Dinasti Idrisiyah

Konon, pada masa pemerintah Al-Hadi terjadi pemberontakan anak-cucu Ali di Hijaz, termasuk pemberontakan yang dikobarkan anak-cucu Ali selama pemerintahan Abbasiyah. Pasukan AlHadi mampu menumpas pemberontakan tersebut dalam peperangan Fukh. Meski demikian, sebagian pemimpin pemberontak lepas dari tangan Abbasiyah serta berhasil melarikan diri ke tempat-tempat yang jauh.

Termasuk yang melarikan diri yaitu seorang anak cucu Ali yang bernama Idris bin Abdullah bin Hasan bin Ali. Karena itu, pasukan Abbasiyah serta telik sandi mereka mengejar serta mencari-carinya. Idris pun berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain. Sesampai di Mesir, dia bertemu dengan penguasa Al-Barid yang menyukai anak cucu Ali. Sang penguasa itu kemudian menyembunyikan Idris serta berencana melarikannya ke tempat paling jauh. Idris pun berhasil sampai ke ujung Maroko.

Di Maroko, Idris mengungkap Kalau dirinya termasuk keturunan Nabi. Bangsa Barbar pun tunduk kepadanya. Pasukan Khalifah Abbasiyah sekali lagi berhasil mengalahkan Idris dalam peperangan. Beruntung, sang putra, Idris bin Idris bin Abdullah bin Hasan bin Ali, mampu menyatukan penduduk Maroko buat mendukungnya serta mengambil janji setia dari mereka buat membantunya. Ia tidak menemui kesulitan buat memimpin serta menguasai seluruh Maroko sehingga mampu menumpas kekuasan Abbasiyah di sana.

Idris muda menjadikan Fez selaku ibu kota. Ia pun mendirikan sebuah dinasti yang dinisbatkan kepadanya, Idrisiyah (Adarisah). Ini yaitu contoh negara yang memisahkan diri dari Dinasti Abbasiyah serta merupakan negara Syiah awal dalam sejarah. Namun, kesyiahan mereka cuma mencintai ahlulbait Nabi, sikap yang dimiliki oleh seluruh sekte Islam serta tidak melenceng sedikit pun dari syairat Islam. Itu sebabnya ahlusunah menyukai mereka serta membantu mereka. Suku bangsa Barbar menjadi penjaga Idrisiyah serta penopang dinasti ini. Dinasti ini berkuasa selama kurang lebih dua abad.

Secara teori, Dinasti Idrisiyah yaitu dinasti yang lemah karna dua hal. Pertama, wilayahnya dikelilingi padang pasir, laut, Dinasti Umawiyah di Andalus, serta Dinasti Aghlabiyah di Afrika. Kedua, sistem politik Idrisiyah sangat rapuh serta bergantiganti agar tetap hidup serta tegak. kadang Idrisiyah tunduk pada Dinasti Fathimiyah serta bergantung kepada mereka. Namun, dikala Umawiyah mengancam, Idirisiyah tunduk kepada Umawiyah.

Akhir Dinasti Idrisiyah sama dengan akhir Dinasti Aghlabiyah, yaitu di tangan Fathimiyah, pada tahun 364 Hijriah/975 Masehi. Idrisiyah menorehkan peradaban yang mengagumkan di Maroko. Berkat Idrisiyah, Islam tersebar luas di Maroko. Mereka pun mendirikan Masjid Raya Al-Qurawiyin yang menjadi simbol kebudayaan Islam di Maroko, sebagaimana Al-Azhar di Mesir.

Sumber: Atlas Sejarah Islam

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel