Manusia Setengah Dewa, Hirohito Dari Kyoto
Kamis, April 13, 2017
Demi kebesaran Kaisar Hirohito, pasukan Jepang menaklukan banyak wilayah di Asia-Pasifik. Pada tahun 1943 ia menerima Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, serta Ki Bagoes Hadukoesoemo dalam lawatan mereka ke Jepang serta memberikan Bintang Kaisar (Ratna Suci) kepada ketiga tokoh pergerakan nasional Indonesia tersebut.
Pemberian Bintang Kaisar tersebut banyak mengejutkan banyak kalangan, terutama Pemerintah Militer Jepang di Indonesia. Pemberian Bintang Kaisar menandakan jika ketiganya dianggap selaku keluarga Kaisar Hirohito sendiri. Hal inilah yang dianggap membuat ketiga tokoh tersebut selalu mendapatkan perlakuan yang baik dari militer Jepang, sekaligus dituduh selaku penjahat perang oleh sekutu karna dianggap merupakan bagian dari Jepang.
Hirohito menggunakan pengaruh pribadinya buat mengakhiri perang melalui pidato radionya pada 15 Agustus 1945. Pasca menyerahnya Jepang, ada desakan buat mengadilinya selaku penjahat Perang Dunia II. Namun pemimpin pasukan Sekutu Asia-Pasifik, Jenderal MacArthur cuma melucuti gelar "kedewaan" dari sang Kaisar. Hirohito kemudian dimanfaatkan selaku pemersatu serta alat demokratisasi bangsa Jepang.
Kaisar Hirohito, meskipun Sudah dilucuti gelar "dewa"-nya oleh sekutu, namun tidak bagi bangsa Jepang. Bangsa Jepang terus menghargai serta menganggap Hirohito selaku kaisarnya serta dewa pemersatu Jepang. Kentalnya ajaran Shinto yang dikenalkan kembali pada masa pemerintahan Kaisar Meiji (1852-1912) jika Kaisar yakni titisan Dewa Amaterasu serta harga diri bangsa Jepang sendiri tetap terjaga.
Hal inilah yang dianggap jika meskipun gelar dewa Hirohito Sudah dilucuti oleh Sekutu serta dianggap sebatas pemersatu serta simbol demokrasi. Disisi lain bangsa Jepang tetap menganggapnya selaku Dewa, sehingga ia bisa dikatakan " Manusia setengah dewa. "
Kaisar Hirohito meninggal pada tanggal 7 Januari 1989 akibat penyakit kanker usus dua belas jari (duodenum) yang dideritanya. Pemakaman kenegaraannya dihadiri oleh para pemimpin dunia di antaranya, Presiden Amerika Serikat George Bush, Presiden Perancis Francois Mitterand, HRH Duke of Edinburgh dari Inggris, serta Raja HM Baudouin dari Belgia.
Pada tanggal 24 Februari 1989, jenazahnya dimakamkan di Mausoleum Kekaisaran Musashino, di samping makam Kaisar Taisho. Kedudukannya digantikan oleh Putra Mahkota Akihito.