Martha Christina Tiahahu: Srikandi Maluku
Sabtu, September 07, 2019
Kalau dalam cerita pewayangan Mahabharata terdapat Srikandi, di cerita sejarah perjuangan bangsa Indonesia ada Martha Cristina Tiahahu. Mereka sama-sama prajurit perempuan, sama-sama muda, serta sama-sama berani.
Seorang gadis bernama Martha Christina Tiahahu terlahir lahir di Nusa Laut, Maluku, pada 4 Januari 1800. Di usia 17 tahun, ia mengikuti ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan kolonial Belanda. Tidak Cuma turut mengangkat senjata, Martha pun memberi-menjadi motivator spirit perjuangan kepada kaum wanita di bumi Maluku supaya ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran
Christina bergabung dengan rakyat Saparua tatkala Thomas Matulessy mengkomando pasukannya merebut benteng Duurstede pada 16 Mei 1817. Semua tentara Belanda yang ada dalam benteng itu, termasuk Residen van den’ Berg tewas. Selama tiga bulan benteng tersebut dikuasai pejuang. Perlawanan rakyat Maluku mulai surut ketika Kapitan Patimura bersama pemimpin lain, termasuk ayah Christina tertangkap serta dijatuhi hukuman mati di benteng Niuew Victoria pada 16 Desember 1817. Namun, semangat Christina tetap membara, ia bersama pejuang lain tetap gigih mengadakan perlawanan secara gerilya.
Christina pun akhirnya tertangkap, bersama pejuang Maluku lain, mereka rencananya bakal diangkut ke Jawa buat dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi. Namun, pemudi Christina membandel, di dalam kapal ketika perjalanan ia mengadakan aksi mogok makan serta mogok pengobatan hingga jatuh sakit. Martha Christina meninggal di atas Kapal Perang Eversten milik Belanda pada 2 Januari 1818, jasadnya lalu dibuang di laut Banda.
Guna mengenang keberaniannya, Pemerintah Republik Indonesiai mengukuhkannya selaku Pahlawan Nasional pada 20 Mei 1969. Kemudian pada 2 Januari 2008, ia dibangunkan sebuah monument di desa kelahirannya, Nusa Laut. Monumen tersebut diresmikan oleh Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional Oleh Kuncoro Hadi & Sustianingsih
Seorang gadis bernama Martha Christina Tiahahu terlahir lahir di Nusa Laut, Maluku, pada 4 Januari 1800. Di usia 17 tahun, ia mengikuti ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan kolonial Belanda. Tidak Cuma turut mengangkat senjata, Martha pun memberi-menjadi motivator spirit perjuangan kepada kaum wanita di bumi Maluku supaya ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran
Christina bergabung dengan rakyat Saparua tatkala Thomas Matulessy mengkomando pasukannya merebut benteng Duurstede pada 16 Mei 1817. Semua tentara Belanda yang ada dalam benteng itu, termasuk Residen van den’ Berg tewas. Selama tiga bulan benteng tersebut dikuasai pejuang. Perlawanan rakyat Maluku mulai surut ketika Kapitan Patimura bersama pemimpin lain, termasuk ayah Christina tertangkap serta dijatuhi hukuman mati di benteng Niuew Victoria pada 16 Desember 1817. Namun, semangat Christina tetap membara, ia bersama pejuang lain tetap gigih mengadakan perlawanan secara gerilya.
Baca Juga
Christina pun akhirnya tertangkap, bersama pejuang Maluku lain, mereka rencananya bakal diangkut ke Jawa buat dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi. Namun, pemudi Christina membandel, di dalam kapal ketika perjalanan ia mengadakan aksi mogok makan serta mogok pengobatan hingga jatuh sakit. Martha Christina meninggal di atas Kapal Perang Eversten milik Belanda pada 2 Januari 1818, jasadnya lalu dibuang di laut Banda.
Guna mengenang keberaniannya, Pemerintah Republik Indonesiai mengukuhkannya selaku Pahlawan Nasional pada 20 Mei 1969. Kemudian pada 2 Januari 2008, ia dibangunkan sebuah monument di desa kelahirannya, Nusa Laut. Monumen tersebut diresmikan oleh Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional Oleh Kuncoro Hadi & Sustianingsih