Internasionale Indonesia
Kamis, April 20, 2017
Saat perayaan hari buruh di Indonesia kita sering mendengar di setiap parade atau unjuk rasa yang dilakukan oleh buruh selalu menyanyikan sebuah lagu. Lagu apakah? "Internasionale" lagu yang biasa dinyanyikan oleh buruh di Indonesia serta Dunia.
Internasionale diciptakan oleh Eugène Pottier pada tahun 1871 serta digubah oleh Pierre Degeyter pada tahun 1888. Internasionale banyak diterjamahkan ke dalam banyak bahasa di dunia serta seringkali dinyanyikan sambil mengangkat tangan kiri yang dikepalkan.
Lagu ini banyak dipakai oleh kaum sosialis, komunis, anarkis, serta demokrat sosial di seluruh belahan dunia. Dalam kurun waktu 1922-1944, Uni Soviet menggunakan lagu ini selaku lagu kebangsaannya
Di Indonesia, Internasionale awal kali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Belanda oleh Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Partai Komunis Indonesia kemudian mempopulerkan serta menjadikannya lagu resmi partai dari tahun 1951-1965.
Bangunlah kaum jang terhina,
bangunlah kaum jang lapar!
Kehendak jang mulja dalam dunia,
senantiasa tambah besar.
Lenjapkan adat serta mengerti tua,
kita rakjat sadar-sadar.
Dunia sudah berganti rupa,
buat kemenangan kita.
- REFRAIN (2×):
- Perdjoangan penghabisan,
- kumpullah melawan.
- Dan Internasionale,
- pastilah didunia!
Meskipun cukup terkenal dalam kalangan buruh serta komunis di Indonesia. Komunis Internasional, menganggap sejumlah terjemahan lirik Internasionale oleh sejumlah negara, termasuk Indonesia, sudah menghilangkan roh proletariat, sehingga CC PKI dikala itu mendapat kritik keras.
Pada peringatan Hari Buruh Internasional serta Hari Pendidikan Nasional, yang cuma selisih sehari, 1 Mei serta 2 Mei, mungkin bukan kebetulan. Sebab, Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, menganggap terdapat keterkaitan erat antara pendidikan dengan perjuangan kaum buruh sedunia.
Internationale terjemahan Ki Hajar yang dipakai oleh kaum buruh dalam setiap peringatan May Day tetap menjadi yang terkenal di Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948, Amir Sjarifuddin beserta sepuluh tokoh Peristiwa Madiun 1948 lainnya menyanyikan Indonesia Raya serta Internasionale sesaat sebelum mereka dieksekusi mati.