Jatuhnya Kabinet Amir Serta Setelahnya
Senin, Agustus 12, 2019
17 Januari 1948, di atas kapal USS Renville yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. telah ditanda tangan sebuah perjanjian baru antara Belanda dengan Indonesia bersama Komisi Tiga Negara (KTN) yang diketahui selaku perjanjian Renville.
Hasil perjanjian Renville sendiri dianggap sangat merugikan Indonesia. Perjanjian ini terdapat garis perbatasan yang di sebut “Garis van Mook” yang berakhir kenyataan Apabila wilayah Republik Indonesia cuma bersisa Sumatra, Jawa Tengah, serta Yogyakarta. Persetujuan terhadap perjanjian inilah yang akhirnya menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Syarifuddin. Anggota-anggota PNI serta Masyumi dalam kabinet Amir juga ikut mundur pasca disetujuinya perjanjian Renville.
Banyak yang sudah bertanya-tanya siapakah yang bakal menggantikan Amir Syarifuddin. Bahkan sebenarnya kejatuhan Kabinet Amir juga bukanlah hal yang mengejutkan kala itu. Mengingat kondisi sosial, ekonomi, politik, militer, serta diplomasi waktu itu dianggap sangat lemah. Para pengamat politik juga sudah mencari siapa yang bakal menjadi Perdana Menteri selanjutnya, salah satu kandidat yang bakal menjadi pengganti Amir yaitu Hatta. Dr. Leimena bersama para tokoh lainnya mendatangi Hatta serta mengungkap Apabila cuma Hatta yang dapat menyelamatkan keadaan, Hatta diminta kesediaannya selaku calon Perdana Menteri berikutnya. Hatta pun setuju namun dengan syarat PNI serta Masyumi perlu mendukungnya.
Tanggal 23 Januari 1948, Amir menyerahkan mandatnya, setelah itu Presiden Soekarno menunjuk Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri. Hatta yang sebelumnya telah mendapatkan dukungan dari PNI serta Masyumi juga meminta dukungan dari Sayap Kiri. dia hendak kabinet yang ia buat menjadi kabinet yang didukung secara nasional. Namun usaha Hatta tidak berjalan dengan lancar. Mereka meminta pos-pos inti, seperti Kementerian Pertahanan serta Kementerian Dalam Negeri. Mereka juga meminta sepuluh kursi dalam kabinet yang sebelumnya Hatta cuma menawarkan empat kursi sama seperti PNI serta Masyumi. Akhirnya Hatta tetap memutuskan buat memberikan empat kursi sahaja kepada Sayap Kiri serta memberi waktu kepada mereka buat menjawab hingga 28 Januari 1948, serta Sayap Kiri pun menolak buat ikut dengan kabinet Hatta.
29 Januari 1948, Kabinet Presidensiil Hatta diumumkan. Kabinet ini diisi dengan 27 Menteri. Akhirnya kabinet ini tidak mendapatkan dukungan dari Sayap Kiri meski terdapat Soepono serta Kusnan yang berasal dari SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yang menjabat selaku Menteri Pembangunan serta Pemuda serta Menteri Perburuhan serta Sosial.
Sumber: OA Historypedia Line
Penulis: Daendels
Hasil perjanjian Renville sendiri dianggap sangat merugikan Indonesia. Perjanjian ini terdapat garis perbatasan yang di sebut “Garis van Mook” yang berakhir kenyataan Apabila wilayah Republik Indonesia cuma bersisa Sumatra, Jawa Tengah, serta Yogyakarta. Persetujuan terhadap perjanjian inilah yang akhirnya menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Syarifuddin. Anggota-anggota PNI serta Masyumi dalam kabinet Amir juga ikut mundur pasca disetujuinya perjanjian Renville.
Banyak yang sudah bertanya-tanya siapakah yang bakal menggantikan Amir Syarifuddin. Bahkan sebenarnya kejatuhan Kabinet Amir juga bukanlah hal yang mengejutkan kala itu. Mengingat kondisi sosial, ekonomi, politik, militer, serta diplomasi waktu itu dianggap sangat lemah. Para pengamat politik juga sudah mencari siapa yang bakal menjadi Perdana Menteri selanjutnya, salah satu kandidat yang bakal menjadi pengganti Amir yaitu Hatta. Dr. Leimena bersama para tokoh lainnya mendatangi Hatta serta mengungkap Apabila cuma Hatta yang dapat menyelamatkan keadaan, Hatta diminta kesediaannya selaku calon Perdana Menteri berikutnya. Hatta pun setuju namun dengan syarat PNI serta Masyumi perlu mendukungnya.
Baca Juga
Tanggal 23 Januari 1948, Amir menyerahkan mandatnya, setelah itu Presiden Soekarno menunjuk Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri. Hatta yang sebelumnya telah mendapatkan dukungan dari PNI serta Masyumi juga meminta dukungan dari Sayap Kiri. dia hendak kabinet yang ia buat menjadi kabinet yang didukung secara nasional. Namun usaha Hatta tidak berjalan dengan lancar. Mereka meminta pos-pos inti, seperti Kementerian Pertahanan serta Kementerian Dalam Negeri. Mereka juga meminta sepuluh kursi dalam kabinet yang sebelumnya Hatta cuma menawarkan empat kursi sama seperti PNI serta Masyumi. Akhirnya Hatta tetap memutuskan buat memberikan empat kursi sahaja kepada Sayap Kiri serta memberi waktu kepada mereka buat menjawab hingga 28 Januari 1948, serta Sayap Kiri pun menolak buat ikut dengan kabinet Hatta.
29 Januari 1948, Kabinet Presidensiil Hatta diumumkan. Kabinet ini diisi dengan 27 Menteri. Akhirnya kabinet ini tidak mendapatkan dukungan dari Sayap Kiri meski terdapat Soepono serta Kusnan yang berasal dari SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yang menjabat selaku Menteri Pembangunan serta Pemuda serta Menteri Perburuhan serta Sosial.
Sumber: OA Historypedia Line