Apa Itu Politik Etis?
Rabu, Oktober 09, 2019
Pada zaman penjajahan Belanda, rakyat Indonesia sangat menderita karna kerja paksa tanpa bayaran yang memadai. Apalagi sistem tanah paksa yaitu sistem kekerasan yang sangat buruk. Para penjajah meraup kejayaan serta kekayaan alam tanah air Indonesia, sedangkan ironisnya rakyat Indonesia malah kian miskin.
Kondisi yang sangat buruk ini mnyebabkan pada bulan Januaria 1901, Ratu Wilhelmina mengungkap di hadapan Parlemen Belanda Kalau bangsa Belanda sudah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Kesadaran ini disebut selaku haluan etis yang kemudian diketahui selaku politik etis atau politik etika. Pernyataan Ratu juga mempengaruhi para simpatisan buat mendukung serta membela rakyat Indonesia. Mereka yaitu orang-orang Belanda yang tidak tahan melihat eksploitasi.
Ide politik etis juga dikembangkan oleh tokoh liberal di parlemen Belanda Conrad Theodor Van Deventer sekitar tahun 1899 serta setahun kemudian politik etis mulai dijalankan oleh Pemerintah Belanda. Van Deventer berpendapat sama Kalau Belanda berhutang budi terhadap rakyat Indonesia atas kekayaan mereka dapatkan dari tanah air Indonesia selama ini. Hutang budi tersebut populer dengan istilah Trilogi Van Deventer, yaitu:
Edukasi(Pendidikan)
Irigasi(Pengairan) serta Infrastruktur
Migrasi(Perpindah Penduduk)
Pemindahan penduduk keluar Jawa awalnya yaitu memberikan lapangan pekerjaan baru di pulau-pulau lain di Indonesia namun ternyata cuma buat memenuhi kebutuhan pekerja murah bagi perusahaan asing. Sebagian besar dijadikan kuli kontrak di perkebunan di pulau Sumatera.
Walaupun akhirnya politik etis tidak berjalan seperti perencanaan, namun perbaikan pengajaran di Indonesia berbuah hasil baik. Mereka yang terdidik dengan sistem pendidikan Eropa kemudian menyadari Kalau terjadi banyak sekali ketidakadilan selama ini akibat dari politik penjajahan. Para generasi muda inilah yang kemudian mempelopori lahirnya pergerakan pemuda di Indonesia pada pertama 1900-an.
Kondisi yang sangat buruk ini mnyebabkan pada bulan Januaria 1901, Ratu Wilhelmina mengungkap di hadapan Parlemen Belanda Kalau bangsa Belanda sudah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Kesadaran ini disebut selaku haluan etis yang kemudian diketahui selaku politik etis atau politik etika. Pernyataan Ratu juga mempengaruhi para simpatisan buat mendukung serta membela rakyat Indonesia. Mereka yaitu orang-orang Belanda yang tidak tahan melihat eksploitasi.
Ide politik etis juga dikembangkan oleh tokoh liberal di parlemen Belanda Conrad Theodor Van Deventer sekitar tahun 1899 serta setahun kemudian politik etis mulai dijalankan oleh Pemerintah Belanda. Van Deventer berpendapat sama Kalau Belanda berhutang budi terhadap rakyat Indonesia atas kekayaan mereka dapatkan dari tanah air Indonesia selama ini. Hutang budi tersebut populer dengan istilah Trilogi Van Deventer, yaitu:
Edukasi(Pendidikan)
source: historia.id
Ide utamanya yaitu pendirian sekolah buat pencerdasan orang Indonesua tapi ternyata cuma dimanfaatkan oleh Pemerintah Belanda buat kebutuhan pegawai administrasi yang murah saja. Mayoritas pengajaran di sekolah cuma buat anak pegawai negeri serta golongan mampu saja. Diskriminasi yang terjadi yaitu sekolah kelas I buat anak pegawai negeri atau bangsawan sedangkan kelas II buat anak-anak pribumiIrigasi(Pengairan) serta Infrastruktur
source: banjoemas.com
Awalnya buat sawah serta ladang kaum petani. Mereka diberikan sarana serta prasarana buat pertanian serta perkebunan namun ternayta berujung kepada kepentingan perkebunan milik pengusaha asing, terutama tebu serta tembakauMigrasi(Perpindah Penduduk)
Pemindahan penduduk keluar Jawa awalnya yaitu memberikan lapangan pekerjaan baru di pulau-pulau lain di Indonesia namun ternyata cuma buat memenuhi kebutuhan pekerja murah bagi perusahaan asing. Sebagian besar dijadikan kuli kontrak di perkebunan di pulau Sumatera.
Walaupun akhirnya politik etis tidak berjalan seperti perencanaan, namun perbaikan pengajaran di Indonesia berbuah hasil baik. Mereka yang terdidik dengan sistem pendidikan Eropa kemudian menyadari Kalau terjadi banyak sekali ketidakadilan selama ini akibat dari politik penjajahan. Para generasi muda inilah yang kemudian mempelopori lahirnya pergerakan pemuda di Indonesia pada pertama 1900-an.