Ekspedisi Pasukan Salib
Senin, September 23, 2019
Di bawah tekanan bahaya yang merugikan dunia Islam, seperti keterpecahan negara Islam serta kaum muslimin yang saling berebut kekuasaan serta saling membunuh, dunia Islam juga diserang dari Barat serta Timur. Dari Barat, kaum Salib Eropa melancarkan serangannya berkali-kali. Penyebab kaum Salib menyerang ialah tindakan yang dilakukan Dinasti Buwaih. Dari Timur, pasukan Mongolia, yaitu bangsa Tartar, berhasil menguasai negeri-negeri Islam di antara dua sungai serta terus bergerak menuju Iran, Irak, serta Asia Kecil. Mereka terakhir masuk ke Suriah, lalu mengancam Mesir. Dinasti Ayyubiyah serta setelahnya, Dinasti Mameluk, berhasil menangkis serangan pasukan Salib dalam Perang Hithin serta Ain Jalut.
Perang Salib
Perang Salib berlangsung selama dua ratus tahun serta terbagi dalam tujuh ekspedisi.
Ekspedisi Salib Pertama
Ekspedisi awal dilancarkan banyak pihak yang tidak tertata serta tidak bersatu. Mayoritas pasukan ini berasal dari Prancis sebab seruan berasal dari seorang Paus yang berkebangsaan Prancis. Itu sebabnya kaum muslimin menyebut pasukan Salib dengan pasukan Prancis, yakni pasukan yang berkebangsaan Prancis. Pasukan itu dipimpin beberapa orang panglima dari Prancis. Mereka membawa pasukan itu melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Di daerah Anadhul, mereka bertemu dengan Dinasti Saljuk Romawi. Mereka berhasil memusnahkan mayoritas Saljuk, kemudian meneruskan tahap ke perbatasan Anadhul Timur serta Suriah. Setelah itu, pasukan Salib dipecah menjadi tiga bagian. Yang awal menuju Timur serta menduduki kota Raha pada tahun 492 Hijriah serta mendirikan Dinasti Salib di bawah pimpinan Baldwin I. Bagian kedua menuju Selatan serta memasuki wilayah S uriah menuju pantai Laut Tengah serta menduduki Antakia pada tahun 492 serta mendirikan Dinasti Salib di bawah pimpinan Bohemond II. Mereka kemudian bergerak menuju Baitul Maqdis, mendudukinya tahun 493 Hijriah/1099 Masehi, serta mengepungnya secara rapat. Kekuatan Dinasti Fathimiyah tidak mampu menandingi pasukan Salib. Mereka menyerah. Kota suci itu dimasuki Nasrani pada tanggal 15 Juli 1099 Masehi. Mereka mengadakan pembantaian terhadap penduduk kota suci itu yang terdiri atas muslimin, Yahudi, serta Kristen ortodoks. Para ahli sejarah mengakui Apabila perbuatan pasukan Salib ini sangat mengerikan. Ahli sejarah wanita Jerman mengatakan dalam bukunya mengenai perang Salib, “Pembantaian yang dilakukan pasukan Salib dikala menguasai kota Al-Quds termasuk kejahatan terbesar dalam sejarah.” Di kota suci itu, pasukan Salib mendirikan kerajaan Salib di bawah pimpinan Gubernur Laoren Godfrey. Pada tahun 1100 Masehi, dia mengepung kota Akka, lalu terkena sebuah anak panah serta terbunuh. Ia digantikan saudaranya, Baldwin.
Ekspedisi Salib Kedua
Pada tahun 539 Hijriah/1144 Masehi, Imaduddin Zanki, penguasa Mosul, menyerang kota Raha buat merebutnya dari pasukan Salib. Karena itu, kaum Nasrani membuat ekspedisi kedua di bawah pimpinan Raja Jerman Konrat III serta Raja Prancis Luis IX. Namun, mereka kembali dengan tangan hampa serta gagal merebut Damaskus setelah mengepungnya.
Ekspedisi Salib Ketiga
Pada tahun 583 Hijriah/1188 Masehi, An-Nashir Shalahuddin al-Ayubi menyerang Baitul Maqdis buat merebutnya dari tangan pasukan Salib setelah Perang Hitin. Lalu, terjadilah ekspedisi pasukan Salib ketiga di bawah pimpinan Frederick Barbaros I, Raja Jerman, Philip Agust, Raja Prancis, serta Richard “Lion Heart”, Raja Inggris. Frederick melalui jalan darat serta melewati Konstantinopel sampai Anadhul. Namun, raja itu tenggelam dikala menyeberangi Sungai Kilikia sehingga pasukannya kocar-kacir. Sementara itu, Philip Agust kembali ke Prancis setelah jatuh sakit. Raja Richard akhirnya mengadakan perjanjian damai dengan Shalahuddin al-Ayubi.
Ekspedisi Salib Keempat
Pada tahun 598 Hijriah/1202 Masehi, serangan Salib dilakukan di bawah pimpinan beberapa gubernur Prancis, di antaranya Baldwin IX (Gubernur Flanders), Tabu III (Gubernur Sambani), Luis (Gubernur Balo), serta masih banyak lagi. Tujuan penyerangan mereka ialah Mesir. Gubenurgubernur itu mengadakan perjanjian dengan para pemilik senapan Apabila mereka bakal dipindahkan ke Iskandariyahh. Ketika Shalahuddin al-Ayyubi mengetahui kesepakatan itu, dia pun memberikan fasilitas yang lebih kepada para pemilik senapan sehingga para pemimpin Salib berpindah ke Konstantinopel. Mereka menguasai kota itu serta mendirikan Dinasti Latiniyah serta menunjuk Baldwin IX selaku raja. Sang raja lalu mengumumkan aliran Katolik. Dinasti tersebut berdiri sampai tahun 658 Hijriah/1260 Masehi serta tidak mencapai tujuan pasukan Salib.
Ekspedisi Salib Kelima
Ekspedisi ini terjadi pada tahun 615 Hijriah/1219 Masehi di bawah pimpinan Jan De Barman, Raja Baitul Maqdis. Mereka bergerak menuju Mesir, lalu menguasai kota Dimyat, namun kemudian direbut kembali oleh penduduk Mesir serta mengusir mereka dari Mesir.
Ekspedisi Salib Keenam
Ekspedisi ini dipersiapkan Raja Frederick II dari Jerman. Ia membawa pasukannya pada tahun 625 Hijriah/1228 Masehi ke Suriah melalui jalur laut. Raja Mesir, Al-Kamil, meminta bantuan kepada Raja Frederick buat merebut Damaskus dari tangan saudaranya, Raja Isa. Syaratnya, Raja Al-Kamil menyerahkan Baitul Maqdis kepada Frederick. Frederick bersama pasukannya sampai di Akka dikala Raja Isa Sudah meninggal dunia serta digantikan anaknya, Raja Al-Manshur Dawud. Dawud kemudian berdamai dengan pamannya, Raja Al-Kamil, serta menyerahkan Damaskus kepada sang paman. Al-Kamil mengganti Damaskus dengan Sharkhad, Syaubik, serta Karak. Dengan serah terima tersebut, Frederick pun berhak menerima upah, yaitu menguasai Al-Quds. Ia memasuki kota suci itu serta mengungkapkan diri selaku penguasanya, lalu kembali ke negeri asal. Dengan demikian, ekspedisi Salib yang dipimpinnya berakhir tanpa terjadi peperangan.
Ekspedisi Salib Ketujuh
Ekspedisi ini disponsori Raja Prancis yang bernama Louis IX yang bergelar Lauraah bersama orang suci. Louis IX membawa pasukannya bergerak ke Mesir. Ia berpendapat Apabila merebut Baitul Maqdis melalui Mesir lebih gampang daripada merebutnya dari Suriah. Louis IX mengerahkan pasukan lautnya ke Mesir pada tahun 646 Hijriah/1249 Masehi serta berhasil menduduki kota Dimyat. Ia lalu menuju Al-Manshurah buat mengepungnya. Namun, dalam peperangan yang terjadi antara Louis IX dengan penduduk Mesir pada akhir periode Raja Saleh Najmuddin Ayyub serta istrinya Syajarah Durr, raja Prancis itu malah tertawan serta penduduk Mesir memenangi pertempuran. Bahkan, beberapa panglima ekspedisi juga ikut tertawan. Kemudian, Louis IX dilepaskan setelah memberikan tebusan yang besar.
Setelah ekspedisi ketujuh ini, ekspedisi Salib terhadap negeri Suriah terhenti. Meski demikian, pasukan Salib masih menduduki sebagian wilayah serta benteng Suriah, sampai datangnya angkatan laut Dinasti Mameluk. Malik adh-Dhahir Bebrass alBandaqari serta sesudahnya, Raja Qalawun, bersama pasukannya berhasil mengusir pasukan Salib dari Suriah. Suriah merdeka dari pasukan Salib setelah dikuasai lebih dari dua ratus tahun.