pertimbangan alasan ekonomi dalam Rera tersebut, pemerintah tidak bisa membiayai angkatan perang yang besar, dikarenakan situasi ekonomi yang tidak menemukan kepastian. Program Hatta tersebut membuat para pemuda yang menjadi tentara kehilangan pekerjaannya. Menjadi tentara pada waktu itu merupakan sebuah kebanggan serta menaikan status sosial seseorang. Kelak orang-orang yang tersingkir sebab kebijakan Hatta menjadi pasukan pembrontak PKI Madiun.
Daftar Pustaka:
-Oerip Seomohardjo: Bapak Tentara Yang Dilupakan. Historia No.32 III 2016
-Anderson, David..2008.Kudeta Madiun 1948. Yogyakarta: MedPress
-Website Sejarah TNI:http://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html