Masa Muda Adolf Hitler
Kamis, Oktober 10, 2019
source: pinterest.com
Pada tahun 1919, Adolf Hitler pada usia 30 tahun ialah seorang yang tidak berarti. Ia tingal di Munchen, dalam barak batalyon cadangan dari resimennnya pada masa perang. Ia tidak mempunyai tempat tinggal lain serta tidak menginginkannya sama sekali. Pengabdiannya selaku tentara Jerman ternyata merupakan masa yang paling bahagia dalam hidupnya, yang sebelumnya tanpa tujuan. Para veteran lain berjalan dengan angkuh di jalan serta merampas medali serta tanda pangkat perwira yang mereka jumpai. Bagi Hitler, perbuatan seperti ini dikutuk. Ia menghormati militer serta apa pun yang dapat memulihkan kebesaran Jerman. Cintanya kepada Jerman benar-benar anej, sebab Jerman sebenarnya bukanlah tanah airnya. Ia ialah orang AustriaAdolf Hitler lahir pada tanggal 20 April 1889 di kota kecil Braunau di dekat sungai Inn yang menjadi perbatasan antara Austria serta Bavaria. Beberapa leluhurnya boleh menjadi petani Ceko. Ayahnya pegawai kecil pabean, sedangkan ibunya seorang pembantu. Masa mudanya dia ceritakan kemudian selaku masa perjuangan serta kemiskinan-meskipun dengan keras dia melarang orang lain menyelidiknya. Sebenarnya gaji ayahnya cukup buat hidup enak serta mencari sekolah yang baik bagi keluarganya.
Hitler membenci sekolah; sekolah mengganggu hiburan kesukaannya, yakni melamun. Salah satu angkanya yang "memuaskan" ialah menggambar, serta dari sinilah mulainya sebuah lamunan. Kehidupan ayahnya membosankan selaku birokrat bukanlah idamannya. Ia mau menjadi seniman atau arsitek. Ia sering menghabiskan waktunya berjam-jam lamanya buat membuat sketsa, monumen serta rumah khayal yang megah.
Pada usia 16 tahun, Hitler meninggalkan kota kecil Linz, kampung halamannya, menuju Wina yang gemerlapan-dan merupakan pukulan baginya. Ia melamar pada Akademi Seni Rupa yang mentereng, tetapi ditolak. Sketsa percobaannya dinilai "kurang berbobot". Ia kemudian hidup dengan dana dari ibunya yang sudah janda. Setelah ibunya meninggal, dia hidup dari dana pemerintah bagi yatim piatu pegawai negeri. Dana ini berakhir sewaktu dia mencapai umur dewasa resmi, serta perlu berdikari.
Menurut Hitler sendiri, tahun-tahun kehidupannya di Wina merupakan "masa yang paling menyedihkan dalam hidupku." Kemalangan itu sendiri sebenarnya lebih disebabkan oleh kemalasan serta sikap Hitler sendiri yang tidak mau merendahkan diri serta bergabung dengan kalangan yang membosanka, yakni pekerja jelata. Ia mendapat nafkah dengan menjual cat air warna khusus. Ia membuat poster yang mengiklankan sabun serta bedak anti keringat. Kadangkal, dia menjajakan sketsanya mengenai tempat-tempat populer di Wina seperti Katedral St. Stepehen serta Istana Schonbrunn. Hidupnya terpaksa dijalani secara sederhana; dia tidak minum minuman keras, tidak merokok, tidak makan daging, serta cuma makan sayuran.
Dalam keadaan frustasi, Hitler muda teracuni oleh hasutan anti-Yahudi yang marak pada masa itu di Wina. Kota internasional ini Sudah menarik orang dari segala penjuru Kemaharajaan Habsburg-orang Ceko, Serbia, Slovenia, Krosia, Polandia, Hongaria, Rumania serta Ruthenia-sehingga mengancam kekuasaan konservatif yang lama dipegang oleh kelompok yang disebut orang Austria Jerman. Pembuat pamflet membendung gelombang manusia yang beraneka bahasa ini, serta pada khususnya menyebarkan kebencian terhadap imigran Yahudi. Keturunan Jerman, demikian pernyataan mereka, ialah ras unggul yang tidak boleh dicemari: lagi pula, warganya perlu dipersatukan di dalam Jerman Raya.
Hitler-yang mempunyai hobi membaca secara tidak sistematis buku-buku rasis yang berpikiran sempit, melamun serta menipu diri sendiri-segera ia berubah menjadi orang nasionalis Jerman yang fanatik yang berpusatkan pada identitas darah serta tanah. Nasionalisme Jermannya ini berasal dari pemikiran-pemikiran Fichte, Hegel, Treitsche, Nietzsche, serta Richard Wagner. Opera-opera Wagner yang bergemuruh, dengan tekanannya pada mitologi-mitologi Teutonik serta Jerman mempunyai pengaruh besar terhadapnya, sementara tulisan-tulisan Nietzsche juga menarik perhatiannya. Nietzche mengkhotbahkan istilah "manusia super" (ubermensch), mahluk sempurna dalam hal pikiran serta tubuhnya, yang mencampakkan moralitas demi nilai-nilai "kekerasan". Dengan cara ini, Nietzsche menyanjung ide-ide mengenai kekerasan serta kekuatan. Hitler serta Kalian Nazi kemudian menyelsaikan serta menyalahgunakan ide-ide ini buat menciptakan suatu negara totaliter yang bengis, Di mata Hitler, pahlawan Jerman Nordik ialah prototipe manusia super, tetapi mereka perlu dibebaskan dari norma-norma moralitas kristiani yang dibenci Hitler karna asal-usulnya Yahudinya.
source: Historyplace.com
Bagi Hitler muda, pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914 dianggap selaku berkat yang membebaskan dari kehidupan yang menyedihkan. Seniman gagal berusia 25 tahun itu menyadari jika dia bisa menjadi seorang pahlawan Jerman dalam konflik itu, Ia memutuskan jika tindakanlah, bukan kata-kata, yang bakal menjadi jalan hidupnya. Meskipun masih tercatat selaku warga negara Austria, Hitler, yang Sudah pindah ke Munchen pada tahun 1913, berhasil bergabung dalam Tentara Jerman lewat sebuah petisi pribadi kepada Kaisar Wilhelm II. Ia terdaftar selaku anggota resimen infanteri Bavaria serta ditugaskan selaku kurir di Front Barat di Flandria. Segera keberaniannya diakui dengan penganugrahan medali Salib Besi Kelas Dua, serta kemudian dengan Salin Besi Kelas Satu yang lebih didambakan-penghormatan yang jarang diberikan kepada seorang kopral.Hitler ialah tentara teladan, kadang kala terlalu besar bagi beberapa orang di kompinya. Seorang Sobat mengenangnya selaku "gagak putih di antara kami yang tidak mau ikut jika kami mengutuk perang." tidak cuma dipandang istimewa oleh rakan-rekannya, Hitler juga dianggap selaku orang mujur. Kecuali serangan gas yang sementara waktu membutakannya menjelang akhir perang, satu-satunya cedera selama empat tahun perang hanyalah luka di kaki. Hitler selamat dari perang dengan keyakinan jika dia Sudah disisakan buat menjalankan misi istimewa dalam hidupnya.
Sumber: Nino Oktorino, Sieg Heil! Kisah pendirian Reich Ketiga