Awal Disintegrasi Yugoslavia: Kerusuhan Stadion Maksimir
Kamis, Agustus 29, 2019
Pada dekade 1990-an negara sosialis Yugoslavia mulai dilanda krisis akibat konflik antar etnis serta satu persatu wilayahnya mau melepaskan diri dari Yugoslavia. Salah satunya yakni etnis Kroasia yang Sudah lama membenci etnis Serbia. Kebencian etnis Kroasia serta Serbia berubah menjadi konflik terbuka yang bermula di lapangan sepakbola.
Pada 13 Mei 1990 liga sepakbola Yugoslavia mempertemukan dua klub yang menjadi rival abadi yaitu Dinamo Zagreb serta Red Star Belgrade. Pertandingan tersebut diadakan di Stadion Maksimir yang menjadi kandang klub Dinamo. Seminggu sebelum pertandingan tersebut partai nasionalis Kroasia yang dipimpin oleh Franjo Tuđman berhasil memenangkan pemilu legislatif di negara bagian Kroasia. Kemenangan Tuđman memberikan semangat nasionalisme sekaligus harapan bagi etnis Kroasia buat memisahkan diri dari Yugoslavia yang dikala itu pemerintahannya dikuasai oleh etnis Serbia.
Suporter garis keras Dinamo, Bad Blue Boys menjadi yang paling lantang dalam menyuarakan nasionalisme etnis Kroasia. Kedatangan klub Red Star ke Stadion Maksimir dikawal oleh 3000 suporternya yaitu Delije. Kelompok suporter Delije dipimpin oleh seorang yang nantinya menjadi komandan paramiliter Serbia yaitu Željko ‘Arkan’ Ražnatović. Sebelum pertandingan dimulai kedua suporter mulai terlibat beberapa tindakan kekerasan diluar stadion. Ketika laga dimulai kedua suporter terlibat saling ejek serta hina hingga kemudian suporter Bad Blue Boys melempari Delije dengan batu.
Bentrok antar kedua suporter makin membesar hingga berlanjut ke lapangan. Akibat kerusuhan tersebut pertandingan terpaksa dihentikan. Pemain kedua tim dievakuasi dari lapangan meskipun beberapa pemain Dinamo masih berada di lapangan. Kepolisian Yugoslavia dikerahkan buat meredam kerusuhan. Salah satu pemain Dinamo yang masih di lapangan yakni sang kapten tim yaitu Zvonimir Boban.
Boban melaksanakan aksi ikonik yaitu menendang seorang polisi Yugoslavia. Tindakan tersebut dilakukannya karna polisi Yugoslavia lebih bertindak kasar kepada suporter Bad Blue Boys. Akibat aksi tersebut Boban dijatuhi sanksi larangan bermain selama 6 bulan di sisi lain etnis Kroasia menganggap aksi Boban selaku aksi heroik. Boban sendiri mengaku tak menyesal atas tindakannya karna yang Ia lakukan yakni membela cita-cita etnis Kroasia.
Faktanya dikenal Kalau polisi yang Ia tendang bernama Refik Ahmetović yang merupakan etnis Bosnia. Kerusuhan baru mereda dikala polisi mendatangkan water cannon serta kendaraan lapis baja. Ratusan orang menderita luka-luka akibat kerusuhan tersebut. Baik etnis Kroasia maupun Serbia saling menyalahkan atas penyebab kerusuhan tersebut. Orang-orang etnis Kroasia menyalahkan kepolisian Yugoslavia yang bertindak kasar kepada Bad Blue Boys serta cenderung melindungi Delije. Sementara orang-orang Serbia beranggapan Kalau kerusuhan itu merupakan salah satu agenda politik yang dirancang oleh politikus Kroasia.
Kerusuhan di Stadion Maksimir menjadi titik kesatu dari perjuangan etnis Kroasia dalam meraih kemerdekaannya. Setahun kemudian perang kemerdekaan Kroasia dimulai. Akibat perang aktivitas sepak bola di Yugoslavia berhenti serta para suporter baik Bad Blue Boys serta Delije bergabung dengan unit paramiliter negara mereka masing-masing serta menjadi salah satu kekuatan militer baik Kroasia maupun Serbia selama perang yang terjadi selama empat tahun tersebut. Untuk memperingati kerusuhan tersebut suporter Bad Blue Boys membangun monumen didepan Stadion Maksimir.
Sumber: OA Historypedia Line
Wellesley/Wellington
Pada 13 Mei 1990 liga sepakbola Yugoslavia mempertemukan dua klub yang menjadi rival abadi yaitu Dinamo Zagreb serta Red Star Belgrade. Pertandingan tersebut diadakan di Stadion Maksimir yang menjadi kandang klub Dinamo. Seminggu sebelum pertandingan tersebut partai nasionalis Kroasia yang dipimpin oleh Franjo Tuđman berhasil memenangkan pemilu legislatif di negara bagian Kroasia. Kemenangan Tuđman memberikan semangat nasionalisme sekaligus harapan bagi etnis Kroasia buat memisahkan diri dari Yugoslavia yang dikala itu pemerintahannya dikuasai oleh etnis Serbia.
Suporter garis keras Dinamo, Bad Blue Boys menjadi yang paling lantang dalam menyuarakan nasionalisme etnis Kroasia. Kedatangan klub Red Star ke Stadion Maksimir dikawal oleh 3000 suporternya yaitu Delije. Kelompok suporter Delije dipimpin oleh seorang yang nantinya menjadi komandan paramiliter Serbia yaitu Željko ‘Arkan’ Ražnatović. Sebelum pertandingan dimulai kedua suporter mulai terlibat beberapa tindakan kekerasan diluar stadion. Ketika laga dimulai kedua suporter terlibat saling ejek serta hina hingga kemudian suporter Bad Blue Boys melempari Delije dengan batu.
Bentrok antar kedua suporter makin membesar hingga berlanjut ke lapangan. Akibat kerusuhan tersebut pertandingan terpaksa dihentikan. Pemain kedua tim dievakuasi dari lapangan meskipun beberapa pemain Dinamo masih berada di lapangan. Kepolisian Yugoslavia dikerahkan buat meredam kerusuhan. Salah satu pemain Dinamo yang masih di lapangan yakni sang kapten tim yaitu Zvonimir Boban.
Boban melaksanakan aksi ikonik yaitu menendang seorang polisi Yugoslavia. Tindakan tersebut dilakukannya karna polisi Yugoslavia lebih bertindak kasar kepada suporter Bad Blue Boys. Akibat aksi tersebut Boban dijatuhi sanksi larangan bermain selama 6 bulan di sisi lain etnis Kroasia menganggap aksi Boban selaku aksi heroik. Boban sendiri mengaku tak menyesal atas tindakannya karna yang Ia lakukan yakni membela cita-cita etnis Kroasia.
Faktanya dikenal Kalau polisi yang Ia tendang bernama Refik Ahmetović yang merupakan etnis Bosnia. Kerusuhan baru mereda dikala polisi mendatangkan water cannon serta kendaraan lapis baja. Ratusan orang menderita luka-luka akibat kerusuhan tersebut. Baik etnis Kroasia maupun Serbia saling menyalahkan atas penyebab kerusuhan tersebut. Orang-orang etnis Kroasia menyalahkan kepolisian Yugoslavia yang bertindak kasar kepada Bad Blue Boys serta cenderung melindungi Delije. Sementara orang-orang Serbia beranggapan Kalau kerusuhan itu merupakan salah satu agenda politik yang dirancang oleh politikus Kroasia.
Kerusuhan di Stadion Maksimir menjadi titik kesatu dari perjuangan etnis Kroasia dalam meraih kemerdekaannya. Setahun kemudian perang kemerdekaan Kroasia dimulai. Akibat perang aktivitas sepak bola di Yugoslavia berhenti serta para suporter baik Bad Blue Boys serta Delije bergabung dengan unit paramiliter negara mereka masing-masing serta menjadi salah satu kekuatan militer baik Kroasia maupun Serbia selama perang yang terjadi selama empat tahun tersebut. Untuk memperingati kerusuhan tersebut suporter Bad Blue Boys membangun monumen didepan Stadion Maksimir.
Sumber: OA Historypedia Line
Wellesley/Wellington