Wahidin Sudirohusodo: Dokter Jawa Berjiwa Sosial
Minggu, September 22, 2019
Semasa kecil, pelopor pergerakan Kebangsaan Indonesia serta pendiri Budi Utomo ini mengenym pendidikan Ongko Loro (Sekolah Desa) di dusun Mlati, Sleman. Wahidin kemudian pindah ke Yogyakarta melanjutkan studi ke Europeesche Lagere School yang merupakan sekolah dasar “elite” di Hindia Belanda. dia bisa mengenyam pendidikan di sekolah tersebut atas rekomendasi saudara iparnya Frits Kohle, seorang Belanda yang bekerja selaku administrator pabrik gula di Wonolopo, Sragen, Surakarta. Rampung pendidikan ia masuk ke Tweede Europese Lagere School di Yogyakarta. Pada tahun 1864 Wahidin ke Batavia buat melanjutkan belajarnya masuk STOVIA (Sekolah Dokter Jawa), kemudian menjadi asisten pengajar di sekolah tersebut. Dalam aktivitasnya di Batavia, Wahidin dan beberapa kawan membentuk studiefonds atau beasiswa bagi anakanak pandai dari kalangan tak mampu.
Tamat STOVIA, Wahidin Sudirohusodo berhasil menjadi seorang dokter. dia kerap bergaul juga membantu pribumi rendahan. Dari situ, Wahidin mengetahui penderitaan rakyat yang tertindas akibat penjajahan bangsa Belanda. Bagi Wahidin, persoalan tersebut muncul dikarenakan keterbelakangan rakyat. Oleh sebab itu, salah satu cara membebaskan diri dari penjajahan ialah rakyat wajib cerdas. Guna merealisasikan keinginannya, ia menyambangi beberapa tokoh masyarakat di Jawa sekaligus mengajak mereka buat berpartisipasi membentuk ‘dana pelajar’, dana tersebut bakal dipakai buat membantu pemuda-pemuda pribumi yang cerdas, tetapi tak mampu melanjutkan sekolahnya. Sayangnya ajakan Wahidin kurang mendapat sambutan.
Wahidin tak menyerah, ia kembali ke Batavia serta menemui beberapa pelajar STOVIA. Bersama para pelajar tersebut salah satunya Sutomo, ia membicarakan gagasan tentang nasib bangsa. Gayung bersambut baik, Wadihin kemudian menganjurkan supaya para pelajar membentuk sebuah organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan guna meninggikan martabat bangsa. Alhasil pada tanggal 20 Mei 1908 berdirilah sebuah organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Organisasi ini didirikan oleh Sutomo beserta kawan-kawannya sebab pengaruh dari Dokter Wahidin Sudirihusodo. Budi Utomo merupakan organisasi modern kesatu di Hindia Belanda sehingga tanggal lahirnya diperingati selaku Hari Kebangkitan Nasional.
tidak cuma diketahui selaku dokter serta organisatoris, Wahidin juga meniti karier di bidang jurnalis. Pada tahun 1900 ia pernah bergabung dalam redaksi surat kabar Retno Doemilah yang artinya “penerangan”. Melalui media ia bermaksud memberitahukan kepada rakyat mengenai arti pentingnya arti pengajaran. tidak cuma itu, Wahidin juga tercatat selaku pimpinan redaksi majalah Goere Desa, sebuah majalah milik Budi Utomo. Berbeda dengan Retno Doemilah, lewat majalah Goere Desa, Wahidin menyuarakan pentingnya kesehatan rasional selaku lawan terhadap kepercayaan pada dukun serta tahayul di masa itu.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
Tamat STOVIA, Wahidin Sudirohusodo berhasil menjadi seorang dokter. dia kerap bergaul juga membantu pribumi rendahan. Dari situ, Wahidin mengetahui penderitaan rakyat yang tertindas akibat penjajahan bangsa Belanda. Bagi Wahidin, persoalan tersebut muncul dikarenakan keterbelakangan rakyat. Oleh sebab itu, salah satu cara membebaskan diri dari penjajahan ialah rakyat wajib cerdas. Guna merealisasikan keinginannya, ia menyambangi beberapa tokoh masyarakat di Jawa sekaligus mengajak mereka buat berpartisipasi membentuk ‘dana pelajar’, dana tersebut bakal dipakai buat membantu pemuda-pemuda pribumi yang cerdas, tetapi tak mampu melanjutkan sekolahnya. Sayangnya ajakan Wahidin kurang mendapat sambutan.
Wahidin tak menyerah, ia kembali ke Batavia serta menemui beberapa pelajar STOVIA. Bersama para pelajar tersebut salah satunya Sutomo, ia membicarakan gagasan tentang nasib bangsa. Gayung bersambut baik, Wadihin kemudian menganjurkan supaya para pelajar membentuk sebuah organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan guna meninggikan martabat bangsa. Alhasil pada tanggal 20 Mei 1908 berdirilah sebuah organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Organisasi ini didirikan oleh Sutomo beserta kawan-kawannya sebab pengaruh dari Dokter Wahidin Sudirihusodo. Budi Utomo merupakan organisasi modern kesatu di Hindia Belanda sehingga tanggal lahirnya diperingati selaku Hari Kebangkitan Nasional.
tidak cuma diketahui selaku dokter serta organisatoris, Wahidin juga meniti karier di bidang jurnalis. Pada tahun 1900 ia pernah bergabung dalam redaksi surat kabar Retno Doemilah yang artinya “penerangan”. Melalui media ia bermaksud memberitahukan kepada rakyat mengenai arti pentingnya arti pengajaran. tidak cuma itu, Wahidin juga tercatat selaku pimpinan redaksi majalah Goere Desa, sebuah majalah milik Budi Utomo. Berbeda dengan Retno Doemilah, lewat majalah Goere Desa, Wahidin menyuarakan pentingnya kesehatan rasional selaku lawan terhadap kepercayaan pada dukun serta tahayul di masa itu.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional