Asal-Usul Bangsa Seljuk
Sabtu, September 07, 2019
Mereka ialah bangsa Turki yang dinisbatkan kepada kakek mereka yang bernama Saljuk serta cabang dari suku besar Turki yang bernama Ghuzz. Mereka tinggal di tepi Sungai Amudaria. Mereka bekerja buat bangsa Tarkuman, negeri Seberang Amudaria serta kakek mereka yang bernama Saljuk menjadi panglima perang. Saljuk seorang lelaki yang pandai bertutur kata serta dermawan. Karena itu, dia disukai masyarakat. Mereka pun taat serta patuh kepadanya.
Istri Raja Turki khawatir Jika Saljuk memberontak serta berencana membunuhnya secara licik. Saljuk tahu rencana jahat itu. ia lalu mengumpulkan pasukannya serta membawa mereka ke kota Janad. Mereka tinggal di sana bertetangga dengan kaum muslimin di negeri Turkistan. Karena melihat kaum muslimin berakhlak mulia, Saljuk mengumumkan Jika dirinya masuk Islam. Kabilah Ghuzz pun akhirnya memeluk agama Islam
Sejak ketika itulah Saljuk memulai perang melawan orang-orang Turki yang kair. Saljuk mengusir para bawahan Raja Turki. Pungutan pajak atas kaum muslimin dihapus serta mengusir para pembantu raja
Saljuk mempunyai empat orang anak lelaki. Mereka ialah Arslan, Mikail, Musa, serta Yunus. Saljuk mempersiapkan anak-cucunya agar menjadi penakluk. Akhirnya, salah seorang cucunya yang bernama Tughrul berhasil menguasai serta menaklukkan negeri Marwa Khurasan pada tahun 429 Hijriah di Timur Laut Persia. Ia juga menaklukkan Naisabur pada tahun 432 Hijriah, Haran serta Tabaristan pada tahun 433 Hijriah, Khawarazm pada tahun 434 Hijriah, serta Isfahan pada tahun 438 Hijriah/1047 Masehi.
Tughrul terus bergerak ke Persia serta Irak. Pada tahun 447 Hijriah/1055 Masehi, dia berdiri di pintu masuk kota Baghdad, sebagaimana yang dilakukan Ahmad bin Buwaih sebelumnya. Kota Baghdad pun takluk tanpa perlawanan. Khalifah Abbasiyah menyambut Tughrul, pemimpin pasukan Saljuk, sebagaimana dia menyambut Ahmad Abu Syuja’ sebelumnya. Khalifah mengakui Tughrul selaku penguasa serta menganugerahinya gelar “Raja Barat serta Timur”
Setelah kemenangan Tughrul, bangsa Turki berbondong-bondong ke Irak. Bani Saljuk pun bahu-membahu dengan khalifah buat untuk mengagungkan Islam. Mereka berperang meluaskan wilayah Islam, menghormati para khalifah, serta tidak berbuat buruk kepada mereka, sebagaimana yang dilakukan Bani Buwaih serta lainnya pada abad yang lalu
Alb Arslan, keponakan Tughrul, menjadi panglima tertinggi pasukan perang Saljuk pada tahun 456 Hijriah/1063 Masehi. Pasukannya dipecah menjadi tiga batalion. Batalion kesatu bergerak menuju Suriah, sementara batalion kedua ke negeri Arab. Kedua daerah tersebut tunduk pada Dinasti Fathimiyah. Batalion ketiga yang dipimpinnya sendiri berjalan ke Armenia Kecil serta Asia Kecil, yaitu wilayah Romawi, sebagaimana istilah ahli sejarah Islam. Pasukan Saljuk menguasai Halab pada tahun 463 Hijriah/1070 Masehi serta menguasai MekahMadinah beberapa ketika kemudian. Sementara itu, Alb Arislan mengalahkan Kaisar Romawi, Romanus Diogenes, pada tahun 464 Hijriah/1071 Masehi dalam Perang Malazkurt di Timur Laut Danau Fan. Asia Kecil pun menjadi kekuasaannya. tidak cuma itu, pasukannya tersebar sampai dekat Bosporus serta Dardanil. Dari kemenangan-kemenangan tersebut terciptalah Dinasti Saljuk Romawi di kemudian hari.
Alb Arslan wafat pada tahun 465 Hijriah/1072 Masehi meninggalkan Dinasti Saljuk yang kuat serta luas. Meskipun kekuasaan riil di Baghdad berada di tangan bangsa Saljuk, mereka belum meninggalkan Isfahan serta berpindah ke Baghdad buat dijadikan ibu kota. Namun, pada tahun 484 Hijriah/1091 Masehi, pada masa pemerintahan Maliksyah as-Saljuki, ketika Dinasti Saljuk mengalami masa keemasan, Baghdad pun berubah menjadi ibu kota mereka. Maliksyah membangun masjid, mendirikan penginapan buat persinggahan musair, membuat jalan bagi jamaah haji ke Mekah serta menjaga jalan itu dengan pasukan keamanan, menghias serta membersihkan Baghdad, serta membuat waduk buat mengatur air
Dalam menjalan roda pemerintahan, Maliksyah dibantu Perdana Menteri Nidhamuddin yang menyusun sebuah kitab bernama Siyasah Namah. Nidhamuddin mendorong para ulama buat membuat majelis-majelis ilmu di Baghdad. Madrasah An-Nidhamiyah yang selesai pembangunannya pada tahun 460 Hijriah/1067 Masehi dinisbatkan kepadanya. Madrasah tersebut berhasil menelurkan banyak ulama besar, seperti as-Sa’adi yang menyusun kitab Bustan As Sa’adi, Imaduddin al-Isfahani serta Bahauddin bin Syadad yang menyusun kitab Sejarah Shalahuddin serta ulama lainnya. Termasuk guru besar madrasah Nidhamuddin ialah Abu Hamid al-Ghazali serta Abu Ishaq asy-Syirazi.
Karena keagungan Dinasti Saljuk bertumpu pada jiwa para khalifahnya serta hasil kerja mereka, dinasti tersebut mulai terpecah belah pada tahun 485 Hijriah/1092 Masehi sepeninggal Maliksyah.
etelah Maliksyah wafat, tidak ada lagi anakcucu Saljuk yang mempunyai jiwa besar sebagaimana Maliksyah. Mereka membagi-bagikan wilayah yang luas itu serta masing-masing berkuasa di daerah tersebut. Hasilnya, mereka menjadi lemah. Hal itu masih ditambah perang saudara. Akhirnya, pada tahun 590 Hijriah/1194 Masehi, Dinasti Saljuk runtuh serta digantikan Dinasti Atabik di Irak serta Persia serta Dinasti Utsmaniyin Turki di Asia Kecil pada tahun 700 Hijriah/1300 Masehi.
Sumber: Atlas Sejarah Islam
Istri Raja Turki khawatir Jika Saljuk memberontak serta berencana membunuhnya secara licik. Saljuk tahu rencana jahat itu. ia lalu mengumpulkan pasukannya serta membawa mereka ke kota Janad. Mereka tinggal di sana bertetangga dengan kaum muslimin di negeri Turkistan. Karena melihat kaum muslimin berakhlak mulia, Saljuk mengumumkan Jika dirinya masuk Islam. Kabilah Ghuzz pun akhirnya memeluk agama Islam
Sejak ketika itulah Saljuk memulai perang melawan orang-orang Turki yang kair. Saljuk mengusir para bawahan Raja Turki. Pungutan pajak atas kaum muslimin dihapus serta mengusir para pembantu raja
Saljuk mempunyai empat orang anak lelaki. Mereka ialah Arslan, Mikail, Musa, serta Yunus. Saljuk mempersiapkan anak-cucunya agar menjadi penakluk. Akhirnya, salah seorang cucunya yang bernama Tughrul berhasil menguasai serta menaklukkan negeri Marwa Khurasan pada tahun 429 Hijriah di Timur Laut Persia. Ia juga menaklukkan Naisabur pada tahun 432 Hijriah, Haran serta Tabaristan pada tahun 433 Hijriah, Khawarazm pada tahun 434 Hijriah, serta Isfahan pada tahun 438 Hijriah/1047 Masehi.
Tughrul terus bergerak ke Persia serta Irak. Pada tahun 447 Hijriah/1055 Masehi, dia berdiri di pintu masuk kota Baghdad, sebagaimana yang dilakukan Ahmad bin Buwaih sebelumnya. Kota Baghdad pun takluk tanpa perlawanan. Khalifah Abbasiyah menyambut Tughrul, pemimpin pasukan Saljuk, sebagaimana dia menyambut Ahmad Abu Syuja’ sebelumnya. Khalifah mengakui Tughrul selaku penguasa serta menganugerahinya gelar “Raja Barat serta Timur”
Setelah kemenangan Tughrul, bangsa Turki berbondong-bondong ke Irak. Bani Saljuk pun bahu-membahu dengan khalifah buat untuk mengagungkan Islam. Mereka berperang meluaskan wilayah Islam, menghormati para khalifah, serta tidak berbuat buruk kepada mereka, sebagaimana yang dilakukan Bani Buwaih serta lainnya pada abad yang lalu
Alb Arslan, keponakan Tughrul, menjadi panglima tertinggi pasukan perang Saljuk pada tahun 456 Hijriah/1063 Masehi. Pasukannya dipecah menjadi tiga batalion. Batalion kesatu bergerak menuju Suriah, sementara batalion kedua ke negeri Arab. Kedua daerah tersebut tunduk pada Dinasti Fathimiyah. Batalion ketiga yang dipimpinnya sendiri berjalan ke Armenia Kecil serta Asia Kecil, yaitu wilayah Romawi, sebagaimana istilah ahli sejarah Islam. Pasukan Saljuk menguasai Halab pada tahun 463 Hijriah/1070 Masehi serta menguasai MekahMadinah beberapa ketika kemudian. Sementara itu, Alb Arislan mengalahkan Kaisar Romawi, Romanus Diogenes, pada tahun 464 Hijriah/1071 Masehi dalam Perang Malazkurt di Timur Laut Danau Fan. Asia Kecil pun menjadi kekuasaannya. tidak cuma itu, pasukannya tersebar sampai dekat Bosporus serta Dardanil. Dari kemenangan-kemenangan tersebut terciptalah Dinasti Saljuk Romawi di kemudian hari.
Alb Arslan wafat pada tahun 465 Hijriah/1072 Masehi meninggalkan Dinasti Saljuk yang kuat serta luas. Meskipun kekuasaan riil di Baghdad berada di tangan bangsa Saljuk, mereka belum meninggalkan Isfahan serta berpindah ke Baghdad buat dijadikan ibu kota. Namun, pada tahun 484 Hijriah/1091 Masehi, pada masa pemerintahan Maliksyah as-Saljuki, ketika Dinasti Saljuk mengalami masa keemasan, Baghdad pun berubah menjadi ibu kota mereka. Maliksyah membangun masjid, mendirikan penginapan buat persinggahan musair, membuat jalan bagi jamaah haji ke Mekah serta menjaga jalan itu dengan pasukan keamanan, menghias serta membersihkan Baghdad, serta membuat waduk buat mengatur air
Dalam menjalan roda pemerintahan, Maliksyah dibantu Perdana Menteri Nidhamuddin yang menyusun sebuah kitab bernama Siyasah Namah. Nidhamuddin mendorong para ulama buat membuat majelis-majelis ilmu di Baghdad. Madrasah An-Nidhamiyah yang selesai pembangunannya pada tahun 460 Hijriah/1067 Masehi dinisbatkan kepadanya. Madrasah tersebut berhasil menelurkan banyak ulama besar, seperti as-Sa’adi yang menyusun kitab Bustan As Sa’adi, Imaduddin al-Isfahani serta Bahauddin bin Syadad yang menyusun kitab Sejarah Shalahuddin serta ulama lainnya. Termasuk guru besar madrasah Nidhamuddin ialah Abu Hamid al-Ghazali serta Abu Ishaq asy-Syirazi.
Karena keagungan Dinasti Saljuk bertumpu pada jiwa para khalifahnya serta hasil kerja mereka, dinasti tersebut mulai terpecah belah pada tahun 485 Hijriah/1092 Masehi sepeninggal Maliksyah.
etelah Maliksyah wafat, tidak ada lagi anakcucu Saljuk yang mempunyai jiwa besar sebagaimana Maliksyah. Mereka membagi-bagikan wilayah yang luas itu serta masing-masing berkuasa di daerah tersebut. Hasilnya, mereka menjadi lemah. Hal itu masih ditambah perang saudara. Akhirnya, pada tahun 590 Hijriah/1194 Masehi, Dinasti Saljuk runtuh serta digantikan Dinasti Atabik di Irak serta Persia serta Dinasti Utsmaniyin Turki di Asia Kecil pada tahun 700 Hijriah/1300 Masehi.
Sumber: Atlas Sejarah Islam