Dinasti Rustamiyah
Minggu, September 08, 2019
Dai awal Khawarij Ibadhiyah yaitu Abu )hathab al-Muairi. )a menguasai Tarabulus Barat pada tahun 135 Hijriah/757 Masehi. Kekuasaannya membentang sampai Afrika, meski cuma sebentar. Al-Manshur al-Abbasi kemudian menumpas Abu Khathab. Sebelum wafat, Abu Khathab menunjuk Abdurrahman bin Rustam, yang juga dai Ibadhiyah, buat berkuasa di Qairawan. Abdurrahman berasal dari Persia. Nama Dinasti Rustamiyah diambil dari namanya.
Sejak Khawarij memberontak kepada Khalifah Ali bin Abu Thalib serta berhasil membunuhnya melalui tangan Abdurrahman bin Muljam, mereka memang mempunyai cita-cita buat memberontak kepada pemerintahan Islam. Menurut mereka, orang yang menentang mereka yaitu kair. Bahkan, sebagian sekte Khawarij menghalalkan darah para penentangnya serta harta benda mereka.
Pada permulaan pemerintahan Dinasti Umawiyah yang berpusat di Damaskus serta Suriah, Khawarij melarikan diri ke Maroko.
Di sana mereka berkeinginan mewujudkan cita-citanya. Akan tetapi, Dinasti Abbasiyah juga hendak membinasakan mereka sebagaimana Dinasti Umawiyah sebab pola pikir mereka yang aneh serta akidah mereka yang ekstrem
Abdurrahman bin Rustam mempunyai kekuatan di Maroko Tengah (Aljazair) serta mendirikan kota Tahart pada tahun 138 Hijriah/755 Masehi. Di sana, dia mendakwahkan ajarannya. Pada tahun 144 Hijriah/761 Masehi, dia diangkat menjadi imam (emir). dia pun langsung memproklamasikan dinastinya yang menjadi tempat berlindung Ibadhiyah Irak serta Persia.
Abdurrahman bin Rustam sukses dalam mengokohkan sendi-sendi negaranya pada ketika dia berkuasa (144--168 Hijriah). Setelah wafat, dia digantikan putranya, Abdul Wahab, yang menjadi imam selama dua puluh tahun. Abdul Wahab kemudian digantikan alah bin abdul Wahab, yang memerintah kurang lebih lima puluh tahun (188--238 Hijriah). Setelah itu, Dinasti Rustamiyah diperintah lima orang emir secara berturut-turut, yaitu Abu Bakar bin alah, abu Yaqdhan, abu (atim, Ya’kub bin alah, serta Yaqdhan bin abu Yaqdhan selaku emir terakhir.
Para petinggi Dinasti Rustamiyah selalu bertengkar serta berbeda pendapat. Dinasti tersebut runtuh pada tahun 296 Hijriah/909 Masehi pada masa pemerintahan Yaqdhan bin Abu Yaqdhan di tangan dai Fathimiyah, Abu Abdullah, yang Syiah.
Hubungan Dinasti Rustamiyah sangat baik dengan Dinasti Aghalibah yang tunduk pada Abbasiyah. Meski demikian, Rustamiyah sebenarnya mempunyai hubungan sangat erat dengan Dinasti Umawiyah di Andalus sebab Umawiyah serta Rustamiyah sama-sama bermusuhan dengan Abbasiyah.
tidak cuma Dinasti Rustamiyah, ada dinasti lain milik kaum Khawarij yang berdiri di Maroko Jauh di samping Dinasti Aghalibah, Idrisiyah, serta Rustamiyah, yaitu Dinasti Sajalmasah (Madrariyah) di Maroko Jauh Selatan (140--296 Hijriah/758--909 Masehi). Sajalmasah didirikan Musa bin Yazid alMiknasi yang juga Khawarij. Mereka mengikuti ajaran ash-Shafari serta itulah penyebab kedekatan mereka dengan Dinasti Rustamiyah dalam seluruh bidang. Ubaidiyah atau Fathimiyah meruntuhkan Sajalmasah sebagaimana meruntuhkan Rustamiyah.
Sejak Khawarij memberontak kepada Khalifah Ali bin Abu Thalib serta berhasil membunuhnya melalui tangan Abdurrahman bin Muljam, mereka memang mempunyai cita-cita buat memberontak kepada pemerintahan Islam. Menurut mereka, orang yang menentang mereka yaitu kair. Bahkan, sebagian sekte Khawarij menghalalkan darah para penentangnya serta harta benda mereka.
Pada permulaan pemerintahan Dinasti Umawiyah yang berpusat di Damaskus serta Suriah, Khawarij melarikan diri ke Maroko.
Di sana mereka berkeinginan mewujudkan cita-citanya. Akan tetapi, Dinasti Abbasiyah juga hendak membinasakan mereka sebagaimana Dinasti Umawiyah sebab pola pikir mereka yang aneh serta akidah mereka yang ekstrem
Abdurrahman bin Rustam mempunyai kekuatan di Maroko Tengah (Aljazair) serta mendirikan kota Tahart pada tahun 138 Hijriah/755 Masehi. Di sana, dia mendakwahkan ajarannya. Pada tahun 144 Hijriah/761 Masehi, dia diangkat menjadi imam (emir). dia pun langsung memproklamasikan dinastinya yang menjadi tempat berlindung Ibadhiyah Irak serta Persia.
Abdurrahman bin Rustam sukses dalam mengokohkan sendi-sendi negaranya pada ketika dia berkuasa (144--168 Hijriah). Setelah wafat, dia digantikan putranya, Abdul Wahab, yang menjadi imam selama dua puluh tahun. Abdul Wahab kemudian digantikan alah bin abdul Wahab, yang memerintah kurang lebih lima puluh tahun (188--238 Hijriah). Setelah itu, Dinasti Rustamiyah diperintah lima orang emir secara berturut-turut, yaitu Abu Bakar bin alah, abu Yaqdhan, abu (atim, Ya’kub bin alah, serta Yaqdhan bin abu Yaqdhan selaku emir terakhir.
Para petinggi Dinasti Rustamiyah selalu bertengkar serta berbeda pendapat. Dinasti tersebut runtuh pada tahun 296 Hijriah/909 Masehi pada masa pemerintahan Yaqdhan bin Abu Yaqdhan di tangan dai Fathimiyah, Abu Abdullah, yang Syiah.
Hubungan Dinasti Rustamiyah sangat baik dengan Dinasti Aghalibah yang tunduk pada Abbasiyah. Meski demikian, Rustamiyah sebenarnya mempunyai hubungan sangat erat dengan Dinasti Umawiyah di Andalus sebab Umawiyah serta Rustamiyah sama-sama bermusuhan dengan Abbasiyah.
tidak cuma Dinasti Rustamiyah, ada dinasti lain milik kaum Khawarij yang berdiri di Maroko Jauh di samping Dinasti Aghalibah, Idrisiyah, serta Rustamiyah, yaitu Dinasti Sajalmasah (Madrariyah) di Maroko Jauh Selatan (140--296 Hijriah/758--909 Masehi). Sajalmasah didirikan Musa bin Yazid alMiknasi yang juga Khawarij. Mereka mengikuti ajaran ash-Shafari serta itulah penyebab kedekatan mereka dengan Dinasti Rustamiyah dalam seluruh bidang. Ubaidiyah atau Fathimiyah meruntuhkan Sajalmasah sebagaimana meruntuhkan Rustamiyah.