Letnan Jenderal Siswondo Parman: Perwira Intelijen Yang Gugur Di Lubang Buaya
Jumat, Agustus 09, 2019
dia seorang tentara intelijen yang mumpuni. dia juga seorang pemikir serta penyusun organisasi militer yang handal. dia pernah dijuluki “penasihat Agung”. Kemampuan dalam intelijen membuatnya mampu membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Westerling yang bakal membunuhi tokohtokoh militer Indonesia pada 1950. dia lekas memimpin pasukan menuju hotel des Indes serta menangkap tokoh-tokoh gerakan, meski westerling melarikan diri. Sebagai perwira AD, ia menentang keras pembentukan angkatan kelima pada 1965, lalu masuk daftar hitam komplotan G 30 S sebab tuduhan dewan Jenderal. Akibatnya ia disingkirkan dalam gerakan brutal di lubang buaya.
Siswondo Parman menghabiskan masa kecilnya di Wonosobo. Awalnya selepas dewasa, ia masuk sekolah kedokteran di GHS [Geneeskundige Hogesschool] Batavia. Akan tetapi, sekolah kedokterannya perlu terhenti ketika Jepang masuk pada 1942. Sebagai pemuda, ia kemudian tertarik dengan dunia militer serta akhirnya terpilih mengikuti pendidikan Kenpei Kasya Butai di negeri Jepang, sebuah pendidikan khusus intelijen.
Selepas kembali ke tanah air, ia lekas bekerja di jawatan Kenpetai. Setelah Proklamasi Indonesia, ia masuk ke Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Awal kariernya di militer dimulai dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yaitu Tentara RI yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan. Pada akhir bulan Desember 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.
Sepanjang Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang dengan menyelenggarakan perang gerilya. Pada Desember 1949, ia ditugaskan selaku Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Salah satu keberhasilannya ketika itu yakni membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang bakal menyelenggarakan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling pada 1950, gerakan ini bakal membunuh menteri pertahanan HB IX, kepala Staff TB Simatupang, serta Ali Budiardjo. Parman menggagalkan aksi ini serta menangkap pelakunya. Setahun berikutnya, ia dikirim ke Amerika Serikat buat mengikuti pendidikan di Association Military Company Officer.
Setelah kembali dari Amerika Serikat, ia menjadi Kepala Staff Umum AD. Lalu menjadi tenaga pengajar di pusat pendidikan AD. dia lalu ditugaskan di Kementerian Pertahanan. Pada September 1956, ia diangkat menjadi Kepala Bagian Material Kementerian Pertahanan. Tugasnya dianggap bagus serta ia berpangkat colonel ketika itu. Berikutnya ia diangkat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris pada 1959. Tiga tahun berikutnya, ia diserahi tugas selaku Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) hingga pangkatnya naik menjadi Mayor Jenderal pada Agustus 1964.
Ketika menjabat Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) inilah ia tiba-tiba disebut-sebut menjadi bagian dari Dewan Jenderal yang dituduh bakal menyelenggarakan pengambilan kekuasaan. Tuduhan ini tak pernah terbukti sebab kemudian komplotan G30S mengambil tindakan semena-mena terhadap Jenderal Parman. dia diculik dari rumahnya serta dibawa ke lubang buaya pada dini hari 1 Oktober 1965. dia kemudian ditembak mati oleh kaum penculik serta jenazahnya dibuang dalam sebuah sumur. Jenazahnya lekas dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta serta pemerintah menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal anumerta. Pada hari peringatan angkatan bersenjata tahun 1965, Parman lekas diangkat menjadi pahlawan revolusi.
Siswondo Parman menghabiskan masa kecilnya di Wonosobo. Awalnya selepas dewasa, ia masuk sekolah kedokteran di GHS [Geneeskundige Hogesschool] Batavia. Akan tetapi, sekolah kedokterannya perlu terhenti ketika Jepang masuk pada 1942. Sebagai pemuda, ia kemudian tertarik dengan dunia militer serta akhirnya terpilih mengikuti pendidikan Kenpei Kasya Butai di negeri Jepang, sebuah pendidikan khusus intelijen.
Selepas kembali ke tanah air, ia lekas bekerja di jawatan Kenpetai. Setelah Proklamasi Indonesia, ia masuk ke Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Awal kariernya di militer dimulai dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yaitu Tentara RI yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan. Pada akhir bulan Desember 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.
Baca Juga
Sepanjang Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang dengan menyelenggarakan perang gerilya. Pada Desember 1949, ia ditugaskan selaku Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Salah satu keberhasilannya ketika itu yakni membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang bakal menyelenggarakan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling pada 1950, gerakan ini bakal membunuh menteri pertahanan HB IX, kepala Staff TB Simatupang, serta Ali Budiardjo. Parman menggagalkan aksi ini serta menangkap pelakunya. Setahun berikutnya, ia dikirim ke Amerika Serikat buat mengikuti pendidikan di Association Military Company Officer.
Setelah kembali dari Amerika Serikat, ia menjadi Kepala Staff Umum AD. Lalu menjadi tenaga pengajar di pusat pendidikan AD. dia lalu ditugaskan di Kementerian Pertahanan. Pada September 1956, ia diangkat menjadi Kepala Bagian Material Kementerian Pertahanan. Tugasnya dianggap bagus serta ia berpangkat colonel ketika itu. Berikutnya ia diangkat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris pada 1959. Tiga tahun berikutnya, ia diserahi tugas selaku Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) hingga pangkatnya naik menjadi Mayor Jenderal pada Agustus 1964.
Ketika menjabat Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) inilah ia tiba-tiba disebut-sebut menjadi bagian dari Dewan Jenderal yang dituduh bakal menyelenggarakan pengambilan kekuasaan. Tuduhan ini tak pernah terbukti sebab kemudian komplotan G30S mengambil tindakan semena-mena terhadap Jenderal Parman. dia diculik dari rumahnya serta dibawa ke lubang buaya pada dini hari 1 Oktober 1965. dia kemudian ditembak mati oleh kaum penculik serta jenazahnya dibuang dalam sebuah sumur. Jenazahnya lekas dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta serta pemerintah menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal anumerta. Pada hari peringatan angkatan bersenjata tahun 1965, Parman lekas diangkat menjadi pahlawan revolusi.