Abdul Halim Perdanakusuma: Patriot Penerbang
Minggu, September 22, 2019
Saat pecah Perang Dunia II, Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi, ia lalu memasuki Sekolah Angkatan Laut di Surabaya. Kala Jepang datang, ia dibawa Belanda ke Inggris mengikuti pendidikan navigasi di Royal Canadian Air Force. Dia punya catatan prestasi di Eropa: menerbangkan 44 misi terbang, termasuk menerbangkan Avro Lancaster dalam pemboman tentara NAZI di Jerman. Dia lalu kembali ke tanah air, bergabung dengan TKR bagian Penerbangan yang nantinya menjadi AURI, serta melawan Belanda buat kemerdekaan Indonesia.
Sebelum bergabung dengan pendidikan militer, Halim menempuh pendidikan dasar [HIS] serta sekolah menengah pertama [MULO] di tempat asalnya. Dia kemudian melanjutkan ke Sekolah Pamong Praja [OSVIA] di Magelang serta cuma ditempuhnya sampai tingkat II. Setelah itu, ia masuk pendidikan militer dari angkatan laut di Surabaya hingga menjadi penerbang di Inggris.
Pada 1947, ketika Sudah berada di tanah air, Abdul Halim bertugas di Sumatera buat membina Angkatan Udara di sana. Pada waktu itu organisasi AURI di Sumatera dapat dikatakan belum lagi berdiri. Beberapa lapangan udara sudah dapat dibuka, tetapi hubungan antara lapangan yang satu dengan yang lain tidak ada. Masing-masing berdiri sendiri serta berada di bawah kekuasaan divisi-divisi Angkatan Darat. Untuk keperluan membina organisasi AURI, ia Abdul Halim diangkat selaku salah satu wakil AURI dalam Komandemen Tentara Sumatera. tidak cuma itu, ia diangkat pula selaku Wakil II Kepala Staf Angkatan Udara. Abdul halim berusaha membuka hubungan dengan luar negeri buat mencari senjata serta bantuan lain yang perlu bagi perjuangan. Pekerjaan itu cukup berbahaya karna perlu menembus blokade udara Belanda.
Pada 14 Desember 1947, ia menyelenggarakan misi penting. Dia terbang dengan pesawat Avron Anson RI-003 menuju Tailand mengangkut senjata. Pesawat terbang itu akhirnya dipenuhi dengan senjata karabin, sten gan, pistol, serta bom tangan. Dia lalu kembali ke Indonesia. Tetapi ketika terbang di sekitaran Labuhan Bilik Besar, Pantai Lumut, Malaysia, udara sangat buruk menyebabkan sayap pesawat patah serta kemudian meledak. Abdul Halim gugur dalam usia muda, 25 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Perak Malaysia, hingga pada 10 Nopember 1975 kerangka jenazahnya dipindahkan ke tanah air dan dimakamkan di TMP Nasional Kalibata. Atas jasa-jasanya dalam perang kemerdekaan, pemerintah Indonesia menaikkan pangkatnya menjadi Marsekal Muda Anumerta serta memberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1975.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Nasional
Sebelum bergabung dengan pendidikan militer, Halim menempuh pendidikan dasar [HIS] serta sekolah menengah pertama [MULO] di tempat asalnya. Dia kemudian melanjutkan ke Sekolah Pamong Praja [OSVIA] di Magelang serta cuma ditempuhnya sampai tingkat II. Setelah itu, ia masuk pendidikan militer dari angkatan laut di Surabaya hingga menjadi penerbang di Inggris.
Pada 1947, ketika Sudah berada di tanah air, Abdul Halim bertugas di Sumatera buat membina Angkatan Udara di sana. Pada waktu itu organisasi AURI di Sumatera dapat dikatakan belum lagi berdiri. Beberapa lapangan udara sudah dapat dibuka, tetapi hubungan antara lapangan yang satu dengan yang lain tidak ada. Masing-masing berdiri sendiri serta berada di bawah kekuasaan divisi-divisi Angkatan Darat. Untuk keperluan membina organisasi AURI, ia Abdul Halim diangkat selaku salah satu wakil AURI dalam Komandemen Tentara Sumatera. tidak cuma itu, ia diangkat pula selaku Wakil II Kepala Staf Angkatan Udara. Abdul halim berusaha membuka hubungan dengan luar negeri buat mencari senjata serta bantuan lain yang perlu bagi perjuangan. Pekerjaan itu cukup berbahaya karna perlu menembus blokade udara Belanda.
Pada 14 Desember 1947, ia menyelenggarakan misi penting. Dia terbang dengan pesawat Avron Anson RI-003 menuju Tailand mengangkut senjata. Pesawat terbang itu akhirnya dipenuhi dengan senjata karabin, sten gan, pistol, serta bom tangan. Dia lalu kembali ke Indonesia. Tetapi ketika terbang di sekitaran Labuhan Bilik Besar, Pantai Lumut, Malaysia, udara sangat buruk menyebabkan sayap pesawat patah serta kemudian meledak. Abdul Halim gugur dalam usia muda, 25 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Perak Malaysia, hingga pada 10 Nopember 1975 kerangka jenazahnya dipindahkan ke tanah air dan dimakamkan di TMP Nasional Kalibata. Atas jasa-jasanya dalam perang kemerdekaan, pemerintah Indonesia menaikkan pangkatnya menjadi Marsekal Muda Anumerta serta memberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1975.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Nasional